XV

1.6K 229 58
                                    

🤭🤭🤭🤭

Happy reading 😘
______

Lagi Marahan
____________________

Leon langsung kembali ke kelas. Teman-temannya sudah membereskan meja dan lebih santai untuk jeda mereka. Leon duduk di kursinya, tapi Angel langsung bangkit seolah sengaja. Leon mendongak dan bertanya. "Mau ke mana?"

Lagi-lagi gadis itu hanya tersenyum, lalu beranjak keluar dari kelas. Leon menatapinya hingga tak terlihat. Menghindar lagi. Batin Leon.

Irfan memutar duduknya membawa serta kotak bekal makanan ke meja.

"Lo ngerasa gak sih kalo Angel ngejauhin gue?" gumam Leon masih menatapi pintu tempat bayang Angel menghilang.

Irfan jadi menoleh ikut menatap pintu kelas. Tak lama dan kembali menatap Leon. Wajah tak berdosa dan tak tahu apa-apa yang Leon dapati dari muka Irfan. Leon berdecak kesal. Lebih memilih untuk bertanya pada Gea saja.

"Ge, Angel ngomong sesuatu sama lo?" tanya Leon.

Menoleh pun tidak, Gea mengedikkan pundak saja menjawabnya.

"Ck, kenapa sih sebenernya?" desak Leon. Ia mendorong pundak Gea pelan.

"Ya lo tanya sendiri sama orangnya lah," jawab Gea sewot.

"Gimana mau nanya? Dia aja ngehindar mulu," gerutu Leon kesal.

Gea tak mengatakan apa-apa, lagi-lagi mengedikkan pundak saja sebagai tanggapan. Leon menghela napas, menahan diri yang sudah semakin kesal. Ia tahu Gea menyembunyikan sesuatu dan sengaja tak mau memberi tahu.

"Ge." Leon kali ini menarik pundak Gea. "Lo seneng apa kalo temen lo diem-dieman gini?"

Gea menepis tangan Leon dengan kasar. "Tauk ah, lu tanya sendiri sono. Jangan bawa-bawa gue lagi!" Gea enggan bersimpati.

Leon mendengkus keras dengan bibir mengerucut.

"Emang sejak kapan?" tanya Irfan.

Leon tak langsung menjawab, perlu mengingatnya sejenak. Ketika Leon merasa ingat sesuatu, bukannya menjawab Irfan, Leon justru kembali meraih pundak Gea.

"Gara-gara nyokap gue ngajak ketemu ya, Ge? Dia gak mau, makanya ngehindari gue?" tanya Leon, menebak-nebak.

Gea berbalik. Sorot matanya tajam, sedangkan bibirnya tampak berkerut karena mengeratkan rahang. Entah kenapa Gea tampak benar-benar kesal. Cukup kasar ia menepis tangan Leon dengan tamparan keras hingga Leon tersentak.

"Gak-ta-hu," jawab Gea penuh penekanan. "Tanya sendiri ke orangnya!" Gea mendelik besar-besar, memastikan Leon paham dengan suasana hatinya yang sedang tidak ramah.

"Dibilang dia ngehindarin gue, lo gimana sih, Ge? Gimana gue bisa nanya kalo dia begitu?"

"Ya usaha dong!" sahut Gea langsung. Masih sempat melemparkan makian untuk ketua kelasnya sebelum berbalik kembali ke mejanya dan meninggalkan lirikan sinis.

Leon terdiam, tak lagi memaksa setelah mendapat umpatan dari Gea, jelas mengerti bahwa Gea kesal juga padanya entah untuk alasan apa. Leon akhirnya bangkit menuruti saran itu. "Usaha" kata Gea. Mungkin Gea dan Angel ingin Leon sedikit memaksa. Jadi, Leon keluar untuk mencari ke mana teman semejanya kini berada. Leon berjalan keluar dari kelas.

Tempat pertama yang Leon datangi adalah perpustakaan. Suasana tak begitu ramai. Tak butuh waktu lama bagi Leon untuk menyimpulkan kalau Angel tidak ada di sana. Leon keluar dari sana dan berjalan menyusuri lorong sambil memikirkan tempat selanjutnya. Ke mana kiranya seorang gadis pendiam seperti Angel akan pergi seorang diri di tengah jam istirahat begini? Taman? Gudang? Toilet? Tidak mungkin ke kantin, kan? Siapa yang mau makan sendirian di kantin yang ramai itu?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ChameLeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang