01.

59 21 3
                                    

Hai Guys Aku balik lagi.

Hehe...

*
*
*
Happy Reading

***

Sepasang manik hazel menatap kosong dinding putih polos didepannya. Bau obat-obatan menyengat tak membuat gadis itu mengalihkan pandangan nya dari dinding, seolah dinding itu lebih menarik perhatian dari pada yang lain nya.

"Gimana bisa?" Setelah sekian lama terdiam, akhirnya ia mengucapkan perkataan lirih itu.

Ia dibuat tak bisa berkutik, ketika tiba-tiba terbangun dengan wajah asing, dan suasana serba asing.

Melihat orang-orang berlalu lalang dari balik kaca luar jendela yang transparan membuat opini nya semakin kuat. Ini jelas bukan Los Angeles! Lalu dimana ia sekarang?!

Dan ... Wajah ini? Apa yang sebenarnya sedang terjadi?!

Jika memang dokter tadi tidak datang dan mengatakan omong kosong tapi memiliki bukti, Ia bisa saja berfikir bahwa ia sekarang berada di negara ini untuk melakukan operasi plastik, akibat kecelakaan yang dialami nya sehingga membuat wajah nya hancur dan harus di operasi.

Tapi fakta yang dikatakan dokter tadi berhasil membuat pikiran positif nya lenyap begitu saja, Digantikan dengan pikiran bingung, tak percaya dan tak tau harus berbuat apa.

Yan pertama, dokter itu memanggil nya dengan nama Fanya.

Yang kedua dia adalah anak dari seorang yang berpengaruh di negara ini, yang bernama Arslan Axelio Robert.

Dan yang terakhir dia berada di negara Indonesia—Negara kelahiran nya.

Tentu saja ayahnya tak mungkin membawanya ke Indonesia, mengingat kejadian kelam 3 tahun lalu yang menimpa mereka.

Jadi yang bisa Kaira simpulkan dia berada di Raga gadis bernama Fanya.

Memikirkan itu, Kaira yang tadinya kalut dengan kejadian yang dialaminya seketika mengangkat sudut bibir membuat senyuman miring tercetak jelas dibibir ranum gadis itu.

"Sebenarnya bukan hal buruk." Bisik nya lirih.

Ceklek.

Kaira atau yang sekarang akan kita panggil Fanya, mendatarkan raut wajahnya, ketika mendengar suara pintu rungan yang ia tempati terbuka.

Menoleh ke samping wajah asing pria paruh baya menyapa indra penglihatan nya.

Apa dia ayah dari Fanya?

"Dokter bilang kamu amnesia, apa itu benar?" Tanya Pria paruh baya itu ketika telah sampai pada samping brangkar putrinya.

Fanya mengangkat alis. "Menurut anda?" Tanyanya balik.

Arslan menghela nafas. Yang dikatakan dokter memang benar. Fanya sekarang menatap nya seperti orang asing.

"Papa memang menyuruh kamu membuat Putra Adijaya jatuh cinta sama kamu, tapi bukan berarti kamu harus mengorbankan nyawa muh juga. Kalau sudah seperti ini, uang saya juga yang keluar." Ucap Arslan sarkas.

Fanya yang berjiwa Kaira, mendengus sinis. Ternyata benar dia ayah dari fanya. Tapi mengapa perkataan yang ia lontar kan sangat kasar?.

"Apa anda akan jatuh miskin jika membayar biaya rumah sakit yang jumlah nya tak seberapa ini? Jangan berprilaku seperti seseorang yang kekurangan uang." Balas kaira tak kalah sarkas pula, dengan ekspresi malas.

Complicated  (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang