Part 10 - Bubar

70.1K 1.3K 30
                                    

Atlas melirik Phoenix di sampingnya. Gadis itu masih menangis. Berusaha meredam sesegukan dan menyeka wajah kasar. Phoenix sangat ketakutan sampai seluruh tubuhnya menggigil.

Atlas mengambil alih kemudi dengan paksa setelah keduanya keluar dari dalam club. Phoenix berjalan sekitar tiga meter di belakang Atlas. Melewati lorong panjang sehingga mereka tidak melewati lautan manusia setengah sadar.

Tangan Phoenix gemetaran membuka pintu mobil sampai kunci di tangannya jatuh. Phoenix tersentak, mundur beberapa langkah menghindari Atlas saat mengambil kunci. Mata Phoenix sembab, wajahnya tegang dan menahan nafas.

"Masuk!" Atlas memerintah.

Phoenix menggeleng. Dia ingin pulang sendiri. Phoenix tidak mau melihat Atlas lagi. Hotelnya tidak aman, Phoenix ingin pindah hotel. Atlas mengetahui di mana dia tinggal. Bisa saja itu hanya alasan saja. Phoenix khawatir bila Atlas akan berbuat jahat.

"Lo masih bisa nyetir, hah?" Atlas malah kembali tersulut emosi.

Phoenix meraung semakin ketakutan. Orang-orang memandang mereka penasaran. Mengira sepasang kekasih tengah berselisih paham.

Atlas mengepalkan tangan dengan wajah mengeras. Dia masih marah dengan kejadian tadi, Atlas kelepasan. Mengapa dia bisa berakhir bersama Rigel? Mengapa gadis itu masih keras kepala saat ini?

"Lo mau mati kecelakaan?" Atlas melanjutkan. "Siapa yang repot kalau lo mati malam ini?"

Gadis itu memandangnya lama. Melirik ke arah jalanan dan pintu parkiran. Sepertinya tidak ada yang bisa dia percaya saat ini. Semua orang di sana setengah sadar. Dia bimbang, tidak yakin sampai dengan selamat. Namun, akhirnya masuk melalui pintu penumpang dan membiarkan Atlas menyetir.

Sepanjang jalan mereka hanya diam. Atlas fokus menyetir, sesekali melirik ke samping dan mencengkeram setir. Sedangkan Phoenix sibuk menangis dan berusaha menenangkan diri.

Atlas mengantarnya ke hotel. Phoenix langsung turun begitu sampai di basemen dan berlari masuk ke tabung lift. Membiarkan kunci mobil masih pada Atlas, Phoenix tidak peduli dengan kendaraan itu lagi. Dia ingin bersembunyi di tempat aman, berlindung dari orang-orang berengsek macam Atlas dan Rigel.

Phoenix tidak fokus sehingga beberapa kali nyaris jatuh terhuyung. Dia juga takut bila Atlas mengejarnya dan melakukan hal tidak senonoh seperti Rigel tadi.

Kejadian Atlas masuk ke kamarnya dan mencekik lehernya kembali terngiang-ngiang. Phoenix semakin parno. Dia laki-laki kasar dan jahat.

Menempelkan kartu akses pada handle pintu dan setelah pintu terbuka, dia langsung masuk dan menjatuhkan tubuhnya pada tempat tidur.

Phoenix meraung. Melampiaskan rasa takut dan amarahnya. Bukan keinginan Phoenix pergi ke tempat laknat itu. Tetapi Phoenix harus merasakan rasa takut yang luar biasa dan membuat seluruh tubuhnya menggigil.

Dia sangat membenci Atlas. Tidak akan memaafkan laki-laki berengsek itu. Semua ini salah Atlas. Dia yang selama ini semena-mena pada Phoenix. Menyudutkan Phoenix. Dia curiga bila Atlas yang mengutus Rigel untuk menyakitinya.

Phoenix meratapi nasibnya yang malang. Merindukan kehidupannya yang normal sebelum bertemu dengan Atlas.

Sementara Atlas di basemen masih terdiam seorang diri. Perasaannya tidak keruan. Masih tercetak jelas bagaimana ekspresi ketakutan di wajah Phoenix karena ulah Rigel.

Dia segera pergi meninggalkan hotel dan kembali ke club. Atlas tidak pernah menyuruh siapapun menyakiti Phoenix. Ini murni kesalahan Rigel, maka laki-laki itu akan merasakan akibatnya.

Sesampainya di club, Atlas mencari Rigel. Marah-marah dan mengacaukan pesta. Memecahkan gelas sehingga suara gadis-gadis di sana menjerit ketakutan.

STEP BROTHER  [17+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang