Enjoy!
Winan memarkirkan motor kesayangannya di parkiran kampus. Hari ini ia tidak ada kelas, hanya saja ia harus datang karena Ree dan Jinan yang memaksa.
"Woi!"
Winan menoleh saat suara Jinan terdengar, bocah itu memang tidak punya sopan santun pikir nya.
"Nggak usah teriak, malu di liatin orang," ucap Winan kesal, sedangkan sang pelaku hanya terkekeh pelan.
"Makan gak?" Tanya Ree setelah melihat Winan yang duduk di sebelahnya.
"Nggak laper, gue udah makan tadi sebelum kesini. Jadi ada apa lo berdua nyuruh gue kesini? Ganggu waktu rebahan gue aja," ucap Winan malas.
"Kita kumpul aja sih, lo jangan rebahan mulu dik, produktif sekali-kali lah."
"Hidup gue udah produktif banget asal lo tau, kuliah, kerja part time, ikut basket, nemenin Kirana kemana pun dia pergi," balas Winan
"Yeu, bucin. Apa-apa Kirana, lo gue suruh dateng ngeluh, giliran Kirana yang nyuruh Lo oke-oke aja," ucap Jinan malas.
"Ya orang dia pacar gue."
"Ya ya ya," ucap Jinan malas.
Setelah nya mereka berdiam diri, Winan melihat ke arah ponselnya dan ada satu pesan dari Kirana, pacar nya itu bilang akan makan siang bersama Gigi dan kedua sepupunya, Anna dan Ning.
"Gue di tolak lagi," Ree membuka percakapan dengan nada lesu nya.
Winan menatap Ree, sekarang ia mengerti kenapa Ree memaksa dirinya untuk datang ke kampus, ingin curhat toh.
"Kapan lo nembak Kakak gue?" Tanya Jinan bingung.
"Kemarin, jawaban nya masih sama. Padahal gue udah berusaha buat bikin dia nyaman dan nggak risih, tapi ternyata gagal hahaha," ucap Ree seraya menyandarkan tubuhnya pada kursi dan mata nya memejam.
Winan melirik Jinan, Jinan hanya mengangkat bahu nya tanda ia tak tahu harus berbuat apa. Jujur, ia juga sudah membantu Ree dengan meyakinkan Anna, namun sepertinya hati Kakaknya itu enggan terbuka.
"Nggak apa-apa, lo bertahan sampe sini aja udah keren banget Ree. Gue bangga karena lo udah berusaha yakinin Kak Anna, udah mau berubah buat dia, cuman Tuhan belum ngizinin lo milikin dia Ree."
Ree yang mendengar ucapan Winan lantas terisak seraya menaruh kepalanya di atas meja. Mencintai Anna adalah tantangan bagi nya, sulit sekali meluluhkan Kakak Jinan itu.
"Ih, preman kampus nangis!" Ledek Jinan seraya tertawa dan bertepuk tangan riang.
Winan mendengus, "Ngerusak suasana aja lo!" Ucap Winan seraya menjitak kepala anak bungsu keluarga batara itu, ini kalau Ning melihat adiknya di jitak, pasti mengamuk.
"Sakit!"
"Peluk sana," titah Winan pada Jinan
"Gue peluk Ree?"
"Iya, cepet!"
Dengan ragu dan malas, Jinan memeluk Ree yang masih terisak pelan, remaja bongsor itu menepuk-nepuk punggung Ree dengan kencang.
"Lo niat nenangin gue nggak sih?! Sakit anying!"
"Kasar ih! Dedek nggak suka Mas!" Ucap Jinan seraya melepaskan pelukannya pada Ree.
Winan hanya menggeleng melihat tingkah kedua temannya. Lalu matanya tak sengaja melihat ke arah Kirana yang tengah berjalan ke arah mereka bertiga, tentunya bersama Gigi dan kedua sepupunya.
"Eh Ree udah nangis nya, ada Kak Anna!"
Ree menoleh dan menatap Winan yang terlihat sedikit panik, lalu ia kembali menangis di pelukan Jinan.