chapter 19

101 18 2
                                    

Jillian sudah rela berhenti dan menyahuti Kevin tetapi pria yang memiliki mata sabit jika tersenyum itu malah terdiam memandang ragu kepadanya.

"Butuh sesuatu? Kalau tidak ada, saya pergi."

'Tanya ga ya?.. ragu banget rasanya, tapi mau pastikan kebenarannya juga. Mana tadi.. gua liat, dia ada ekor lagi...'

"Kevin?.." panggil Jil kedua kalinya dan ta jua dihiraukan, ia pun memilih memutar arah tubuhnya akan tetapi lagi-lagi Kevin menahannya dengan sigap.

"E-eh Pak, tunggu dulu."

Jillian menatap tajam manik Kevin, melihat ke arah pergelangan tangannya yang di cekal cepat oleh pria lebih muda beberapa tahun darinya itu.

Lantas Kevin segera melepasnya, melempar senyum kikuk.

"Jika ada yang ingin kau tanyakan, cepatlah!" Katanya menatap nyalang kepada Kevin.

Tidak ada nada spesifikasi jelas atas ucapannya itu, namun entah kenapa senyum Kevin menghilang dengan sendirinya tanpa di perintahkan oleh pikirannya.

Sebelum hendak berbicara, pria pemilik senyum indah itu menelan saliva kuat-kuat serta menetralkan degup jantungnya yang tiba-tiba memacu lebih cepat, dirasa lebih baik barulah ia bersuara kemudian. "Be-begini Pak.."

"...Apa Kevin...?" Sahutnya seraya memejamkan mata lelah. Lelah menunggu Kevin yang ingin membicarakan sesuatu, disaat dirinya ingin beristirahat.

"Apa.. Disha sudah ketemu, Pak?" Tanyanya dengan suara samar, terdengar ragu untuk ia utarakan.

Jillian terdiam, bukan karena pertanyaan Kevin tapi suara yang ia dengar bahkan tak sampai ke indera pendengarannya barang dua patah kata. "Apa?" Ia majukan tubuhnya sedikit seraya memalingkan wajah ke arah lain dan membiarkan daun telinganya menjadi lawan bicara pria itu.

"Tadi.. saya lihat, sosok perempuan, mirip dengan Disha--"

Mendengar nama yang tak asing lagi, sontak Jillian kembali menoleh menatap tajam ke arah Kevin, "maksudmu?" Keningnya sedikit mengerut ia bertanya dengan suara sangat rendah.

Kevin mengangguk gugup, "saat kembali ke perusahaan.., sa-saya melihat perempuan mirip sekali dengan Disha.., sedang berdiri di balkon apartemen Bapak."

'Disha? Balkon? Sedang apa dia di sana?'

Bagai angin lalu, penjelasan Kevin tak kunjung ia balas hingga beberapa detik kemudian disadarkan oleh yang muda.

"O-oh.. ya,"

Mata kecilnya langsung melebar mendengar sahutan Jillian yang terasa ragu, "maksud Bapak?!" Pekiknya dalam suara sedang, masih dengan matanya yang membulat.

Merasa ada yang salah Jillian langsung menggelengkan kepalanya beberapa kali, ia pejamkan mata sembari menundukkan kepalanya sejenak, menetralkan pikirannya yang sudah pergi dari fokusnya keberadaan si pemilik tubuh. "Bukan. Kau, salah lihat, yang sedang berdiri di balkon itu.., dia saudari kembar ku," jelasnya berakhir menghela napas sejenak lalu mengukir senyum amat tipis.

'sorry zy. Nama mu ku tumbal kan.'

Kevin diam beberapa detik, matanya seperti menelisik kebenaran akan apa yang telah pria itu utarakan kepadanya. 'kembar? ga mungkin, jelas banget tadi itu disha.'

Setelah puas di tatap Kevin, Jillian mengedipkan matanya dan melepas senyumnya, "kau menghentikan saya hanya karena itu?"

Kevin mengangguk pelan.

Jillian menghela napas, terdengar jengah, "entah karena kau terlalu fokus kepada pencariannya atau karena kau terlalu lelah dengan beban yang kau terima, sampai-sampai membayangkan Disha sudah ada di kediaman saya...." Ungkapnya kemudian pergi begitu saja tanpa membiarkan si lawan bicara membalas ucapannya.

My HuskyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang