Seorang remaja tampan terduduk dengan nyaman di samping sebuah pusara yang masih tampak baru. tanahnya masih basah, taburan bunganya masih terlihat segar walau dibeberapa helai mulai tampak layu, dan nisan itu masih putih dengan tulisan yang terlihat jelas walau terdapat beberapa noda bekas tanah dibeberapa titik. mungkin sisa hujan semalam.
sudah hampir tiga puluh menit anak laki-laki itu masih nyaman duduk diam memeluk lututnya sambil menatap pusara yang ada didepannya. namanya Akasa. Kata bunda Akasa artinya udara. bunda bilang, Akasa adalah udara yang kehadirannya bermanfaat bagi banyak orang.
dulu, dulu sekali, Akasa masih ingat kala itu hujan gerimis. entah berapa usianya, yang ia ingat hanya dia yang saat itu masih duduk di sekolah dasar. sore itu Akasa bermain mobil mobilan di teras rumah sambil melihat hujan ditemani bunda. untuk pertama kalinya dia berani menanyakan kenapa hanya ada bunda dihidupnya.
bukan, bukan tidak bersyukur, tetapi Akasa hanya bingung kenapa teman-teman di sekolahnya memiliki lebih dari satu anggota keluarga sedangkan ia tidak. teman-temannya memiliki ayah dan ibu, atau lebih banyak lagi seperti ada kakak dan adik, bahkan beberapa temannya ada yang juga memiliki kakek dan nenek.
lalu mengapa Akasa hanya berdua dengan bunda? kenapa tidak ada ayah, tidak ada kakak atau adik, juga tidak ada kakek dan nenek seperti teman-temannya. Akasa hanya tau bunda dan om Jen dalam hidupnya, om Jen pun bukan keluarganya, om Jen adalah lelaki baik tetangga sebelah rumah yang selalu mau mau saja direpoti bunda untuk menjaga Akasa setiap sedang lembur.
"bunda, Aka punya ayah kayak Rafi? Rafi punya ayah bunda. tinggi. suka jemput di sekolah" Rafi adalah salah satu teman sekelas Akasa saat itu.
"ada. Aka punya ayah, punya kakak juga. tapi jauh, kerja. Aka disini ya temani bunda, nanti kalau sudah besar baru bisa ketemu ayah. kalau masih kecil belum bisa."
"besar itu kapan bunda?"
"saat Aka setinggi om Jen."
itu adalah kalimat penutup dan menjadi kalimat terakhir yang keluar dari mulut bunda soal ayah. benar-benar terakhir karena setelahnya bunda sudah tidak pernah membahas soal ayah, tidak sedikitpun hingga Akasa berusia 14 tahun. sehingga tanpa sadar pertanyaan soal ayah mulai terlupakan.
Ayah. Akasa tidak pernah tahu sosok ayah itu bagaimana, apakah sebaik om Jen, atau sejahat penculik yang sering Aka lihat di televisi, atau bagaimana. ia tidak punya gambaran apapun soal ayah. dan jika ada seseorang yang bertanya apakah Akasa pernah merindukan sosok ayah, jawabannya adalah tidak.
karena Akasa tidak pernah memiliki memori apapun soal ayah. bagaimana seseorang bisa merindukan sesuatu yang bahkan tidak pernah sekalipun ia rasakan dalam hidupnya.
"bunda, kata om Jen hari ini Aka diantar ke rumah ayah. katanya disuruh bunda. iya bunda?" tanya Aka memecah keheningan setelah lama terdiam hanya menikmati udara dingin yang berhembus di sekitar pemakaman. sepertinya akan turun hujan.
"Aka pamit ya bunda. bunda baik-baik disini, nanti kalau Akasa ada waktu Akasa akan kesini lagi ya bunda, jenguk bunda disini. semoga malaikat yang jagain bunda disana selalu nemenin bunda dan kasih banyak coklat ya bunda. Aka juga akan baik-baik aja disini, Aka janji bunda. jangan kuatir, oke bunda?" katanya sambil tersenyum yang membuat mata sipitnya terlihat seperti bulan sabit. manis sekali.
setelahnya, Akasa mulai berdiri sambil menepuk pelan bagian pantatnya agar tidak ada sisa tanah yang menempel pada celananya. pemuda yang belum genap 15 tahun itu tersenyum untuk terakhir kalinya lalu berjalan pelan menghampiri lelaki paruh baya yang kerap Akasa panggil om Jen dan pergi menemui ayahnya.
walaupun Akasa tidak tahu sama sekali akan ayahnya itu, Akasa akan tetap bersedia menuruti perintah bunda. Akasa yakin segala perintah bunda adalah yang terbaik untuknya. setidaknya itulah yang ia yakini selama ini. iyakan bunda?
❀•°❀°•❀
𝗁𝖺𝗅𝗈 𝗂𝗇𝗂 𝖺𝖽𝖺𝗅𝖺𝗁 𝖼𝖾𝗋𝗂𝗍𝖺 𝗉𝖾𝗋𝗍𝖺𝗆𝖺𝗄𝗎, 𝗆𝖺𝖺𝖿 𝗄𝖺𝗅𝖺𝗎 𝗇𝖺𝗇𝗍𝗂𝗇𝗒𝖺 𝖻𝖺𝗇𝗒𝖺𝗄 𝗄𝖾𝗌𝖺𝗅𝖺𝗁𝖺𝗇 𝖽𝖺𝗇 𝗄𝖾𝗄𝗎𝗋𝖺𝗇𝗀𝖺𝗇 𝗄𝖺𝗋𝗇𝖺 𝗒𝖺𝖺𝖺 𝗀𝗂𝗍𝗎 𝗆𝖺𝗌𝗂𝗁 𝖻𝖾𝗅𝖺𝗃𝖺𝗋. 𝗃𝖺𝖽𝗂 𝗄𝖺𝗅𝗂𝖺𝗇 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝖻𝖺𝖼𝖺 𝖼𝖾𝗋𝗂𝗍𝖺 𝗂𝗇𝗂, 𝗃𝖺𝗇𝗀𝖺𝗇 𝗉𝖾𝗋𝗇𝖺𝗁 𝗋𝖺𝗀𝗎 𝗎𝗇𝗍𝗎𝗄 𝗄𝖺𝗌𝗂𝗁 𝗌𝖺𝗋𝖺𝗇 𝗌𝖾𝖻𝖺𝗇𝗒𝖺𝗄 𝗆𝗎𝗇𝗀𝗄𝗂𝗇 𝗒𝖺𝖺𝖺, 𝖺𝗄𝗎 𝗇𝗀𝗀𝖺𝗄 𝖺𝗄𝖺𝗇 𝗆𝖺𝗋𝖺𝗁 𝗄𝖺𝗅𝖺𝗎 𝖺𝖽𝖺 𝗆𝖺𝗌𝗎𝗄𝖺𝗇 𝖺𝗉𝖺𝗉𝗎𝗇 𝖺𝗌𝖺𝗅 𝗌𝗈𝗉𝖺𝗇, 𝗄𝖺𝗋𝗇𝖺 𝗁𝖺𝗍𝗂𝗄𝗎 𝗂𝗇𝗂 𝗌𝖾𝗇𝗌𝗂𝗍𝗂𝖿 𝖺𝖻𝗂𝗌 𝗄𝖺𝗅𝖺𝗎 𝖽𝗂𝗆𝖺𝗄𝗂-𝗆𝖺𝗄𝗂 𝖻𝗂𝗌𝖺 𝗇𝖺𝗇𝗀𝗂𝗌.
𝖺𝗄𝗎 𝖺𝗄𝖺𝗇 𝗌𝖺𝗇𝗀𝖺𝗍 𝖻𝖾𝗋𝗍𝖾𝗋𝗂𝗆𝖺 𝗄𝖺𝗌𝗂𝗁 𝗎𝗇𝗍𝗎𝗄 𝗄𝖺𝗅𝗂𝖺𝗇 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗆𝖾m𝖻𝖾𝗋𝗂 𝗆𝖺𝗌𝗎𝗄𝖺𝗇 𝖽𝖺𝗇 𝗉𝖾𝗇𝖽𝖺𝗉𝖺𝗍 𝗍𝖾𝗇𝗍𝖺𝗇𝗀 𝖼𝖾𝗋𝗂𝗍𝖺 𝗂𝗇𝗂.
𝖻𝗍𝗐 𝖾𝗇𝗃𝗈𝗒!!! 🦨🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
A K A S A
General Fiction"bunda, ini lili putih kesukaan bunda. sebenernya Akasa nggak suka lihat bunda tidur di dalem tanah sendirian kayak gitu. bunda sendirian di dalem sana, Akasa juga sendirian di atas sini. kalau sama-sama sendirian kayak gini kenapa bunda tetep milih...