2 bulan kemudian
.
.
"Haruto lulus! Huraaaaa!"
Haruto berteriak sembari memamerkan hasil ujian kelulusannya.
"Ranking berapa?" tanya Victor. mengulurkan tangannya, meminta kertas itu dari haruto.
Haruto tertawa kecil dengan tangan menggaruk kepala bagian belakangnya.
"27."
Soya melebarkan matanya terkejut dan victor menggelengkan kepalanya sembari membuang nafas berat.
"Kok bisa sih... dari berapa siswa?" tanya Soya dengan alis mengkerut.
"125 orang. Itu peringkat satu angkatan IPS, bukan perkelas."
"Oh...." Soya bernafas lega.
"Lumayan lah. Terus yang peringkat pertama siapa?" tanya Victor, kepo.
"Yoshi, anak IPS satu. Anak itu hoki terus, enak banget ya."
"Wah... beruntung temen kamu itu," puji Soya.
"Tapi dia cucu nya dukun, Mah. Pasti ada campur tangan neneknya."
Victor menatap tidak percaya. "Masa sih? Beneran dukun?"
Haruto mengangguk semangat. "Iya beneran. Nenek nya itu suka di panggil ke rumah-rumah yang ada hantunya. Terus hantunya di usir sama neneknya yoshi."
"Oh...keren juga neneknya." Victor masih sedikit tidak percaya, karena di zaman seperti ini ia pikir dukun-dukun itu sudah tenggelam popularitas nya.
"Apa kita panggil neneknya yoshi ya, Mas?"
"Buat apa?"
"Siapa tahu rumah kita ada hantu," kata Soya. Walaupun sebenarnya ia merasa aman-aman saja. Selama ia dan keluarganya tinggal di rumah ini tidak ada peristiwa horor dan sebagainya.
Victor menghela nafas berat.
"Sebenarnya aku melihara tuyul," ucap Victor dengan berat hati.
"APA!" Soya dan haruto berteriak bersamaan.
"Mangkanya kita kaya," katanya lagi.
"Mas jangan becanda!"
"Pah, jangan ngadi-ngadi ya." Haruto memicingkan matanya.
"Tuyul nya ada dua, cowok cewek."
Haruto dan Soya seketika merinding.
"Siapa, Mas. Kok kamu bisa melihara mereka sih!" Soya benar-benar kecewa jika suaminya serius memelihara tuyul.
"Kamu pernah menyusui mereka loh, sayang..." kata Victor, membuat Soya berteriak dan menutupi kedua pegunungan nya.
"Mas! Kapan? Aku gak pernah merasa nyusuin tuyul!"
"Papah tega banget sih," sahut Haruto. Ia kecewa, sangat kecewa dengan papanya.
"Mas jangan becanda ya, atau kita cerai!"
Mata Victor langsung melotot. "K-kok cerai?"
"Kamu udah bohongin aku. Kamu gak pernah bilang kalau kekayaan kita ini hasil dari memelihara tuyul!"
Victor menggaruk kepalanya gatal.
"Aku cuma becanda sayang..."
"Bohong!"
"Papa bohong," sahut Haruto ikut-ikut.
"Tuyul yang aku maksud itu, Haruto dan Elsa. Ya kali aku melihara tuyul beneran," jawab Victor, memberitahu yang sebenarnya.
