Bertahan atau Menyerah? 18

829 56 4
                                    


Hari berikutnya, kini Vino sedang berbaring di ranjang rumah sakit dengan lehernya di lapisi penyangga leher dan hidung mulut tertutup oleh masker oksigen. Vino masih belum sadar setelah kejadian semalam, dokter mengatakan luka-luka ditubuh Vino sangat banyak. Dan itu membuat tubuh Vino menjadi sangat lemah, sehingga ia masih setia memejamkan matanya.

Di ruang bernuansa putih, seseorang menemani Vino ia menggenggam tangan Vino yang tidak terpasang infus. Menatap sedih Vino, sungguh rasanya sangat menyesal harus nya malam itu ia bisa menahan Vino untuk tidak pergi.

" Sayang... Vino bangun nak, ini Bunda. Kenapa Vino bisa kayak gini hm? Harus nya malam itu Bunda gak izinin Vino untuk pergi, harusnya Bunda tahan Vino. "

Pada malam itu Yunda tiba-tiba saja mendapatkan telepon dari pihak rumah sakit, dan mengatakan jika putranya yaitu Vino sedang di rawat di rumah sakit. Yunda yang mendengar itu pun sangat panik dan segera ia pada malam itu bersama ke empat anak nya yang lain datang ke rumah sakit.

" Bunda minta maaf Vino... Vino jangan tinggalin Bunda ya? Vino harus bertahan, Bunda gak mau Vino ninggalin Bunda. Bunda gak mau kejadian 10 tahun lalu itu ke ulang lagi, Bunda gak mau Vin... " Ujarnya menatap sendu Vino. Yunda menitikan air matanya, tidak bisa ia membayangkan kejadian 10 tahun lalu terulang kembali

Ceklek

Seseorang masuk

" Bunda, Bunda makan dulu ya? Dari tadi Bunda belum makan. "

" Bunda gak nafsu Margo "

" Bunda... Nanti Bunda sakit, Bunda makan ya? " Bujuk Margo, pagi ini Bunda nya belum sempat sarapan. Sejak malam Bunda nya selalu berada di samping Vino. Margo pun sangat sedih mendengar berita adik kedua nya dilarikan ke rumah sakit.

" Abang... Vino gak akan tinggalin Bunda kan? Vino gak akan tinggalin kita kan bang? " Lirih Yunda

" Vino gak akan tinggalin kita Bunda, Bunda kan tau Vino anak yang kuat. " Jawab Margo. Namun ia pun tidak tahu, tapi ia yakin Vino akan baik-baik saja.

" Tapi Bunda takut, Bunda takut Vino tinggalin kita bang... Bunda takut... "

" Bunda... Bunda harus percaya, Bunda harus yakin ya? Terus berdo'a Bunda, Marko yakin Vino bakal baik-baik aja. Sekarang Bunda makan ya? Margo gak mau Bunda jadi sakit. "

" Nanti biar Margo yang jaga Vino, di kantin ada Reno Cendra sama Jingga nanti biar Marko telpon Reno buat susul Bunda. " Lanjut nya. Itu pun harus Margo paksa ke tiga adiknya itu, jika tidak mareka tidak akan mau untuk makan mereka bilang ingin menjaga Vino. Margo pun mengerti ia pun merasakan kekhawatiran mereka, namun setelah Margo memberikan pengertian pada mereka akhirnya mereka menurut.

" Gak usah bang biar Bunda yang ke sana. Tapi abang udah makan? "

" Margo udah makan Bunda. "

" Yaudah Bunda ke kantin dulu ya? Jagain adek nya ya abang? "

" Iya Bunda, Margo jagain Vino. "

Yunda beranjak pergi dari ruang rawat Vino menuju kantin rumh sakt. Tersisa Margo yang menjaga Vino, ia menatap sang adik. Menatap lekat setiap wajahnya yang penuh luka, sakit rasanya melihat sang adik seperti ini. Ya jika dulu dia memang tidak peduli pada Vino karena kesalahpahaman.

Margo menggenggam tangan sang adik, ia sudah tahu siapa yang membuat adiknya seperti ini. Pagi-pagi sekali polisi mengabari ia sudah menangkap pelaku yang membuat Vino menjadi seperti ini.

" Vin... Semalem hati gua gak tenang banget mikirin lu terus. Jadi karna ini hati gua gak tenang Vin... Maaf ya? Maafin abang, maaf abang udah benci Vino, maaf selalu cuekin Vino. Abang bener-bener minta maaf___ semalem Bunda Reno Cendra Jingga nangis liat keadaan lu kayak gini, gua mau nangis tapi nanti yang tenangin mereka siapa kalau bukan gua?__ abang gak tau Ayah kemana Vin, Ayah susah dihubungin. "

Vino & Kisahnya  || ( Lee Jeno  ) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang