Cap-2

18 6 0
                                    

~MISI CHAPTER 2•MANTAI~

Cuaca cerah bulan Mei itu benar-benar cocok untuk mantai, sejujurnya Aku(Jo) sendiri bingung, mengapa timku diberi tugas begini?
Tidak biasa...
Biasanya saja tugasnya selalu di malam hari.
Apakah ini hanya main-main? Atau apa?

Aku masih ingat pesan yang diberi oleh ketua:

"Untuk misi ini kalian bisa bersantai,tapi tetap amati gerak-gerik yang mencurigakan,dan jangan lupa ice cream nya,ya?"

Geli dan ngeri rasanya mengingat itu.

"Hari ini memang hari yang sangat bagus-cuaca bagus,pantai bagus,laut yang bagus,dan lihatlah-body-body yang bagus itu"

"Nadamu seperti orang cabul,Jo," ejek Raki padaku.
Tapi, itu memang benar.
Maksudku benar jika pantai ini bagus!

Sesaat kemudian Fatih bangkit dari kursi pantai dan berjalan bersama Eric,

"Aku titip kalau beli! Pakai uangmu dulu juga! Dan TERIMAKASIH!"

Teriak Raki,

"Kau memesan untuk ku juga tidak?"

"Kau mau ice cream?"

"Kau pikir aku tidak mau?!"

"Santai bro,mereka pasti paham kalau kau mau. Tenang saja"

Aku kembali berbaring di kursi pantai seraya menunggu eskrimnya datang,tiba-tiba beberapa gadis datang mengerumuni kami.

Mau tidak mau aku harus kembali duduk dan mendengarkan apa yang akan terucap dari mulut gadis-gadis cantik ini.

"Anu..Mas,apa kami boleh meminta foto-?"
Gadis berambut coklat maju,tapi aku langsung menghentikannya,

"Maaf, saya tidak bisa mbak"

"Kenapa?? Padahal masnya ganteng begitu.." Rayu yang lain.

'haduh,begini ya jadi cogan?'

Aku menyibakkan poni ku ke belakang,mencoba menjadi setampan yang kubisa.

"Oh.. Boleh deh, tapi bayar gimana?"

"Kyaaa!!!"
"Berapa memangnya mas??"

"1 jepretan 100 ribu rupiah"

"Aaahhh~"
Gadis-gadis itu pingsan bersamaan setelah kuberi kedipan maut.
Yah, aku tau aku ini mempesona.

"Hey bajingan,anak orang mau kau apakan? Apa kau perkosa?" Raki bicara tanpa filter.

"ENAK SAJA!"

"Habisnya kenapa mereka pingsan?" tanya Raki sambil berfoto dengan gadis-gadis berkulit putih itu,nampaknya kulit eksotis Raki memikat perhatian gadis-gadis bule.

Satu jam berlalu,Eric dan Fatih tak kunjung datang. Aku dan Raki terpaksa pergi meninggalkan tempat karena sudah tidak tahan dengan kedatangan banyak gadis seksi yang bisa membuat kami hilang akal.

"Aku ingin makan es buah"

"Panjang umur,Ki"

Terlihat seorang tukang es buah keliling sedang berteduh di bawah pohon. Seorang kakek tua renta,tapi tidak dengan otot tubuhnya.

"Jo,bagaimana bisa seorang kakek yang umurnya 60-an bisa terlihat sangar?"

"Mantan pegulat di masa muda mungkin?"

Kami pun mendatangi si kakek.

"Permisi pak, Es buah 2 mangkok ya."

Kakek,kakek itu mengangguk. Langsung berdiri mengambil mangkok berukuran sedang, meracik bahan es buah dengan sangat amazing.

"Berapa pak?"

Bapak itu menunjuk ke arah tulisan di gerobaknya, 'satu mangkok es buah 5 ribu'
'Mangkoknya dikembalikan jangan dicuri atau dibawa pulang!'

"Ini uangnya"

Kami pun duduk di samping bapak(kakek) penjual itu.
Menikmati segarnya es buah dan semilir angin pantai hangat yang menyapu badan kami dengan lembut.

"Pak, bapak ini jualan atau sedekah?"

Kakek itu memandang ke arah Raki dengan senyum terluas di wajahnya, lalu kembali menatap pantai yang indah tanpa sampah itu.

"Memangnya kenapa? Apa terlalu murah? Apa kamu anak muda takut kakek tua ini tidak mengambil untung dan tidak bisa bertahan hidup?"

Jleb!

"Bukan gitu maksud saya kek, anu pak!"

"..Saya heran saja dan penasaran, iya kan Jo?"

Aku mengangguk, menatap wajah kakek itu dengan sangat penasaran.
Benar apa kata kakek itu, kami memang sempat berpikir tentang cobaan hidup apa yang ia alami atau.. Bagaimana bisa kakek ini punya otot?!

Kakek itu malah tertawa,
Plot twist, apakah ia benar-benar mantan pegulat profesional yang sudah kaya raya, jutawan, miliuner?

"Sudahlah, kalian anak muda tidak perlu tau. Oh jika sudah selesai makan tolong mangkoknya dikembalikan ya?"

.
.
.
.
.
.
.

Tinggalkan vote dan komenmu!
*btw.. Sudut pandang ganti Jo aja ya..
Ga mudah pakai orang ketiga:')
Oke makasih:3

BBM(Bucin Bikin Mendo) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang