Prolog

81 18 5
                                    

Bingun jadi nya.

Happy Reading

*
*
*
*

"Zef." Panggil Seorang gadis pada pemuda disampingnya. Walaupun ia tahu Zefran tak akan menyahut.

"Gue sayang dan cinta banget sama loh. Rasanya gue bakal mati, kalau rasa cinta ini hilang. Rasanya bakalan hambar, tanpa harus mencintai lo." Fanya menoleh kearah Zefran, menatap lekat wajah yang selalu ia puja sejak lama. Jika orang-orang mengatakan bahwa perasaan nya adalah sebuah obsesi, maka dengan lantang Fanya akan membantah pernyataan itu. Tidak ada yang lebih tau perasaan nya dibandingkan dirinya sendiri. Fanya mencintai zefran. Hanya zefran.

"Jadi...." Merasa penasaran dengan kalimat yang akan gadis itu ucapkan, Zefran spontan menoleh ke samping.

"... Kalau menurut lo. Eksistensi gue berharga, gue harap lo nggak akan pernah bikin gue berfikir untuk berhenti buat cinta sama lo."

Kalimat yang fanya ucapkan membuat Zefran memutar bola mata malas.

Omong kosong! Bukan kah gadis itu baru saja mengatakan bahwa Zefran adalah hidupnya? Jadi kenapa fanya akan berfikir untuk berhenti cinta pada nya? Apakah gadis itu mau mati?

Rasanya Zefran ingin menyemburkan tawanya saja.

Haah Membosankan. Berbicara tentang perasaan fanya tak akan pernah ada habisnya.

Tanpa mengatakan apapun pemuda itu melenggang pergi dari sana.

Meninggalkan fanya yang masih menatap rumit punggung Zefran yang semakin menjauh.

"Sekali lagi Zefran. Sekali lagi. Setelah itu gue bakal bener-bener pergi dari hidup lo."

Selepas malam itu, fanya kembali pada aktivitas sehari-harinya. Yaitu merecoki Zefran. Yah itu bagi Zefran, tapi bagi fanya itu adalah sebuah ungkapan rasa sayang dan cintanya pada sang pujaan hati

Menit berganti jam, jam berganti hari, dan hari berganti bulan. Tak terasa perjuangan yang dilakukan fanya untuk merebut hati pemuda itu sudah hampir 7 tahun.

Kenapa 7 tahun? Apakah kalian berfikir malam itu adalah ungkapan perasaan fanya yang pertama kalinya? Bukan! Itu sudah yang ke seratusan kalinya. Yah selama itu memang fanya mencintai Zefran, tapi.... Zefran tak pernah berniat untuk membalas perasaan nya. Hanya ada bentakan, tatapan malas, dan penolakan yang diterimanya setiap hari.

Fanya selalu berfikir. Apa kurang dirinya? Cantik? Tentu saja. Kaya? Apalagi. Pintar? Yah lumayan lah untuk bersandingan dengan Zefran. Tapi mengapa pemuda itu tak pernah sekali berniat untuk membuka hatinya untuk fanya?

Apakah Zefran mempunyai penyakit penyimpangan seksual?

Tidak! Zefran bukan mempunyai penyakit menyimpang, tapi memang Zefran sedari dulu tak mau meliriknya sedikit pun.

Buktinya sekarang fanya melihat Zefran sedang tersenyum bersama seorang gadis, yang akhir-akhir ini dekat dengan pemuda itu.

Sekarang fanya mengerti. ia takkan pernah bisa membuat Zefran membalas perasaan nya. Sudah lah mungkin memang ini akhirnya.
Jika memang bisa difersentasekan maka, persentase perasaan fanya untuk Zefran adalah 10%. Rasanya memang hambar. Fanya jadi tak berselerah untuk tetap hidup.

Hah... Sudahi saja.

Gadis itu berbalik, berniat ingin menyebrang. Ia melihat Zefran tadi dari etalase kaca sebuah restauran yang transparan dan menghadap pemandangan jalan kota. Ia bukan menguntit, ia hanya kebetulan lewat saja. Se cinta nya fanya pada Zefran, ia tak mungkin segabut itu untuk menguntit nya.

Complicated  (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang