09: Nomor tidak dikenal

371 47 0
                                    

"Kau tidak menginginkan sesuatu?" tanya Satoru yang sudah dua hari cuti karena Utahime sedang sakit.

Sebenarnya Utahime hanya demam biasa, tapi bukan Satoru namanya kalau tidak berlebihan, pria itu bahkan tidak membiarkan Utahime beranjak dari ranjangnya. Usia kandungan Utahime sudah memasuki 23 minggu, tubuhnya kini agak berisi, kalau kata Satoru perubahan itu malah membuat Utahime jauh lebih seksi.

"Tidak." Utahime sibuk menatap layar iPad-nya.

Satoru yang saat ini sedang tiduran di atas paha Utahime melirik ke arah wanita itu, "benar?"

"Iya..."

Satoru lalu mengusap-usap perut Utahime, kemudian menciumnya, "Kau sedang apa di dalam?" Satoru mengajak bicara perut Utahime.

Utahime selalu tersenyum geli kalau Satoru mulai berbicara dengan perutnya, pria itu terlihat sangat serius, dan menggemaskan.

Oh apa ini? Apa Utahime mulai jatuh pada Satoru?

Entahlah

"Satoru."

"Hm."

"Lihat aku," sahut Utahime karena Satoru masih fokus dengan perutnya.

Satoru lalu menatap Utahime, wanita itu menunjukkan sebuah gambar desain kamar bayi pada Satoru. "menurutmu bagus yang mana? Yang kanan atau yang kiri?"

Satoru berpikir sebentar, "Hm kanan."

"Ok."

"Mau mulai renovasi kapan?" tanya Satoru.

"Mungkin bulan depan."

"Baiklah."

Utahime meletakkan iPad-nya lalu meraih ponselnya yang ia taruh sembarang, menatap ke layar ponselnya yang sedang berdering, "nomor tidak dikenal." desis Utahime.

Satoru kontan beranjak dari posisinya dan menatap Utahime, seolah mengerti Utahime langsung memberikan ponselnya pada Satoru.

"Halo?"

"..."

"Ini siapa?"

"..."

Samar-samar Satoru dapat mendengar suara orang cekikikan.

Merasa tidak beres Satoru kontan mematikan sambungan itu. "siapa?" tanya Utahime.

"Orang iseng."

"Ah sangat mengganggu, akhir-akhir ini aku sudah tiga kali di telepon nomor tidak dikenal."

"Kau pernah mengangkatnya?" tanya Satoru.

"Tidak."

Satoru menghela nafas lega, "syukurlah."

"Akhir-akhir ini kau jadi mudah cemas, ya..." desis Utahime pada Satoru.

Satoru memeluk Utahime, "jangan memelukku." Utahime menjauhkan tubuh Satoru.

"Cemasku hilang kalau memelukmu."

Utahime berdecih, "modus."

"Itu juga."

"Ah iya ngomong-ngomong aku sangat ingin bertanya tentang ini." Utahime menoleh ke arah Satoru yang saat ini ikut duduk bersandar di kepala ranjang.

"Apa?"

"Kenapa kau setuju dengan pernikahan kita, bahkan aku tidak melihat penolakan sama sekali darimu, aku juga heran kenapa di awal pernikahan kita kau sangat menempel denganku? Seolah kau mengenalku sejak lama."

Satoru diam sebentar, merangkai kata-kata di otaknya supaya bisa menjawab pertanyaan itu dengan tepat, kan tidak mungkin dia menjawab kalau perjodohan ini adalah idenya. "Pertama, aku tidak menolak perjodohan ini karena ini demi perusahaan. Kedua, kalau soal menempel sepertinya memang terasa nyaman saja saat berada di sekitarmu, rasanya sangat menyenangkan bisa mengganggumu,"

"Dan terakhir karena aku mencintaimu." Satoru tersenyum pada Utahime.

"Mencintaiku? Yang benar saja?" Walaupun ini bukan kali pertama Satoru mengatakan cinta, tapi tetap saja masih terdengar asing di telinga Utahime.

"Ya memang benar, memangnya aku terlihat sedang berbohong?"

"Iya, aku tidak percaya padamu."

"Bagaimana cara membuktikannya kalau aku benar-benar mencintaimu?"

"Hm, ceritakan semua yang tidak aku tahu."

"Cerita apa?"

"Aku itu selalu merasa kalau ada sesuatu yang kau sembunyikan, aku ingin tahu jawaban itu, mungkin dugaanku benar kalau sebenarnya kita pernah saling kenal."

"Kenapa kau berpikir seperti itu?"

"Bukannya aku pernah mengatakannya padamu?"

"Soal ruang kosong itu?"

"Iya, aku merasa ruang kosong itu mulai terisi lagi, rasanya sangat menyenangkan, seolah aku bisa memulai hidupku lagi. Mungkinkah aku pernah lupa ingatan? Tapi apa yang aku lupakan? Mungkinkah itu kau? Tapi bagaimana bisa?"

"Atau bahkan kau juga tahu penyebab sebenarnya bekas luka di wajahku ini?"

Satoru kontan memeluk Utahime, "aku tidak mengerti dengan pertanyaanmu, terlalu banyak, aku pusing...."

"Ok aku anggap kau benar-benar tahu. Aku tidak memaksamu untuk menjawabnya, tapi bukankah lebih baik kalau aku tahu? Apa yang sebenarnya aku lupakan?"

"Tidak ada, kau tidak melupakan apa-apa."

"Jangan bohong."

"Utahime, sudahlah...."

"Aku akan mengingatnya sendiri, oh atau mungkin pria halte, pengirim buket, dan nomor tidak dikenal mengetahui sesuatu juga?"

"Utahime demi Tuhan jangan pernah berurusan dengan orang itu."

"Aku butuh jawaban, Satoru."

"Tidak, pokoknya jangan."

"Ya kenapa? Kenapa kau tahu sesuatu tentangku sementara aku sendiri tidak tahu apa-apa?"

"Kenapa jadi begini." Satoru menghela nafas, merasa topik obrolan mereka sudah berada di ujung jurang.

"Apa?" Utahime masih menuntut jawaban.

Satoru menghela nafas, mungkin sudah saatnya Utahime tahu tentang masa lalu mereka.


To be continued...


next part khusus membahas hubungan Satoru dan Utahime sebelum menikah!

Sengaja di pisah sama part ini karena mau partnya bersih dari gangguan orang aneh, pengirim buket, dsb.  ;)

Empty Space // gojohimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang