"Akasa pulang." katanya sambil menyeret tas sekolahnya.
rumah benar-benar terlihat sepi, tidak ada yang menjawab salamnya, tidak seperti biasanya. sepertinya mama sedang ada acara diluar lagi hari ini, dan papanya tentu masih di kantor. entah kemana semua kakak-kakaknya, walaupun tidak lengkap, biasanya ada satu atau dua yang sudah berada di rumah jika menuju sore seperti saat ini.
hari ini adalah hari pertama Akasa mengikuti kumpul rutin mingguan ekstrakulikuler yang dirinya ikuti, jadi harus pulang lebih sore daripada biasanya. ia juga sudah mengirim pesan pada mama agar beliau tidak khawatir.
alih-alih berjalan ke kamarnya, Akasa lebih memilih untuk ke arah dapur. ia butuh air dingin.
"loh adek udah pulang. kok bibik nggak dengar?" sapa salah satu asisten rumah tangga di rumahnya. iya, karena sekarang sang mama mulai sering memanggil dengan sebutan adik, banyak juga penghuni rumah yang mulai mengikuti jejak sang mama untuk memanggil dirinya adik. tidak terkecuali bik Surti.
menghentikan acara meneguk air dingin yang sedang dilakukannya, Akasapun tersenyum,
"barusan bik. mama kemana?"
"ke kantor bapak, nganter apa gitu tadi katanya. dokumen tah ya namanya, bibik lupa."
menganggukkan kepalanya beberapa kali tanda mengerti, Akasa mulai melanjutkan kegiatan untuk menghabiskan air dari gelas yang ia genggam. hingga tanpa sadar ada orang lain yang memasuki dapur sambil berjalan cepat seperti mencari sesuatu.
"bik lihat kantong plastik besar yang isinya botol-botol bekas air mineral gitu nggak? tadi di deket pintu ruang tamu tapi sekarang nggak ada." Kane membuka suara setelah memutari dapur sambil celingukan.
"oh yang warna hitam itu bukan mas?"
"bener. bibik ada lihat?"
"loh tadi kata ibu suruh dibuang aja itu mas. soalnya mangkrak gitu di ruang tamu, ibu pikir emang sengaja mau dibuang tapi kelupaan. itu punya mas Kane?"
Kane yang mendengar hal tersebut raut wajahnya tentu mendadak keruh.
"itukan buat tugas projek bareng temen-temen bik. kok dibuang" katanya sambil berlari keluar, Akasa tebak kakaknya itu pasti berlari ke arah tempat sampah di pojok halaman depan.
setelah menyelesaikan kegiatannya, Akasa menoleh sebentar untuk melihat wajah bik Surti yang tampak cemas. asisten rumah tangga mamanya ini pasti khawatir kena amuk sang abang, karna bagaimanapun secara tidak tertulis Kane adalah salah satu penghuni rumah yang tidak boleh diusik. bukan apa-apa, auranya memang terlihat seram.
"nggak papa bik. bibik kan nggak sengaja, lagian tadi cuma jalanin perintahnya mama kan. bang Kane nggak akan marah sama bibik" katanya menenangkan, kasihan juga saat melihat wajah bik Surti. menyesal sekali sepertinya.
"baru ini loh mas Kane bicara panjang kayak tadi ke bibik, tapi malah karena bibik buat salah."
Akasa meringis mendengarnya. tidak tahu harus menjawab apa, akhirnya ia memilih untuk menyusul abang keduanya itu kedepan.
Akasa dapat melihat punggung Kane yang sedang membungkuk sambil membuka tempat sampah besar di pojok kiri halaman. sepertinya masih berusaha mencari botol-botol bekas miliknya.
padahal hari sudah sore, sedangkan setiap jam satu siang selalu ada truk sampah yang mengambil sampah-sampah di deretan kompleks rumahnya secara rutin. jadi besar kemungkinan botol milik Kane sudah ikut pergi bersama pak supir truk. tapi ya sudah siapa tahu belum, tidak ada salahnya mencoba.
memilih berjalan menghampiri sang abang,
"Aka bantu cari ya Bang." katanya sambil ikut mengecek tempat sampah yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
A K A S A
General Fiction"bunda, ini lili putih kesukaan bunda. sebenernya Akasa nggak suka lihat bunda tidur di dalem tanah sendirian kayak gitu. bunda sendirian di dalem sana, Akasa juga sendirian di atas sini. kalau sama-sama sendirian kayak gini kenapa bunda tetep milih...