6: hanging chair

1.5K 234 18
                                    

Berita pertengkaran Lea dan Diana kemarin sudah tersebar hampir ke seluruh penjuru sekolah, kepala Lea hampir saja meledak ketika anak-anak di sekolah menanyakan bagaimana bisa Lea melawan Diana dan mengatakan Lea hebat, malah ada yang menghakimi Lea dengan mengatakan Diana tidak akan tinggal diam saat harga diri nya di injak-injak, tapi apa peduli Lea. Menurut Afa, belum pernah ada yang berani melawan Diana selain diri nya. Well, Lea sedikit berbangga karena itu. Tapi itu tidak penting lagi bagi Lea, yang terpenting sekarang adalah bagaimana caranya dia bisa hidup tenang lagi seperti awal ia bersekolah disini.

"Lea, aku ingin ke toilet." saat ini Lea dan Afa sedang berada di lapangan basket yang berada di sekolah mereka.

Afa memang meminta Lea menemani nya untuk melihat orang yang ia suka sedang bertanding basket, dia Alex--salah satu sahabat Daniel selain Jason-- tentu saja di lapangan ini ada Daniel dan Jason dengan pemain basket lain nya.

Awal nya Lea keberatan mengingat Alex yang lalu bersama Daniel, tapi Afa benar-benar memohon pada Lea dan berjanji hanya untuk kali ini. Lea pun menyetujui nya karena terlalu kasihan pada Afa yang cinta nya hanya bertepuk sebelah tangan, mungkin untuk saat ini.

Lea hampir saja menjerit ketika Afa mengatakan ia menyukai Alex. Sungguh, Lea tidak menyangka Afa akan terpesona dengan Alex yang terkenal playboy. Lea agaknya tidak terlalu setuju dengan Afa yang menyukai Alex, tapi dia bisa apa? Perasaan orang tidak pernah bisa di paksa.

"Tunggu aku." Lea ikut bangkit dari kursi penonton dan berjalan menyusul Afa. Sedaritadi, telinga nya sudah panas mendengar cibiran penggemar Daniel yang mengatakan Lea tidak pantas berada di bangku penonton.

"Maafkan aku." ucap Afa dengan nada bersalah ketika Lea menyamai jalan nya.

Lea memandang Afa bingung, "Kenapa?"

"Tidak seharusnya aku mengajak mu ke lapangan, kau tau.. Aku juga mendengar cibiran orang lain tentang mu tadi. Itu sangat mengganggu ketika sahabat mu di hakimi orang lain, apa mereka bisa lebih baik darimu?" ucap Afa panjang dan penuh penyesalan.

Lea terharu ketika mendengar penuntunan dari Afa, ia tidak menyangka sahabat nya yang begitu menyebalkan dan juga cerewet memikirkan perasaan nya.

Lea merangkul bahu Afa, "Tidak apa-apa. Aku tahu kau tidak bermaksud."

Afa tersenyum lebar, "Kau memang sahabatku."

"Af?"

"Hmm."

"Aku ingin bertanya."

Afa berhenti berjalan dan menatap Lea dengan berbinar, "Akhirnya selama ini hanya aku yang memulai berbicara dan hari ini kau bertanya, tenth saja aku akan jawab."

Lea terkekeh, "Sebelum aku bersekolah disini, kau tidak berteman dengan siapapun? Maksudku... Selama ini kau tidak terlalu sering berinteraksi dengan teman-teman yang lain dan hanya berbicara denganku."

"Dua minggu sebelum kau pindah kesini, aku mempunyai sahabat. Tapi dia pindah mengikuti Mommy nya yang berprofesi sebagai model ke New York, maka dari itu aku senang saat kedatangan murid baru. Aku sudah muak dengan murid-murid di kelas, mereka selalu memikirkan ketenaran dan rasis."

Lea mengangguk-anggukan kepala nya menyetujui apa yang Afa katakan, "Bagaimana jika aku adalah perempuan centil dan gila tenar seperti yang lain?"

"Tentu saja aku lebih memilih sendiri daripada mempunyai teman seperti itu, menjijikan. Aku bahkan tidak ragu menyebutmu sahabat ku di hari pertama kita berkenalan, aku sudah menduga kau bukan orang yang seperti itu."

Lea tertawa, "Aku lapar, tadi pagi aku tidak sarapan karena Bryan bangun sangat telat."

Afa mengangguk semangat dan menggandeng lengan Lea menuju kantin, Lea duduk di bangku sedangkan Afa memesan. Lea tidak terbiasa mengantri dan Afa sudah mengetahui itu.

My NeighborTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang