XIV

1.2K 226 52
                                    

uwaaaaa kesambet apa bisa up Leon, hm? Ksambet apa, Thor? 🤣🤣🤣

Baca ulang aja kalo lupa sama jalan ceritanya mah 🙈

_______

Beberapa hari kemudian …

Leon sampai di kelas pada pagi hari. Hari ini ada pemandangan berbeda yang ia dapati. Ada seorang gadis yang tengah membersihkan papan tulis di sana. Gadis yang sudah hampir satu minggu ini menjauhinya.

Kata menjauhi sepertinya kurang tepat, karena faktanya mereka duduk satu meja dan setiap hari ada pada jarak yang sama. Mau dikatakan mendiamkan pun agaknya tidak juga, karena gadis itu masih mau bicara walau hanya jika Leon bertanya.

Akan tetapi, tetap saja perbedaan itu terasa bagi Leon. Angel tidak seperti sebelumnya. Bahkan Angel selalu beralasan tiap Leon mengajaknya datang ke rumah. Bukan Leon yang mau sebenarnya, Mama yang tak sabar ingin mengenalnya.

Angel selesai dengan papan tulis. Saat meletakkan penghapus, ia baru menyadari ada Leon di ambang pintu kelas. Tatapan mereka bertemu tak lama karena Angel berpaling menuju kursinya. Leon menghela napas lalu melangkah lagi, mengikuti Angel menuju meja mereka.

Keduanya segera sampai. Angel duduk dan langsung menyibukkan diri dengan barangnya, sedangkan Leon melepaskan gendongan tas lalu duduk juga.

"Masih hobi bersih-bersih, ya?" tanya Leon, berusaha membuat percakapan.

Angel tersenyum tanpa melihat lawan bicaranya. "Hari ini aku piket," jawabnya.

Leon mengangguk pelan. Dulu memang mereka tidak dekat, tapi sebelumnya pun tidak seasing ini interaksi mereka.

Angel tiba-tiba berdiri dan Leon mendongak menatapnya. "Mau ke mana?" tanya Leon.

Angel tersenyum saja seolah mengatakan, "Bukan urusan Anda". Leon tidak bertanya lagi, memperhatikan Angel keluar dari sela meja dan kursi lalu berjalan keluar tanpa berpamitan. Leon kembali menghela napas ketika Angel telah melewati pintu dan tak lagi terlihat.

Leon bersandar punggung melipat tangan di dada. Sejujurnya ia kesal. Tidak mengerti, kesalahan apa yang ia lakukan sampai pantas didiamkan.

Angel kembali ke kelas bersamaan dengan kedatangan guru jam pertama. Membuat Leon tak bisa menanyai gadis itu karena alasan harus fokus pada pelajaran. Beruntungnya guru jam ketiga tidak hadir hingga Leon dapatkan kesempatan untuk bicara dengan teman semejanya setelah tugas mereka selesai.

Leon melirik teman semejanya. Tiba-tiba berdebar hingga harus menarik napas dalam. "Njel," panggil Leon pelan, cukup untuk bisa didengar mereka berdua.

Angel menoleh, sedangkan Leon tiba-tiba bingung mau mengatakan apa. Bertanya kabar Angel, menanyakan kesalahannya, mengungkit soal janji bertemu dengan mamanya, Leon tengah memilih dengan hati-hati, mana kiranya yang bisa dijadikan bahasan pembuka.

Angel mulai mengernyit tipis setelah lama ia menunggu, tapi Leon tak kunjung bicara. Leon balas menatap mata gadis itu dan semakin ragu dengan asumsinya, sebab semakin lama ia menatapnya, tampak Angel tidak benar-benar marah padanya. Keduanya masih saling tatap dan berubah bingung ketika mendengar kegaduhan abnormal dari kelas sebelah. Anak-anak kelas X itu berseru memanggil nama Leon dengan kompak seolah sengaja mencari gara-gara.

"Itu bocah pada ngapain?" gumam Irfan menoleh ke belakang.

Leon masih menatap Angel yang juga menatapnya. Malas mengurusi hal lain dulu. Namun, teriakan kompak itu terdengar kembali bahkan lebih keras.

"Kayaknya mereka sengaja mau kamu ke sana," kata Angel.

Leon menghela napas sabar, akhirnya bangkit juga dan segera beranjak dari tempatnya. Tak butuh waktu lama bagi Leon untuk sampai ke markas adik kelasnya. Wajah-wajah geli dan antusias itu langsung menyambut kedatangan Leon dan jelas tampak mencurigakan. Keanehan lainnya adalah, terdapat satu wajah kesal dan sedikit tegang yang berdiri di depan kelas sendirian. Itu adalah gadis berambut pendek yang tempo hari membela si ketua kelas di hadapannya.

ChameLeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang