Jangan lupa join live ya
Canda...
Jangan lupa votemen maksudnya..."Apa?"
"Iya pa, mbak lisa hamil anak haruto."
"Serius?" Tanya Victor dengan tatapan tajam.
"Dua rius malah."
"Jangan becanda!"
"Haruto gak becanda, pah... Tapi kita berdua di jebak orang. Gak tahu siapa orangnya dan apa maksudnya," jelas haruto jujur.
"Kok bisa di jebak?!" Teriak Victor dengan marah. Siapa yang berani-beraninya melakukan hal seperti ini kepada anaknya.
"Ya gak tahu, kok tanya saya."
"Ya terus tanya siapa? Kamu gak tahu, Lisa juga gak tahu. Kalian ini bener-bener ya..."
"Kan haruto udah jelasin sama papa kalau kita gak tahu siapa orangnya dan motif dia menjebak haruto..."
Victor memijat keningnya yang tiba-tiba berdenyut nyeri.
"Papa bingung. Mau marah tapi kalian di jebak, mau gak marah tapi ini udah kelewatan. Apa kata orang-orang nanti? Apa kata keluarga besar kita?"
Soya menunduk sedih. Ia pun memikirkan hal tersebut. Bagaimana jika berita ini sampai ditelinga mertuanya?
"Tapi haruto tetep mau tanggung jawab, Pah. Ya mau gimana lagi."
Victor menatap putranya dengan tatapan sedih. Haruto nya adalah anak laki-laki yang baik. Anak itu kebanggaan Victor dan Soya. Meski terkadang haruto suka sekali membuat masalah di sekolah.
Melihat papa nya yang murung dan sedih, haruto segera mendekat dan memeluk papanya.
"Maafin haruto, Pah. Haruto selalu bikin masalah, bikin mama papa pusing dan darah tinggi."
Haruto menangis. Ia sadar jika selama ini selalu menjadi beban keluarga dan masalah saat ini benar-benar masalah besar. Jika berita ini sampai ke telinga keluarga besar pasti papa mamanya akan berada dalam masalah serius.
Soya mengelus punggung suaminya, berusaha menenangkan pria yang selama ini bekerja keras demi keluarganya.
"Mas, istirahat ya. Kamu kelihatan pucet."
Victor mengangguk. "Tolong urus mereka. Mau gak mau mereka harus segera menikah."
Soya membelalakkan matanya. "Tapi haruto masih sekolah, Mas."