38 Perkara hati

700 48 4
                                    

Merasa dejavu. Felisya merasa dejavu dengan keadaan yang sedang dia rasakan sekarang. Felisya Mencoba mengingat kejadian itu tapi sebuah hoodie kini berada di kedua pundaknya memecah lamunan.

"Ngelamunin apa Fel hujan-hujan gini?" Tanya Raka seraya menyampirkan hoodienya dan memberikan secangkir coklat hangat.

"Eh, enggak ada," kilah Felisya tidak ingin memperpanjang.

"Btw, makasi coklatnya." Lanjutnya.

"Di sini dingin, nanti lo bisa sakit,"

"Bentar lagi aku masuk kok Ka, kamu luan aja,"

"Gue mau nemenin lo." Ujar Raka di balas gumaman pelan oleh Felisya.

"Lo tadi habis dari mana Fel sama Gio?" Tanya Raka.

"Rumah sakit"

"Ngejenguk adiknya yang sakit?"

"Iya Ka" ucap Felisya dengan raut sedih.

"Lo sedih?" Tanya Raka.

"Hm enggak tau kenapa, ngelihat adiknya Gio ngingetin aku sama aku yang dulu. Sama-sama enggak punya orang tua, sama-sama punya penyakit yang mematikan tapi mungkin bedanya tuhan lebih baik ke aku, Tuhan nyembuhin aku dari penyakit itu tapi kalau Adik Gio..."

"Fel... Tuhan pasti memberikan yang terbaik buat hamba-hamba-Nya dan mungkin lo salah satu orang yang di berikan kesempatan terbaik itu dari Tuhan Fel. Jadi lo harus jaga dan rawat diri lo karena banyak di luar sana yang pengen kaya lo" ujarnya sambil mengelus pundak Felisya lembut

"Ka.. Perasaan kamu ke aku kemarin cuma bencanda aja kan?"

"Lo kenapa tiba-tiba tanya kayak gitu?" Ucap Raka dengan raut wajah marah.

"Selama ini lo hanya ngira gue becanda Fel?"

"Enggak ada kata becanda untuk perasaan Fel. Persaan gue ke lo itu nyata Fel dan gue serius" jelas Raka.

"Tapi aku enggak bisa ngebalas perasaan kamu Ka."

"Gue bakal tunggu Fel, gue yakin lo akan kembali ke gue. Cepat atau lambat,"

"Enggak akan Ka, aku udah janji sama diri aku untuk hanya mencintai Gio, jadi sekarang aku mohon sama kamu, lupain aku ya Ka,"

Raka menggeleng tak menyangka bahwa secepat ini dia akan kehilangan Felisya. Kehilangan dalam artian yang berbeda, kehilangan yang sangat amat menyesakkan hatinya.

Sebenarnya Raka sudah memperkirakan hal ini akan terjadi tapi dia tidak menyangka bahwa akan secepat ini jadinya.

"Gue enggak mau Fel, lo cinta pertama gue, gue cinta lo dari dulu sampai sekarang dan enggak akan pernah berubah dan lo juga bilang gue cinta pertama lo kan Fel, lo enggak bisa bohong sama gue" ucap Raka sambil tertawa getir.

Raka menyentuh kedua pundak Felisya, membuat kini kedua mata almond itu juga menatap lurus kearahnya dengan pandangan yang sulit untuk ia tebak.

Raka tidak suka, ia tidak suka cara mata gadis itu menatapnya, seakan hampa dan kosong tidak seperti dulu saat mereka bersama, kedua mata itu akan berbinar menatapnya kagum dan penuh damba.

"Stop Ka, sekali pun kamu cinta pertama aku, bukan berarti kamu cinta terakhir aku kan?"

"Karena yang di lihat dari sebuah cerita itu bukan awal tapi akhir tapi tetap aja kamu masih jadi bagian penting dalm kisah ini Ka, rasa itu juga pasti masih ada dan masih membekas,"

"Untuk sekarang aku mohon sama kamu, ikhlasin aku ya Ka, kamu pantas dapat yang lebih baik."


Ting
Ting
Ting

Dering ponsel berbunyi beberapa kali membuat Felisya tersentak dan mendudukkan bokongnya.

Felisya memang jarang mematikan data ponselnya tapi dia tidak pernah mendapati grup wa kelas seramai ini apalagi jam sudah menunjukan pukul 1.30 malam.

"Perasaan aku kok engga enak ya" gumamnya.

Bersamaan dengan tangannya yang ingin membuka notifikasi itu pintu kamar Felisya di ketuk cukup keras.

"Fel bangun Fel"

Felisya terburu-buru berlari membuka pintunya.

"Kamu kenapa Ka? Ini udah malam loh" ucapnya sambil melihat jam di ponselnya.

"Lo udah lihat beritanya di grup?"

"Lihat berita apa?"

"Gio kecelakaan"

I'M NOT VILLAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang