BAB II : Asmaraloka

6 2 0
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Budayakan tekan bintang sebelum membaca,
karena jejak kalian penyemangat penulis.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Apa di antara kalian ada yang percaya cinta sejati?

'Cinta Sejati' yang konon katanya di miliki oleh setiap orang?

Cinta yang katanya sangat indah dan membuat orang yang merasakannya menjadi bahagia?

'Kringgggg'

Jam alarm di handphone ku berbunyi.
Matahari bersinar menerangi kamar ku.
Aku terbangun dari tidur.

'Hoammm... udah jam berapa ya?' monolog ku sambil mengambil handphone untuk mematikan bunyi alarm itu, dan melihat jam.

"Duh.. jam 7, ngapain dulu ya?" tanya ku kepada diri sendiri.

"Hmm mandi dulu deh, terus makan" putus aku.

Setelah selesai, aku memutuskan untuk membantu mama menyelesaikan pekerjaan rumah. Dimulai dari menyuci baju, menjemur pakaian, mencuci piring, menyapu, mengepel dan lain-lain nya.

Tak lama kemudian aku menyudahi acara membantu mama, lalu pergi ke kamar untuk beristirahat, tetapi sebelum itu kedua mata tertuju untuk memandangi bingkai putih yang berada di samping tempat tidur. Bibir mengembang lebar dan tersenyum senang ketika menatap benda yang ada di dalam bingkai tersebut.

Bukan sebuah lukisan atau foto. Hanya sebuah kertas yang lusuh. Kertas catatan Bahasa Indonesia yang pernah aku robek dari buku miliknya dua tahun yang lalu pada saat perpisahan SMA. Dia sama sekali tidak mengetahui bahwa tangan ku telah merobek buku catatannya. Bahkan, mungkin dia tidak pernah mengenal ku. Perempuan ini hanyalah satu dari ratusan penggemarnya yang ada di sekolah.

Dia bukanlah artis. Melainkan hanya seorang siswa yang tampan dan cerdas yang ada di sekolah ku. Tak hanya itu, pandai dalam bidang musik dan sifatnya yang cuek justru menjadi daya tarik sendiri untuk kaum wanita, termasuk aku. Tapi, bisa di bilang, perasaan ini tidak terlalu memperlihatkan diri bahwa aku sangat menyukainya. Aku pun tidak pernah menyapa atau pun menegurnya jika berpapasan. Aku hanya menyukainya lewat diam.

Bahkan, robekan catatan Bahasa Indonesia itu aku ambil secara diam-diam, ketika dia sedang keluar kelas. Alasan ku merobek catatan Bahasa Indonesia nya untuk menjadi kenang-kenangan dia saat di sekolah. Senyum ku kembali mengembang dan sedikit mengeluarkan tertawa saat melihat robekan kertas tersebut.

Orang bilang, apapun itu, jika memang jodoh sekalipun, maka dia akan kembali lagi, lagi dan lagi. Dan aku sangat percaya kalau suatu saat nanti kita akan bertemu.

Aku mengeluarkan kertas tersebut dari bingkainya. Ku peluk dengan tulus, semakin mengeratkan genggaman ke kertas itu, dan kembali tersenyum sangat-sangat senang.

Sangat gila? konyol? Memang. Setelah puas dengan kegiatan tersebut, aku meletakan kembali kertas tersebut di samping bingkai.

Dan tak lama kemudian, angin bertiup kencang, sehingga menerbangkan kertas tersebut keluar jendela dan terjatuh di perkarangan. Dengan cepat aku pun berlari keluar rumah dan mengejar kertas tersebut. Mengapa tangan ku sangat ingin mendapatkan kembali kertas itu? karena kertas itu merupakan satu-satunya benda yang dapat membuat diri ku mengingat dia selalu.

Saat tangan ku hampir mendapatkannya, angin kembali bertiup sangat kencang, lalu menerbangkan kembali kertas tersebut. Aku sempat kesal karena tidak dapat kertas nya. Dengan pantang menyerah akhirnya kaki pun kembali berlari kencang untuk mengejar kertas tersebut.

Tak lama kemudian, kertas itu jatuh ke bawah tanah, ketika aku akan mengambilnya, kertas tersebut terinjak oleh seseorang. Kemudian tangan orang itu mengambil kertas tersebut. Tetapi aku masih agak kesal saat tahu kertas itu diinjak oleh seseorang. Aku masih menatap jalanan berdebu dengan kesal dan sedikit marah.

“Jadi, dari tadi kamu mengejar kertas ini ya?” tanya orang tersebut.

Suara bariton itu..

Sepertinya aku mengenali suara itu...

Kemudian aku mengangkat kepala ku dan menatap wajah pemiliki suara ini.

'DEG'

Dia kan? Dia kan pemiliki kertas yang aku robek saat dua tahun yang lalu itu?
Kak Arkana.

Ya! cowok tampan, cerdas, keren dan pintar itu… Bagaimana dia bisa berada di tempat ini?

“Ma-maaf, aku waktu itu robek buku mu secara diam-diam.”

“Tidak apa-apa kok Sherly. Karena aku juga sering mempotret foto kamu diam-diam waktu itu.”

Kata 'kamu' itu maksud nya pada ku? Dia tau namaku?

“Foto?! diam-diam?” Ucap aku dengan sedikit kaget.

“Lebih baik kita berbicara di taman aja yuk.” Ajak nya sambil menarik tangan kanan ku ke taman.

Aku sangat tidak percaya dengan apa yang aku lihat dan rasakan saat ini. Ternyata selama ini Kak Arkana memfoto ku secara diam-diam?

Sesampai nya kita di taman.

“Aku dulu suka banget sama kamu Sherly. Karena kamu adalah satu-satunya cewek yang tidak pernah menyapa aku di sekolah. Kamu sangat cuek dan aku sangat menyukai itu.” Ucapnya sambil tersenyum dan menatap ku.

“Dulu, aku berharap bisa kenal kamu lebih dalam dan bisa menjadi pacar kamu. Tapi apa daya, dekat dengan kamu aja aku udah gemetaran banget pada waktu itu. Apalagi bisa ngobrol sama kamu seperti sekarang ini. Dan aku tau kok kalau kamu yang merobek buku aku. Cuman aku pura-pura enggak tau aja. Aku senang banget kalau kamu waktu itu merobek kertas ini. Karena itu berarti, kamu juga suka sama aku kan? Hayooo ngaku!” Ucap Kak Arkana sambil tersenyum malu.

“Jujur aku bingung mau ngomong apa” balas aku dengan bingung.

“Kamu percaya gak ada nya cinta sejati?” tanya Kak Arkana.

“Cinta sejati? emang nya apa?” tanya aku.

“Awalnya aku sangat ragu, tapi hari ini aku sangat percaya kalau cinta sejati itu beneran ada. Cinta sejati aku.. udah aku temuin, dan sekarang ada di hadapan aku. Aku suka sama kamu Sherly.” Ucap Kak Arkana dengan panjang.

“Will you be my true love Sherly?” Lanjut Kak Arkana.

A-Apakah dia menyatakan perasaannya kepadaku? Tanpa sadar aku mengatakan

“Yes i will.”

Percaya atau tidak, itulah faktanya. Cinta sejati akan datang dengan sendirinya. Sejauh apapun, cinta sejati akan mencari jalannya lagi, lagi, dan lagi untuk kita temukan.

AMERTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang