09. The Irony

151 26 1
                                    

Juli berjalan keluar dari cafe setelah tadi nugas di sana. Baru beberapa langkah, tiba-tiba datang Kesha dari belakang menepuk pundaknya.

“Juli!”

Juli berbalik. “Eh, Kesha?” perempuan itu menampilkan senyum.

“Jul, boleh ngobrol sebentar gak?” pinta Kesha penuh harap. Juli dengan keheranannya gak terlalu mengindahkan, toh dia juga lagi buru-buru sekarang.

“Oh iya kenapa Sha? Tapi di sini aja ya gue gak bisa lama-lama soalnya,”

Kesha mengulum bibirnya, menyelipkan rambutnya ke belakang telinga dengan gugup. Juli merasa ada yang gak beres sekarang.

“Lo tau kan gue pernah confess ke Bintang?”

Oh shit, here we go..

“Iya,”

“Jujur gue masih suka sama dia, Jul” Juli bungkam.

“Gue salah gak kalo minta lo menjauh dari Bintang?” Juli masih bungkam dengan ekspresi gak terima.

I mean.. gue tau kalian sahabatan, tapi selagi ada lo gue sampe kapanpun kayaknya gak akan bisa dapetin Bintang,” Kesha meraih tangan Juli untuk digenggam.

Juli menarik tangannya. “Lo suka sama Bintang bukan urusan gue, Sha. Kalo Bintang nolak lo, berarti emang perasaan dia gitu. Bukan karena gue,”

Kesha berdecak frustasi. “Gue gak menyalahkan lo kok. Tapi aduh gimana ya, situasinya emang begitu kan”

“Lo bisa usaha untuk dapetin hati Bintang, gue gak akan ganggu. Tapi sekali lagi, biar Bintang yang memutuskan” kata Juli dengan tegas.

Please lo jangan naif, Juli!” Kesha meninggikan suaranya. Juli makin dibuat gak terima dengan ucapan Kesha barusan.

“Lo bisa ngucap stamping itu. But in the end, it always about you, Jul!”

Kesha melanjutkan. “Lo gak sadar sepenting itu lo buat Bintang. Jadi gue mohon, lo bisa kan jaga jarak- gak, tapi menjauh??”

Juli menahan emosinya dengan menghela nafas. Kesha yang desperate akan cinta Bintang bikin Juli makin tambah beban. Keadaan dia sekarang udah capek dan gak mau terlalu meladeni Kesha.

“Gue cabut,” tanpa menjawab permintaan Kesha, Juli pergi gitu aja. Di belakang sana, Kesha merengut sedih.

Pulang-pulang bukannya langsung istirahat, malah disuguhkan pemandangan Naya and the gank yang lagi ngerancang ala-ala party di rumahnya. Juli ingat adiknya ini bilang dia mau ngerayain dirinya yang mendapat ranking satu. Ngambil kesempatan banget mentang-mentang gak ada ibu di rumah.

Ada party di rumahnya dan Juli lagi capek. Itu tandanya apa? Tandanya Juli harus ngungsi. Biasanya dia langganan nginep di rumah Yelena, tapi hubungan mereka belum membaik, bahkan belum ada komunikasi sama sekali. Pilihan kedua yaitu rumah Bintang.

Sayangnya mau gimanapun Juli berusaha mengabaikan ucapan Kesha, tetap dipikirin. Dia gak mau dengan ketemu Bintang, malah bikin dia makin kepikiran nantinya.

Andai rumah Riyu, Cantika, atau Yumna gak sejauh itu. Mungkin Juli masih punya banyak pilihan.

Ting!

From. Bintang:
Lo abis ngapain sama Kesha?

Dahi Juli menyerngit. Dia gak ada bilang apa-apa soal percakapan tadi, tapi Bintang tau. Jelas Kesha yang lapor.

To. Bintang:
Ngobrol

Juli tau kemana ini akan dibawa. Kesha pasti menceritakan melalui sisinya.

From. Bintang:
Kesha barusan telepon
Nangis anaknya

Begitu banyak tanda tanya di kepala Juli sekarang. Dia gak merasa ngelakuin sesuatu yang menyakiti, kan.

From. Bintang:
Dia cuma bilang gara-gara lo sih tapi gak cerita kenapa
Makanya gue mau nanya lo

Juli merotasikan matanya. Drama queen banget Kesha ini.

To. Bintang:
Lo sering teleponan sama Kesha?

Pertanyaan out of topic Juli itu bikin Bintang di seberang sana dibuat bingung. Bintang bingung maksud pertanyaan Juli itu karena cemburu atau sekedar pertanyaan

Bintang pun memutuskan untuk pergi keluar menghampiri Juli di rumahnya. Tapi karena di bawah rame jadi Bintang langsung ke kamar Juli (walaupun biasanya juga gitu).

“Julㅡ”

Brak!

Bintang yang asal buka pintu kamar Juli beringsut mundur dan menutup pintu kembali karena spontan. Kulit putihnya dihiasi semburat merah seketika.

Juli cuma pakai tank top dan hot pants!

Cewek itu lagi tengkurap di atas kasurnya. Bintang kaget.

Bintang gak perlu bereaksi begini sebetulnya. Tapi dia juga gak tau kenapa rasanya malu.

“Bintang, lo kenapa?” Juli membuka pintu dengan balutan selimut di tubuhnya. Dia sebenarnya tau kenapa raut wajah Bintang memerah sekarang. Tapi Juli juga gak sanggup membicarakannya.

“Lo ngapain ke sini?” Juli mengubah pertanyaannya. Menutup pintu hanya menampilkan kepalanya yang muncul.

Bintang mengusap tengkuknya. Berdehem mereda suara seraknya. Walaupun Juli membalut tubuhnya dengan selimut, leher cewek itu masih mendistrak Bintang.

Ayolah, Bintang ini cowok normal.

Engga, ini.. gue mau nanyain Kesha,”

Mendadak ekspresi Juli berubah. Cewek itu langsung menampilkan wajah datar.

“Kenapa gak tanya Kesha aja!” Juli menarik pintu namun Bintang menahan dengan tangannya.

“Gue percaya lo dibanding dia,”

Juli mengerjap. Mendorong tubuh Bintang supaya menjauh karena posisi mereka yang agak intim.

“Dia nyuruh gue jauhin lo,” jawab Juli jujur. Dia juga gak mau berlama-lama bahas Kesha.

“Hah?!”

“Gak tau gue juga bingung- udah ah jauh-jauh deh lo nanti gue dilabrak lagi!” usir Juli.

Bintang mengerut gak terima. “Lo beneran mau ngejauhin gue?”

“Iya lah! Kalo gak gitu Kesha gak bakal berenti ganggu gue, udah sana sana!”

Bintang menatap Juli dengan kecewa. Sebelah tangannya merogoh dua tiket konser untuk diberikan pada Juli.

“Tuh tiket konser yang lo mau. Gue beli dua, terserah lo ajak siapa” kata Bintang ketus, memaksa Juli menerima pemberiannya.

Juli sendiri mengerjap kaget dengan situasi yang begitu cepat ini. Bintang langsung pergi setelah menyerahkan tiket konser pada Juli.

Juli menatap tiket konser itu. Bintang masih ingat ternyata. Juli rasanya jadi campur aduk, dia sedih tapi juga marah pada dirinya sendiri.

Kenapa gak ada hal baik yang terjadi padanya? Juli selalu didatangkan masalah satu persatu.

tbc.

pendek dulu gesss ak lgi pkl #semangatdiriku

BEST(BOY)FRIEND | Soobin, LiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang