4: skype

1.9K 255 16
                                    

Lea memasang converse nya di teras rumah sambil menunggu Bryan, kebiasaan buruk Kakak nya itu entah kapan hilang--telat bangun.

"Come on, Bubblebee. Kita akan telat." ucap Bryan yang kini setengah berlari ke arah motornya, Lea memutar bola mata kesal. Siapa yang membuat mereka telat?

Lea bangkit dari duduknya dan menyusul Bryan yang sudah bertengger di motor sport yang di belikan Daddy Ian sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke 16.

"Pegangan."

"Tentu saja, aku tidak ingin mengambil resiko untuk mati muda sebelum aku menikah." jawab Lea sinis.

Bryan terkekeh. "Kau masih 14 tahun dan kau sudah ingin menikah, hebat."

"Bodoh, kau sudah 16 tahun dan kau hanya mementingkan game tolol di ponsel mu itu." ketus Lea.

Bryan memprotes, "Game mengasah otak, tau."

"Cukup basa-basi mu dan terus lah menyetir, weirdo."

"Ah, bukan kah kau yang sering di sebut weird di sekolah?" ucap Bryan di iringin kekehan nya.

Lea menautkan alis nya. "Bagaimana kau tau?"

"Apa yang tidak aku tau."

"Rumus matematika."

"Itu pengecualian." otomatis Lea menggeplak helm Bryan yang membuat si pemilik nya oleng, tapi Bryan tetap tertawa.

"Hey, kau yang bilang kau tidak ingin mengambil resiko mati muda kan?" ledek Bryan agak berteriak karena jalanan yang berisik.

Lea hanya menggeram di belakang Bryan, Kakak nya ini benar-benar menjengkelkan.

--
Lea sedang berada di perpustakaan besar yang berada di sekolah nya. Saat ini sudah jam istirahat kedua, ia sedang menghindari Afa yang meminta Lea untuk menemani nya mengintili kemanapun Daniel pergi. Yang benar saja, bisa-bisa harga diri nya turun karena ketahuan stalker.

Mata Lea hampir saja keluar saat melihat ke arah pintu perpustkaan. Ia menutup wajah nya menggunakan buku. Sial, kenapa Daniel harus berada disini. Bukan Lea akan ge-er, tapi ada kemungkinan Daniel akan mengajak nya mengobrol ataupun sekedar basa-basi dan ya.. Lea tidak ingin menjadi pusat perhatian karena mengobrol dengan Daniel, si Most Wanted Guy di sekolah ini. Tidak-tidak, itu tidak akan terjadi.

Lea mengintip melalui sela buku nya dan menghela nafas lega, syukurlah Daniel sudah tidak berada di sana.
Tiba-tiba Lea di kagetkan oleh tepukan di bahu nya dari belakang.
Lea menoleh cepat ke belakang dan menghela nafas paling lega, untung saja itu Afa. Bukan Daniel.

"Aku mencarimu, kau-" pekik Afa tertahan.

Buru-buru Lea membekap mulut Afa sebelum petugas perpustakaan menegur mereka, Lea tidak ingin menjadi pusat perhatian, ingat?

"Sekali lagi kau berteriak, akan kupotong kuku lentik mu itu."

Afa meringis, ia baru saja pedicure-medicure. Tentu saja Lea tahu Afa baru saja perawatan kuku karena ia yang mengantar Afa ke salon. Sedangkan dirinya hanya menunggu di ruang tunggu sambil membaca majalah yang sangat membosankan.

"Kau tega meninggalkan aku sendiri."

Lea memutar bola mata bosan. "Ya, maafkan aku dan lebih baik kita keluar dari perpustakaan ini. Aku sudah tertangkap."

"Jadi kau menghindari ku?" jerit Afa tertahan.

Sontak Lea mencubit pinggang Afa pelan. "Pelankan suara mu." ucap Lea dengan geram.

Kemudian mereka berdua keluar dari perpustakaan, sebelum menanggu resiko telinga sebelah kanan nya akan tuli, Lea kembali menutup mulut Afa.

"Simpan teriakan mu dan yah, aku meninggalkan mu karena tidak ingin menemani mu melakukan hal gila tadi."

My NeighborTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang