Sheena berani bersumpah bahwa suasana kali ini adalah suasana terburuk yang ada didalam sepanjang hidupnya. Duduk manis seperti boneka penurut diantara kedua orang tuanya, menggunakan baju long dress simpel namun terkesan mewah. Dengan wajah yang jelas-jelas penuh kemuakkan.
Oh lihat saja wajah kedua orang tuanya yang begitu berseri-seri menunggu besan mereka yang katanya sedang dalam perjalanan ke restoran tempat mereka bertemu. Sungguh, rasanya kaki Sheena kini sudah gatal sekali ingin kabur dari tempat terkutuk ini, yang akan menjadi taruhan dalam hidupnya kedepan nanti.
"Jika mereka sudah datang nanti, jangan berbuat yang aneh-aneh." Ucap sang ayah yang terkesan mengancam baginya itu pun tidak lagi ia pedulikan. Kini Sheena hanya bersikap terserah. Sayang nya, sang kakak tidak ikut hadir pada makan malam hari ini dikarenakan kakak nya tersayang itu baru saja flight ke luar negeri beberapa jam yang lalu karena urusan pekerjaan. Jika tidak Sheena pasti meminta tolong pada sang kakak tercinta, yang konon sangat menyayanginya.
Dan ya, keluarga yang paling ditunggu-tunggu itupun datang. Kurang lebih sekitar 5 menit mereka menunggu. Masih dengan wajah ogah-ogahan, Sheena hanya melirik keluarga Aditama yang katanya setara dengan keluarganya itu. Penampilan high class dari sepasang suami istri dan juga sosok pria tinggi dengan jas hitam mengkilau miliknya dibelakang kedua orang tuanya membuat Sheena mendecih.
Jadi itu pria bodoh yang akan dijodohkan dengan ku? - batin Sheena.
"Lama tidak berjumpa Xander." Sapa Devian Aditama dengan hangat sembari memeluk sang sahabat karib nya itu. Begitu juga dengan Natalie yang menyambut hangat istri dari Devian, yakni Liona dengan cipika-cipiki ala ibu-ibu.
"Silahkan duduk." Xander mempersilahkan keluarga yang baru saja datang itu. Oh iya, jangan tanyakan bagaimana keadaan Sheena sekarang. Ia sedang mati-matian memberi image buruk pada sosok pria yang sialnya semenjak memasuki ruangan ini selalu menatap kearah nya dengan tampang lugunya itu. Sheena hanya memberi senyuman paksa pada kedua nya, karena ia yakin jika mereka pasti nya sudah mengetahui mengapa pertemuan ini dilaksanakan.
"Jadi, bagaimana rincian rencana untuk kedepan nya Xander?" Tanya Devian setelah beberapa menit yang lalu mengobrol perihal ini dan itu. Xander berdeham, dan melirik kearah sang anak yang tampak menghindari tatapan nya.
"Begini Devian, sepertinya Sheena belum siap jika perjodohannya akan dilaksanakan dalam waktu dekat." Ujar Xander dengan hati-hati. Mendengar itu lantas kedua kening Devian mengerut tidak mengerti, dan setelah itu terkekeh kecil.
"Astaga, aku mengerti. Sheena masih dalam proses kuliah, memang pasti berat baginya untuk hal seperti ini. Bukan begitu Devon?" Setelah mengatakan hal itu, Devian melontarkan pertanyaan pada sang putra yang duduk tepat di samping kanan nya, karena sedari awal ia merasa putranya tampak lebih diam. Devian justru melihat Devon memandang Sheena dengan dalam. Dan itu membuat Devian lagi-lagi tertawa.