Jillian kembali pukul setengah sepuluh malam bersama David, dengan tujuan untuk mengambil adik-adiknya. Begitu datang mereka disambut dengan televisi masih menyala dan sang penghuni tertidur pulas di atas karpet yang membentang.
Jillian sempat terkejut, melihat tamu tadi pagi, dimana ada telinga kelinci dan kucing bertengger di kepala kedua anak gadis itu. Jika diperhatikan lagi, itu asli dan terlihat sama seperti punya Disha. Ingin mengelak namun itu semua terjadi dihadapannya, ditambah dua anak gadis di sana adalah adik dari karyawan magangnya.
David mengerti akan diam nya Jil, segera saja menghampiri kedua adiknya yang tertidur dan membangunkan mereka dengan lembut.
Sedang Jillian yang masih termenung di tempatnya tersadar kala Disha terbangun sendiri dan melihat ke arahnya dengan tatapan masih menahan kantuk, sontak ia bergerak dari sana dan berjalan mendekati Disha terduduk di atas sofa.
"Kalian tidur di sini? Kenapa gak di kamar?" Kata Jillian sudah berdiri di sisi Disha yang berusaha untuk bangun dari tidurnya.
"Di sini tidak terlalu buruk pak, karena saya jadi lebih mudah membangunkan mereka... Anne, Quel, bangun.. kakak udah pulang nih," ucap David menyahuti Jillian dan kemudian lanjut membangunkan kedua adiknya.
"Itu kamar tuan tidur. Mana bisa kita pakai..," kata Disha dengan suara khas bangun tidur yang berbicara kelewat jujur.
Jillian mengerutkan kening heran mendengar penuturan sang Hybrid, "kan ada kamar lain. Kenapa hanya terpikirkan kamar ku?"
Disha mendongak dengan tatapan polos kemudian mengembangkan senyuman manis, "aku hanya tau kamar tuan."
"Baiklah..." Jillian tersenyum kecil lalu dan beralih kepada David yang sibuk dengan dua gadis di bawah sana, "David, kalau mereka tidak mau bangun. Biarkan saja, mungkin memang mereka kelelahan. Kamu juga bisa tidur di sini kalau khawatir dengan mereka."
"Maksud bapak kami menginap saja??" David berhenti sejenak kemudian tertawa hambar, "terima kasih atas tawarannya pak. Tapi di rumah saya ada tante saya sudah menunggu kedatangan kami," sambungnya berbohong karena sungkan.
"Iya... Kenapa gak tidur di sini aja?... Kakak pasti capek, lagi pula mereka masih tidur tuh..." Imbuh Disha masih lemas namun suaranya malah terdengar lucu.
Jillian antara setuju dan tidak dengan imbuhan Disha. Jil setuju untuk membiarkan David menginap walau ia masih ragu, sedang untuk tidak setujunya, Jil merasa tidak suka ketika Disha memanggil David dengan sebutan 'kakak' begitu menggemaskan.
David sekilas melihat ke arah Jillian yang diam menatapnya sedikit tajam kemudian memandang Disha melempar senyum tulus, "ya kau benar, tapi aku merasa---
"Sudahlah. Kamu turuti saja perkataan saya. Sana, pindahkan mereka ke kamar seberang. Setelah itu kamu bersihkan diri dan ikut saya makan malam," intrupsi Jillian begitu dingin mengarahkan David untuk berpindah berakhir berjalan menuju kamarnya guna membersihkan diri.
David tersenyum kikuk menatap pasrah ke Disha yang tengah memasang senyum ceria kepadanya.
"Tuan ku baik bukan?!" Katanya tampak bahagia.
David mengangguk, "kau benar... Tapi Disha---"
"Heum??" Disha menyahut sampai mengangkat kepala yang sebelumnya masih menopang pada kedua lengannya sebagai sandaran tidurnya.
"Bisakah kau merahasi--
"Eeuung... Kakak..." Anne mengulat dari tidurnya saat merasa terganggu dan berhasil memotong ucapan David yang terdengar serius.
"O? Anne?" Disha berbicara pelan karena terkejut dan takut membangunkan temannya.
"Y-ya Anne, ini kakak..." David mengusap pelipis sang adik lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husky
FantasySeekor hewan berkaki empat yang memiliki warna hitam keabu-abuan dan putih salju, tengah berjalan tanpa arah karena, kehilangan tuannya yang meninggal akibat serangan mafia di tempatnya. °°° "Kau terlalu cantik untuk menjadi hewan liar di sini.." "a...