Kevin Effort 2

96 12 0
                                    

"Ada apa, Pak Rudy?"

"Permisi, Pak." Celetuk waiter ditemani tiga wanita cantik berpakaian kurang bahan, mengejutkan Rudy yang masih berdiri diseberang sofa dengan kedatangan mereka dibelakangnya.

"Oh ya, silakan," balas Kevin dan laki-laki yang baru datang itu masuk bersamaan dengan tiga wanita diajaknya, begitu menjejaki kaki ke dalam ruangan langsung saja duduk di dekat Kevin dan membawa Rudy bersamanya untuk duduk. Sedangkan yang laki-laki, menyajikan makanan dan minuman dibawanya ke atas meja depan Kevin juga Rudy, setelah itu ia pergi meninggalkan tiga wanita yang terlihat seperti penghibur untuk para pelanggan di sana.

Rudy masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, ia terdiam menatap sengit kepada dua wanita disisi kanan juga kirinya. Kevin tersenyum, "santai saja, Pak. Mari lupakan sejenak masalah sebelumnya."

Rudy mengalihkan matanya, "maksud anda, lupakan masalah apa??" Sahut dengan menekan perkataannya pelan.

Kevin tersingkap, menepuk salah satu bahu Rudy pelan, dan memajukan diri guna menyampaikan suatu pesan dengan suara kecil yang hanya bisa didengar mereka saja. "Saya tau, anda sudah lama tidak menikmati ini lagi. Jadi, nikmati dan lupakan sejenak masalah yang membebankan pikiran anda."

Rudy menatap manik indah Kevin dengan tajam, seperti terciduk karena diam-diam makan gula di dapur. Yang ditatap hanya menyungging senyum. Memang benar, pria tua itu dulu suka sekali pergi untuk menyenangkan diri saat perusahaannya sukses, namun ketika ia sedang berada di bawah, tak pernah terpikirkan sekalipun untuk menyenangkan diri, dapat memenuhi target perharinya saja sudah membuatnya senang bukan kepalang.

"Ayolah.. di sini tidak hanya kalian, ada kami bertiga, kenapa malah berbisik??? Mari kita nikmati hari ini dengan bersenang-senang bersama!" Salah satu wanita yang terduduk di sisi kiri Rudy bersuara dengan suara manja menggoda, bangkit dari duduk dan mengambil microphone yang ada di atas meja.

Senyum Rudy mengembang dengan kedua maniknya yang berbinar terang, seperti seorang anak kecil yang mendapatkan permen kapas besar. Dirasa rencananya mulai berjalan, Kevin pun mulai berperan lebih dalam, agar korbannya tak menyadari tujuan utama dibawanya ia ke sana.

"Tuan, ingin minum lagi?" Tanya salah satu wanita setelah selesai bernyanyi dan melihat Kevin yang hanya minum satu gelas saja.

Kevin menggeleng menyahuti, "tidak terima kasih. Saya yang menyetir, jadi tidak boleh sampai mabuk," katanya yang dibalas anggukan oleh si wanita.

"Ayo baby!!! Lanjutkan!!! Lanjut sampai pagi!!!"

"YEAH!! WOH!" Sahut dua wanita yang dipeluk pinggangnya oleh Rudy.

Kevin hanya menatapnya malas dan membuang pandangan ke arah lain.

"Tuan tidak ikut lagi?" Tanyanya yang sepertinya sudah penasaran sedari tadi.

Kevin menoleh, menatapnya dingin dan datar, ia berikan senyum tipisnya, "kau duluan saja."

Meski bibir itu hanya mengulas tipis kepadanya, entah kenapa hal tersebut tanpa sadar bisa membuatnya ikut serta mengukir senyum, "tuan juga ikut ya! Karena anda sudah membayar, jadi aku mau anda benar-benar merasa senang!" Ucapnya menarik lengan Kevin yang tak diprotes oleh sang empunya.

Kevin sebenarnya sudah malas, namun untuk mencapai tujuannya, mau tidak mau ia harus mengikuti alur dengan tetap menjaga kesadarannya sampai sang lawan tak menyadari, kalau dia sudah di manipulasi oleh pria yang memiliki wajah polos seperti tak memiliki dosa.

Demi mendapatkan tanda tangan saja ia sampai harus memakai cara ini, mengajak pemilik pabrik itu minum sampai tak sadar, agar ketika diminta tanda tangan, orang tersebut mau melakukannya. Sungguh, ini seperti bukan dirinya, tapi jika begitu sudah bisa membuatnya terlepas dari salah satu beban, kenapa tidak?

My HuskyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang