Bab 1

243 68 234
                                    

Happy reading! [Diary rekayasa] vote dan follow ya! onlypn

Quenna tak menyangka akan mendapatkan kehidupan yang sangat ia idamkan. Meskipun ini terlalu sederhana tapi ini tak pernah ada dikehidupannya. Makan mi nyemek bersama seluruh anggota keluarga, berbagi cerita, dan bergurau.. rasanya ia ingin menangis.

Kantung matanya tak kuasa lagi untuk membendung air mata hingga buliran buliran itu terjatuh menetes, menyusuri pipi chubby tubuh barunya. Senyum simpul tercetak jelas diwajah Briggita.

"Sayang, kamu kenapa nangis?" tanya Mama khawatir.

"Eh! Iya kok anak Papa nangis sih? Ucapan Papa ada yang nyinggung kamu? Atau gimana?" tanya Papa dengan rentetan pertanyaannya.

"Gita baik baik aja Ma, Pa. Gita boleh tidur duluan? Kepala Gita masih pusing," ujar Quenna merasa bersalah karena telah membuat mereka khawatir.

"Boleh boleh! Mama anterin ya? Takut kamu jatuh," ucap Mama yang dibalasi anggukan lesu olehnya.

Ternyata kamarnya berada dipaling ujung, dekat dengan gudang. Sulit dipercaya dengan keadaan sekarang bahwa ternyata tubuh yang ditempatinya, Briggita jauh dari kastanya.

Pintu cokelat kayu itu terbuka lebar menampilkan sebuah kasur tanpa ranjang dan satu lemari plastik yang ia perkirakan untuk menyimpan baju Briggita. "Kamu tidur ya, Mama tinggal dulu," ucap Mama kemudian beranjak pergi.

Quenna berjalan menyusuri kamar Briggita yang mungkin hanya seluas kamar mandinya dulu. Ia bergidik ngeri, di sini tidak ada kelabang bukan? Quenna menatap miris keadaannya sekarang.

"Oke Quen! Lo harus turunin level lo dari sekarang! Hidup misk- maksud gue sederhana! gak ada salahnya juga kan." batin Quenna seraya mengusap leher belakangnya.

"Ini serius gak ada toilet dalem kamar?! Mana gak ada wastafel pula! Briggita cewek bukan sih? Kok gak ada meja rias?"

Hingga pandangannya teralihkan pada sebuah rak buku, bukan buku novel melainkan pelajaran. "Wah Gita gak ada bedanya dong sama Gue yang dulu! Bukunya pelajaran semua! T-tapi ini... latihan soal masuk perguruan tinggi?"

"Perasaan gue lihat biodatanya di rumah sakit tadi masih 15 tahun? Atau jangan jangan dia akselerasi?"

"Ambis banget tubuh gue! Jangan sampai gue tetep disuruh belajar? Kalau gitu gak ada bedanya sama gue yang dulu dong!"

Baru saja ingin membaringkan tubuh, lehernya terasa seperti meniduri batu bata. Seperti ada yang salah dengan bantalnya ini.

Saat hendak mengecek isi bantal, suara ketukan pintu terdengar jelas. Quenna terpaksa berdiri meski sudah pw dengan posisinya sekarang. "Sebentar!"

"Kamu belum tidur 'kan sayang?" tanya Mama seraya mengusap surai hitam pendeknya.

"Baru aja mau tidur, kenapa Ma?"

"Oalah, ini ada sepupu kamu mau jenguk. Kamu juga udah lama gak ketemu Zeta 'kan? Ngobrol gih." Tanpa menunggu jawaban darinya, Mama langsung menyuruh Zeta masuk ke kamarnya.

Setelah Mama pergi meninggalkan mereka berdua, hawa canggung menyelimuti mereka. "GITA!"

Quenna terperanjat kaget mendengar pekikan sepupunya itu. "Kok kamu ngelamun sih?" dengus Zeta kesal.

TTSH: A Trap Letter || Jaerose ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang