hari ini diawali dengan Akasa yang sudah dibangunkan oleh mama pagi-pagi sekali. ya benar. hari ini adalah hari pertama Akasa sekolah. walaupun dengan langkah lesu dan mata setengah terbuka Akasa tetap menjalankan perintah mama dari mulai mandi, hingga berdiri di depan cermin seperti sekarang berhadapan dengan mama yang sibuk merapikan rambutnya agar terlihat rapi.
kata mama rambutnya sudah mulai panjang sehingga harus dirapikan begini, agar poninya tidak mengganggu mata. Akasa setuju akan hal itu. rambutnya sudah waktunya dipotong, jadi dia nurut-nurut saja apa kata mama. yaaa tapi bukankah Akasa memang selalu menjadi anak yang penurut ya.
sejujurnya Akasa malas sekali dengan yang namanya sekolah. bukan malas belajar melainkan lebih ke malas berhadapan dengan siswa yang ada di sekolahnya nanti. selama hidupnya, Akasa tidak terlalu memiliki pengalaman yang menyenangkan di sekolah.
Akasa bukan tipe orang yang mudah akrab dengan orang lain, ia akan kesusahan berinteraksi dengan orang baru yang belum ia kenal sebelumnya. seperti memulai percakapan, memikirkan topik apa yang tepat untuk berbasa-basi, dan memberanikan diri untuk membuka obrolan.
semua itu adalah hal yang melelahkan untuknya. malah sepertinya jika ia terjebak di suatu ruangan dan hanya ada dirinya dan satu orang yg tidak dikenalnya, dimana orang tersebut diam sepanjang hari tanpa mengajaknya bicara, maka sepertinya Akasa juga akan memilih untuk ikut diam sepanjang hari tanpa mengajaknya bicara pula. bukan tidak mau, tapi lebih ke bingung harus bicara seperti apa. serius, posisi seperti itu benar-benar nyata adanya bagi tipe manusia seperti Akasa.
"nah udah. anak mama emang yang paling ganteng. bukunya udah semua kan? jangan sampai ada yang ketinggalan loh dek." kata mama setelah memastikan penampilan Akasa sekali lagi.
"wah adek abang mau sekolah. sini abang mau lihat." bang Aru yang tiba-tiba muncul dari balik pintu mulai berlari kecil menghampiri Akasa dan mencium pipinya.
seminggu di rumah ini, Akasa sudah mulai terbiasa dengan yang namanya digendong dan dicium. terutama oleh papa, mama, bang Kalan, dan bang Aru. dari semua orang itu tentu yang menempati urutan pertama paling sering mencium dan memeluknya ya bang Aru ini. Baruna dan rasa gemas kepada Akasa adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan akhir-akhir ini.
pagi ini papa sengaja mengantar Akasa, Dritan dan Agir ke sekolah. katanya sih karna hari ini merupakan hari pertama Akasa ke sekolah, sehingga dianggap sebagai hari istimewa. jadi tidak ada salahnya papa yang mengantar mereka bertiga.
setelah berpamitan kepada papa dan digiring oleh kedua kakaknya ke ruang guru, Akasa sudah sampai di kelas barunya. sekolah ini terlihat lebih bagus jika dibandingkan dengan sekolah lamanya. jauh. bangunannya terlihat modern dengan aksen yang terlihat mewah, lingkungannya juga bersih dan serba indoor kecuali lapangan untuk upacara.
berbicara soal sekolah, Akasa juga baru tahu dari papa jika sekolah bang Aru dan bang Badra berada tepat disamping sekolahnya ini. kalau menurut Akasa sih sepertinya sekolah-sekolah ini masih dibawah satu naungan yayasan yang sama, dilihat dari letak hingga gaya bangunannya.
kelas 8-H. kelas baru Akasa. Akasa rasa anak-anak yang sekolah disini bukan golongan dari keluarga biasa, terlihat dari bagaimana penampilan mereka. begitu masuk kelas, guru barunya langsung menyuruh Akasa untuk memperkenalkan diri di depan kelas.
Akasa kadang bingung kenapa budaya ini selalu ada, toh sebenarnya tanpa seperti ini secara naluriah siswa baru cepat atau lambat akan berkenalan dengan teman-teman kelasnya kan.
"nama saya Akasa. senang bertemu dengan kalian." kata Akasa singkat lalu duduk kembali setelah dipersilahkan oleh sang guru.
hanya ada satu tempat kosong yang dapat diduduki Akasa, tepatnya disebelah siswa laki-laki yang saat ini duduk dibagian paling belakang. selama berjalan ke tempat duduknya, tidak sedikit dari teman-teman sekelasnya yang memandang dengan tatapan menilai. bukan Akasa tidak tau akan hal itu, alih-alih memikirkan kesan mereka setelah melihatnya, Akasa lebih tertarik memikirkan apa alasan ia dipandang sampai sebegitunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A K A S A
General Fiction"bunda, ini lili putih kesukaan bunda. sebenernya Akasa nggak suka lihat bunda tidur di dalem tanah sendirian kayak gitu. bunda sendirian di dalem sana, Akasa juga sendirian di atas sini. kalau sama-sama sendirian kayak gini kenapa bunda tetep milih...