(17) Perjodohan masa kecil

1.5K 80 3
                                    

Apa yang akan kalian lakukan jika tiba-tiba dihadapkan dengan sebuah pertanyaan yang menyulitkan di tambah dengan tatapan mematikan dan aura menakutkan dari seorang yang memberikan kalian pertanyaan.

Raka dan Felisya sedang berada di situasi itu.

Seperti terciduk sedang melakukan yang tidak-tidak, Fano mengadakan penyelidikan atas kejadian yang baru saja dilihatnya di kamar Raka.

Fano tidak tau sejauh apa hubungan anaknya dengan gadis yang di titipkan dirumahnya ini 8 tahun lalu. Fano hanya tau Raka dan Felisya bersahabat sedari kecil namun Fano tidak tau hubungan mereka seintens yang ia lihat di kamar Raka. Masih teringat jelas di kepala Fano, saat dimana kedua tangan Raka melingkar sempurna di perut Felisya dan jangan lupakan ekspresi kedua remaja itu. Sunggung membuat Fano memikirkan yang tidak-tidak.

"Udah deh Pa. Raka sama Felisya enggak ada apa-apa. Tadi Mama yang nyuruh Felisya bangunin Raka," Klara memegang lengan suaminya yang tampak terdiam sambari memperhatikan Raka dan Felisya yang duduk di sofa tepat di depannya dengan sorot menyeramkan.

"Papa bukan permasalahin itu. Papa ngelihat dengan mata kepala Papa sendiri. Raka peluk Felisya dari belakang. Papa jadi curiga akan sesuatu," ujar Fano mengubah posisi duduknya menghadap  Klara.

"Ya ampun Papa, dari dulu Raka emang suka peluk Felisya masa Papa lupa sih," Klara mencoba membuat suaminya tidak memperpanjang masalah Raka dan Felisya. Jujur saja, Klara  terkejut mendengar penjelasan dari suaminya itu namun dilain hal Klara juga senang jika hubungan Klara dan Raka lebih dari sekedar teman masa kecil.

"Mereka sudah dewasa Ma bukan anak kecil lagi, mereka pasti juga paham, batas-batas persahabtan perempuan dengan laki-laki itu seperti apa. Jika melihat dari apa yang tadi mereka lakukan, Papa yakin 100 persen mereka lebih dari sekedar teman."

Fano kembali mengatur duduknya menghadap Raka dan menatap Raka tajam.

"Ada hubungan apa kamu sama Felisya dan apa yang tadi kamu lakukan dengan Felisya?" tanya Fano pada Raka datar.

Bukannya Fano tidak mempercayai Raka dan Felisya. Fano sangat mempercayai Raka dan Felisya karena mereka tidak akan mungkin melakukan sesuatu yang belum pantas mereka lakukan tapi Fano hanya mencoba memastikan saja.

"Raka enggak ada hubungan apa-apa sama Felisya Pa," jawab Raka tenang.

Berbeda dengan Raka yang terlihat sangat tenang. Felisya keringat dingin di tempat duduknya—
Raka sialan. Felisya terus menggerutu dalam diam. Jika saja Raka tidak memeluknya dan jika saja Felisya tidak terbawa perasaan pasti dia tidak ada dalam situasi ini dan Om Fano pasti tidak akan berpikir macam-macam tentang hubungannya dengan Raka.

"Papa enggak suka kamu bohong Raka," timpal Fano.

"Raka enggak bohong Pa. Raka dan Felisya enggak ada hubungan apa-apa," sahut Raka.

Fano menghela nafasnya " Yasudahla kalau kamu memang enggak ada hubungan apa-apa dengan Felisya,"

Raka, Felisya dan Klara menyerngit heran dengan perubahan nada bicara Fano.

"Papa udah enggak marah lagi?" tanya Klara.

"Siapa yang marah sih Ma?"

"Loh?"

"Papa cuma mau mastiin aja Ma. Soalnya Papa keinget perjodohan masa kecil Raka dengan Felisya. Saat itu perjodohannya di batalkan karena Raka enggak mau ngelanjutin dan Papa kira jika Raka memang sudah suka dengan Felisya, Papa bisa lanjutin perjodohan ini," ucap Fano seraya menyeruput kopi yang berada di genggamannya.

"Ngelanjutin perjodohan?" beo Felisya dan Klara diangguki oleh Fano.

"Mama kira Papa marah sama Felisya dan Raka karena mereka pelukan," Klara mengelus dadanya lega.

I'M NOT VILLAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang