Sore itu jalan tampak padat. Suara klakson saling bersautan, motor yang biasanya leluasa mencari celah atau jalan tikus pun hanya bisa diam di tempat akibat kemacetan yang terjadi di hari rabu sore menjelang malam ini.
Gio menatap wajah gadis cantik yang kini berstatus sebagai pacarnya dari balik kaca spion mendapati gadis itu mengipas-ngipasi wajahnya dengan tangan.
"Panas Fel?" Gio bertanya pertanyaan yang sudah jelas jawabannya.
Felisya mengangguk "Iya Gi, gerah,"
"Maaf ya Fel, coba aja tadi aku enggak ngajak kamu untuk singgah beli bunga terlebih dulu pasti kita enggak kena macet," katanya. Karena jika Gio memilih mengantarkan Felisya lebih dulu kemungkinan kemacetan belum sepadat sekarang.
Felisya terkekeh "Enggak papa Gi, aku malah senang berlama-lama sama kamu kok, cuma aku sedikit gerah aja,"
Gio kembali menatap pantulan Felisya dari balik kaca spion, bibirnya melengkung keatas membentuk senyuman . Beruntung, Gio beruntung memiliki pacar seperti Felisya.
"Gi, bunga itu untuk siapa?"
Gio terlena dalam hayalannya hingga tidak sadar bahwa kemacetan sudah berakhir dan pertanyaan Felisya pun tidak di jawab olehnya.
"Gi, udah jalan tuh," ucap Felisya sambil menaruh dagunya di bahu Gio dan melingkarkan tangannya di pinggang Gio. Panggilan tersebut tentu saja menyadarkan Gio namun tidak lantas membuat Gio cukup tenang, jantungnya hampir saja copot akibat perlakuan manis gadis itu secara tiba-tiba membuatnya sedikit gugup.
"I-iya Fel."
"Fel, aku mau ngajak kamu bertemu dia sekarang, kamu siap?"
***
"Makasih ya Kak Lisya, udah mau ngunjungin Una," ujarnya.
Felisya tersenyum tulus seraya mengelus pucuk kepala gadis cantik berusia 12 tahun itu "Sama-sama sayang," ujar Felisya.
"Kapan-kapan Kak Lisya main lagi ya sama Kak Gio ke sini," ucapnya sambil berupaya bangun dari brankar yang mungkin telah menjadi sahabat gadis itu sejak umur 5 tahun. Tubuhnya pun sebenarmya tidak terlalu kuat untuk sekedar duduk karena beberapa waktu kebelakang dia baru saja terbangun dari koma setelah selesai melakukan operasi sumsum tulang belakang akibat sakit yang di deritanya tapi kali ini rasa sakit yang ia rasakan seolah lenyap berganti rasa teramat senang dan bahagia.
"Ya ampun dek, kamu jangan terlalu banyak gerak," Gio berujar khawatir dan ikut membantu pergerakan adiknya.
"Bang Gi, aku udah lumayan enakan kok," katanya mencoba meyakinkan kakaknya untuk tidak terlalu khawatir, Tapi tentu itu tidak bisa menampik fakta bahwa ucapan gadis itu adalah ketidak benaran karena siapapun yang melihat gadis itu sekarang pasti akan mengatakan bahwa gadis itu tidak benar-benar baik, untuk bernafas pun gadis itu di bantu tabung oksigen dan selang-selang infus yang menempel di tubuhnya. Hal itu membuktikan bahwa jelas keadaan gadis itu tidak sebaik yang ia katakan.
Tangan Felisya di tarik secara lembut olehnya "Makasih ya Kak Lisya, udah mau hadir di hidup Bang Gio, setelah ini Una enggak khawatir lagi kalau suatu saat Una bakalan pergi dan Bang Gio enggak akan kesepian karena ada Kak Lisya,"
"Dek, kamu enggak enggak boleh ngomong gitu, Abang enggak suka dengarnya," Gio ikut berdiri bersisian di sebelah Felisya, kini di tangan Gio sudah ada satu bucket bunga Seruni putih yang indah, di berikannya di pangkuan adiknya.
"Bunga Seruni" Gadis dengan surai coklat itu berbinar menatap bunga seruni di pangkuannya, bunga kesukaannya.
"Makasih Bang, baru aja Una kepikiran untuk minta Abang beli bunga Seruni yang baru soalnya bunganya udah pada layu gara-gara enggak Una siram 2 minggu ini,"
Pandangan Felisya pun lantas beralih ke arah nakas yang sudah mencuri pandangannya sejak awal dia memasuki ruangan ini. Terlihat ada banyak bunga yang sudah mati dan layu tersusun berjejeran rapi di lengkapi vas bunga di atas nakas gadis berusia 12 tahun itu.
Felisya pernah ingat bahwa dia pernah membaca buku yang berhubungan dengan berbagai jenis bunga, mulai nama, jenis, cara pengelolahan dan symbol dari bunga-bunga tersebut.
Setau Felisya dari buku yang ia baca bunga Krisan putih atau biasa di kenal dengan bunga seruni putih memiliki makna kesetian dan duka cita secara bersamaan, membuat Felisya sedikit tertegun dengan selera bunga adik pacarnya ini.
"Kak Lisya pasti bingung kan kenapa aku suka bungan Krisan putih ini?" tanyanya sambil memindahkan bunga seruni putih itu di vas bunga yang baru. Gio pun lagi-lagi hanya tersenyum menjadi mendengarkan apa yang adiknya sampaikan, sesekali ikut membantu pergerakan adiknya untuk bisa menyemprot tanaman indah itu, hanya membantu mengambilkan semprotan saja, sisanya gadis itu lakukan sendiri.
Hanya gadis itu, Gio di larang untuk menyemprotkan bunga tersebut makanya bunga tersebut mati karena 2 minggu ini gadis itu dalam
keadaan koma."Bunga ini melambangkan kebahagian dan kesedihan Kak dan juga Papa dan Mama dulu juga suka nanam bunga ini di rumah, " lirihnya.
"Tapi sekarang Papa--"
"Dek, kamu belum makan kan? Ayo makan dulu nanti di lanjutin lagi ngomongnya ya?" ucap Gio memotong percakapan adeknya dan Felisya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M NOT VILLAIN
Novela JuvenilFelisya Putri Lionel. semua murid SMA JAYARAKSA mengenal gadis itu dengan sebutan Villain, si jahat yang tidak memiliki hati, Felisya benar-benar tidak memiliki masa depan yang cerah, baginya tidak ada hal yang penting di dunia ini kecuali mendapat...