25 - Teman dan Rasa

51 11 3
                                    

"Apa kau mau datang ke acaraku?" Vernon menyerahkan tiket masuk ke acara jumpa fansnya.

Jeongyeon mengambil tiket itu sambil tersenyum.

"Tentu, akan kuusahakan untuk datang karena ini acara pertamamu di Korea."

Vernon mengangguk lalu kemudian berjalan mengiringi Jeongyeon menuju mobilnya.

"Mau pulang bersamaku?" tawar Vernon.

Jeongyeon berbalik dan mulai mempertimbangkan.

"Boleh, kalau tidak merepotkan."

Vernon tersenyum dan berjalan mendahului Jeongyeon untuk menunjukkan posisi mobilnya.

"Bagiku kau tidak pernah merepotkan." ucapnya sambil membuka pintu mobil untuk Jeongyeon.

"Terimakasih." Jeongyeon balas tersenyum dan kini sudah duduk di samping Vernon yang sudah siap mengemudi.

"Sama-sama, rumahmu masih berada di alamat yang dulu kan?"

Jeongyeon mengangguk.

"Aku tidak akan pindah kecuali nanti saat sudah punya suami dan tinggal bersama di tempat pilihannya."

Vernon menatap Jeongyeon yang kini juga sedang melihatnya.

"Beruntung sekali ya, Jinyoung bisa jadi pacarmu."

Jeongyeon terdiam, ia bingung harus menanggapi apa.

"Apa kalian ada rencana untuk menikah?"

Jeongyeon kembali menoleh ke arah Vernon.

"Belum, tapi apa kau fikir kami akan segera menikah?"

Vernon memelankan mobil karena kini sedang berada di lampu merah.

Ia beralih menatap Jeongyeon sambil tersenyum.

"Aku selalu berfikir untuk apa pacaran kalau tujuannya tidak menikah. Apalagi di usia kita yang sekarang, tidak ada alasan untuk bermain-main dengan komitmen dan hubungan."

Jeongyeon setuju dengan pemikiran Vernon dan ia cukup paham bahwa sudah seharusnya ia tidak berada dalam situasi sulit bersama Jinyoung.

"Vernon, doakan aku dan jodohku segera menikah, ya."

Mobil pun berjalan karena kini lampunya sudah berubah warna menjadi hijau.

"Apa kau sangat ingin menikah setelah mendengar apa yang tadi kuucapkan?"

Jeongyeon terdiam dan sambil menatap lurus ke depan.

"Aku ingin tapi sepertinya agak sulit karena aku tidak ingin menikah dengan orang yang salah. Jadi sebelum itu aku harus mengenal sifat pasanganku terlebih dahulu."

Vernon mengangguk.

"Tapi kalau boleh tahu apa kau ingin menikah dengan seorang aktor? Bukankah dulu kau selalu bilang ingin menikah dengan orang yang sefrekuensi dan tidak berasal dari industri hiburan."

"Itu dulu, saat aku belum menyangka bisa ada di situasi seperti sekarang. Namun, aku mencoba belajar untuk menjalani apa yang kuhadapi sekarang."

"Jadi kalau misalkan aku melamarmu bagaimana?"

Deg

Jantung Jeongyeon berdebar kencang sekali usai mendengar pertanyaan Vernon.

Meski itu hanya sebuah pertanyaan, tapi tetap saja karena Vernon adalah orang yang ia suka itu membuat Jeongyeon gugup sekarang.

"Aku akan memikirkannya terlebih dahulu dan lamaranmu bisa diterima jika aku merasa cocok."

Vernon tersenyum dan mobil yang ia kemudikan berjalan pelan memasuki area perumahan.

"Cepat kabari aku jika kau ingin sesuatu karena aku akan berusaha mewujudkannya dengan usahaku untuk membuatmu menerimaku."

Jeongyeon merasa aneh dengan percakapan ini dan ia berusaha untuk mencairkan suasana.

"Kau sudah kuterima sejak awal kita menjadi teman. Terimakasih untuk tumpangannya dan sampai jumpa."

Jeongyeon melepaskan seatbelt dan hendak turun dari mobil. Tapi sebelum itu suara Vernon menghentikan aktivitasnya.

"Apa aku boleh minta nomormu? Siapa tau nanti salah satu di antara kita ingin bertemu."

Jeongyeon mengangguk dan langsung menyerahkan ponselnya pada Vernon.

Lelaki blasteran itu juga langsung menyimpan nomornya di ponsel itu.

"Jangan lupa untuk membalas pesan dan mengangkat teleponku jika tidak sibuk." pesannya.

Jeongyeon tersenyum sambil mengangkat jempolnya usai keluar dari mobil.

Setelah itu Jeongyeon melambaikan tangannya ke arah mobil Vernon yang kini sudah mulai berjalan meninggalkan komplek perumahannya.

Jeongyeon menghela nafas dan langsung menatap gantungan kunci yang ada di tasnya.

"Vernon, apa sekarang aku masih menyukaimu?" batinnya.

~

~

~

To Be Continue

Jodohku itu Kamu (Jinyoung♡Jeongyeon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang