chapter 20

101 14 0
                                    

Manusia setengah wujud itu sukses membuat Jillian bebersih diri dua kali. Iya, dia mandi lagi hanya untuk menghilangkan sisa adonan yang kemungkinan sulit dihilangkan tanpa dibaluri air. Untung saja hanya perlu sekali bilas sudah hilang, kalau tidak, ia tak sungkan memarahi bayi Hybrid itu agar tidak lagi melakukan hal yang merepotkan dirinya.

Membicarakan si hybrid, dia yang sudah mandi lebih dulu sebelum Jillian, lanjut main lego di ruang depan sambil icip makanan yang sudah dibuatnya.

"Haah... setelah berhasil membuat dapur berantakan, bukannya santai malah mengeluarkan semua mainan yang dia punya. Aku ragu, dia akan merapihkan lagi nanti," gumamnya di ambang pintu memandang lelah kepada perempuan setengah wujud di seberang sana.

Disha mulai membuat pria jomblo ini sibuk dan repot. Jillian sebenarnya tidak masalah tapi, Jillian tidak menyangka, kalau makhluk hybrid itu akan mencoba memasak.

Pikirnya dia akan memindahkan sembarang suatu benda atau menghancurkan sebuah sofa mungkin?. Ternyata tidak, dia hanya sekedar melompat ke sana kemari tanpa peduli jika dirinya akan terluka. Yang kemudian dia berhasil membuat kue, tanpa mengetahui lebih dulu dimana keberadaan bahan-bahan yang akan dia pakai.

"O! Tuan udah selesai?! Lihat tuan! aku bikin apa!" Serunya memperlihatkan hasil karya lego dengan beberapa mainan lain berhasil ia susun terlihat seperti sebuah istana.

Jillian baru saja mendudukkan bokongnya ke sofa, dirinya kembali diajak bicara.

Tak jua dapat balasan, Disha menunggu tanggapan Jillian yang kemungkinan sesuai dengan bayangannya dengan senang hati.

"Tuan!! Coba tebak!!!" Ujarnya menggoyangkan salah satu kaki Jillian yang bisa dia jangkau.

Jillian menoleh ke arah pelaku, menarik napas dalam-dalam, hendak dikeluarkan sambil menjawab, namun benaknya mengingat sesuatu yang penting. Tubuhnya ia bungkukkan agar bisa berbicara lebih dekat kepada Disha.

"Disha, apa yang kau lakukan selama aku pergi?" Pertanyaannya berhasil memudarkan senyum kesenangan Disha dalam sekejap, makhluk itu kini memandangnya dengan tatapan bingung.

"Eung?.. bukankah tuan bisa tau tanpa aku beritahu?"

Apa maksudnya? memangnya Jillian ini Tuhan? bisa mengetahui semua yang dia lakukan?. Kalau dengan bantuan benda bisa saja, mungkin cc.. ah benar, cctv. Jillian lupa kalau di apartemennya ada cctv. Huft, pekerjaan di kantor yang banyak membuatnya lupa untuk memperhatikan tingkah Disha lewat kamera pemantau.

Wah.. Jillian tidak sangka, Disha akan menganggap kata kiasan itu menjadi sebuah perkataan serius.

Si pria menghembuskan napas, "Disha.., aku juga punya kesibukan. Aku tidak bisa terus memperhatikan kau di sini setiap jam, menit, bahkan detik... Jadi, bisakah kau beritahu aku, apa saja yang kau lakukan selama aku pergi?" Tanyanya jujur memandang Disha lekat, dalam suaranya terdengar begitu lembut yang mana sangat nyaman untuk di dengar walau berulang kali.

Disha mengangguk-angguk tanpa mengindahkan tatapan yang ia dapatkan. Alih-alih langsung menjawab, ia malah tersenyum manis dan memposisikan dirinya dengan baik menghadap ke arah Jillian.

"Saat tuan berangkat, aku nonton tv. Nonton tv sambil nyemil makanan. Lalu bermain-main di dalam rumah. Terus.. tiduran. Um.. aku tidur berapa lama ya?.. kayanya lumayan lama."

Jil berdeham, seraya menyimak penjelasan dari setiap kata dan kalimat yang diucapkan Disha dengan seksama.

Kenapa Disha menyebut apartemen itu rumah? karena yang dia tau adalah, semua bangunan yang di tinggali dengan orang itu disebut rumah.

"Terus, aku bosan di dalem aja kan, mau keluar ga bisa, jadi aku berdiri di luar balkon main sama burung-burung! Aku senang ada mereka! Aku ga nyangka mereka ternyata sering berdiam diri di tiang balkon---"

My HuskyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang