Redup |2

2.5K 200 7
                                    

Aku ingin memeluknya namun itu sangat tidak mungkin :)

♪♪♪🕊️♪♪♪

_

Zean masuki rumah besar itu dengan langkah berat. Ia kemudian membuka pintu rumah lalu masuk ke dalam.

Lelaki itu melihat papa dan kakaknya tertawa satu sama lain di meja makan seperti keluarga yang harmonis.
Zean mendekat dan mereka terdiam menatap zean dengan sinis.

" Pa zean pulang. " Ucap zean.

" Zean dapat nilai seratus pa. " zean tersenyum  ia  menyerahkan kertas ulangan yang baru di dapatkannya.

Laki laki paruh baya itu   sebut saja WIJAYA .menatap zean dan merebut kertas itu dengan kasar dari genggaman zean.

Tepat di depan mata zean Wijaya merobek kertas itu.

" Saya tidak peduli jika nilai kamu seratus. ! Cepat enyah dari hadapan saya. !  Dasar anak gagal !" Ucap Wijaya. Sembari menatap benci anak bungsunya. Dan melempar sobekan kertas itu ke wajah zean dengan kasar.

Zean terdiam ia memungut sobekan kertas ulangannya di lantai. Sekuat tenaga ia menahan tangisnya agar tidak pecah di hadapan papanya.

" Sayang  ke ruang kerja papa sekarang. " Ucapnya halus kepada kakak zean. Sebut saja. RYAN

Ryan adalah kakak zean orang yang sangat Wijaya sayangi. Sering kali di jemput dan di antar ke sekolah. Perlakuan Wijaya ke zean sangat berbeda.dengan RYAN. 

Wijaya sering mukul zean di kala ia marah.

" Baik pa. " Ucap Ryan lalu pergi meninggalkan zean yang masih duduk jongkok mungut kertas ulangannya.

Setelah kepergian Wijaya dan Ryan. Zean bangkit lalu pergi menuju kamarnya.

Tatapan kebencian itu yang slalu zean dapatkan kala memasuki rumah.

Sampai di dalam kamar zean mengunci pintunya dari dalam. Zean menangis dalam diam. Menahan Isak tangisnya.

Apakah ada yang lebih sakit dari pada menangis dalam diam ?

Zean menatap dirinya yang menyedihkan di cermin. Menghapus kasar air matanya.

" Mama,, papa tidak sayang sama zean hiks. "

" Kakak juga benci sama zean ma. "

" Apa zean masih anak papa ?"

Setelah kepergian mama zean. Zean di perlakukan selayaknya anak tiri oleh Wijaya.

Zean sering di kucilkan dan di anggap tidak ada.

Tak ada lagi cinta baginya. Tak ada lagi perhatian untuknya.
Sering kali zean mengabaikan mereka yang mencaci maki dirinya. Zean memilih untuk diam dan tidak melawan.

" Mama zean hiks zean rindu,," zean kembali menangis di belakang pintu menutup wajahnya dengan telapak tangan.

"Mengapa gue terasa asing ? "

Zean berdiri ia  meraih cutter di dalam laci meja. Laki laki itu  melangkahkan kakinya ke kamar mandi.

Zean  mengunci pintu kamar mandinya laki- laki itu memutar keran shower hingga badannya basah.

Ia melihat cutter lalu tersenyum. Dengan lincah tangannya menggoreskan cutter di lengannya membentuk garis lurus. Ia  sangat ingin mengakhiri hidupnya. Namun ia masih takut untuk mati.

Darah kental menetes di lengannya. Rasa sakit yang ia rasakan tak sebanding dengan rasa sakit di hatinya akibat  perlakuan papanya.

Zean duduk di lantai sembari memejamkan matanya membayangkan kebahagian itu nyata.

Redup [End] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang