VII

1.6K 342 47
                                    

Lanjut lagih ♥️

Happy Reading ♥️

______________

"Seperti yang Papa bilang tadi. Itu gak mudah kalaupun si pengguna punya kemauan untuk berhenti, tetap akan sulit," kata Papa memulai.

"Sebelum diseret Kakek masuk ke panti rehab. Papa sudah berusaha buat berhenti. Om Sendy terus kasih semangat dan dukungan buat Papa supaya bisa berhenti." Papa menatap Leon dan tersenyum getir. "Sama seperti kamu, Om Sendy pengen ngerahasiain hal itu dan berharap Papa berhenti sebelum ketahuan sama siapa pun. Tapi, nyatanya gak semudah itu."

"Apa yang bikin itu sulit? Apa yang Papa rasain?"

Papa tersenyum melihat begitu antusiasnya Leon bertanya.

"Papa harap kamu gak pernah iseng buat nyoba dan berpikir kalau kamu akan bisa lepas begitu saja setelah mencoba satu kali."

Leon mengangguk yakin. Ingin ia katakan lagi kalau ia tak sebodoh itu, tapi rasanya terlalu kasar setelah tahu papanya pun  pernah menjadi  pemakai.

"Pemakaian pertama ada rasa bahagia dan senang yang luar biasa. Euforia itu berkali-kali lipat besarnya dari kebahagiaan apa pun yang pernah Papa rasain. Kamu juga akan merasa bertenaga, bersemangat dan percaya diri, semacamnya. Tapi, semua itu palsu, nyatanya euforia itu cuma bertahan sehari semalam," jelas Papa dengan suara yang amat tenang.

"Setelah itu kamu akan mulai kehilangan konsentrasi, sakit di kepala, pandangan juga jadi kabur dan rasanya lapar terus-terusan ...."

"Itu efek sampingnya?" tanya Leon.

Papa tersenyum. "Rasanya gak pantas disebut efek samping karena nyatanya itulah rasa sebenarnya dari barang itu, kalau kata Papa, euforia di awal itulah efek sampingnya. Papa sebut 'efek samping' karena itulah efek yang jumlahnya sedikit. Bahagia itu cuma setetes, Yon. Sakitnya lebih banyak."

"Terus kenapa orang-orang malah kecanduan? Kenapa Papa pakai lagi kalau rasa sebenarnya justru gak enak?"

"Karena semua siksaan itu baru mereda setelah benda terlarang itu dimasukkan lagi."

Leon tercengang mengetahui fakta itu. Selama ini mungkin banyak orang mengira, para pecandu memakai barang terlarang karena begitu menyukainya. Ia tidak mengira, kenyataannya tidak sesederhana itu. Dalam beberapa situasi, orang terus memakainya karena terperangkap, bukan karena suka.

"Tapi, efek itu lagi-lagi gak akan bertahan lama. Euforia ketenangan itu akan terasa lebih singkat dari sebelumnya. Siksaannya akan lebih cepat mendatangi kita. Tepat saat itulah kamu ada di titik sakau tanpa kamu sadari. Tubuh kamu akan minta zat itu untuk dimasukkan lebih sering, dalam rentang waktu yang lebih singkat. Rasanya terus-terusan panik tanpa alasan, selalu kelelahan, kelaparan walau sudah makan, gampang marah dan hampa. Hidup rasanya datar, rasanya kehilangan sesuatu entah apa."

"Kenapa gak berhenti aja? Menyudahi semuanya?" tanya Leon, masih saja tak habis pikir.

Papa tertawa pelan.
"Kenapa masih tanya? Semua siksaan itulah yang dirasakan pecandu kalau dia berhenti pakai barangnya."

"Tapi ...." Leon bingung menanggapi, setelah paham situasi yang menjerat itu.

"Papa tetap merasakan cemas dan siksaan lainnya selama satu setengah tahun, setelah berhenti pakai barangnya."

"S-satu setengah tahun?" Leon kembali tercengang.

Papa tersenyum saja menganggukinya.

"Jadi, maksud Papa. Papa udah gak pakai itu, tapi semua efek tadi masih ada, masih nyiksa selama satu setengah tahun?" tanya Leon, memastikannya lagi.

ChameLeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang