Happy reading! [Penyelidikan] vote dan follow ya!
Quenna merolingkan bola matanya jengah. Ternyata hidup lagi setelah bunuh diri tak seenak yang ada pada novel novel, kalau tidak salah namanya transmigrasi? Tch, buat apa ia bertransmigrasi jika tubuh barunya saja lebih jenius yang artinya ia harus belajar ekstra lagi untuk mengimbangi.
Usai kemarin diperdaya untuk ikut olimpiade yang ternyata hanya sebuah alibi agar ia mengikuti wawancara akselerasi, kini Quenna sudah tak bisa percaya dengan kasih sayang dari Mama Briggita. Kesimpulan dari semua ini hanya satu, IQ Briggita menyetarai Albert Eintein atau bahkan lebih?
Gila! Yang benar saja? Dengan IQ setinggi itu sepertinya otak Briggita akan dibedah? ya... zaman sudah berubah atau mungkin tidak?
Kini Quenna tengah berada diramainya kantin bersama dengan Zidan, seolah kemarin tidak terjadi apa apa Quenna terpaksa membiasakan akan semua ini. Dan... sepertinya Zidan menaruh hati pada Briggita? Tubuhnya sekarang.
"Gita, gimana olimpiadenya kemarin?" tanya Zidan seraya memandang lamat ke arahnya.
Jujur saja Quenna ingin sekali menonjok muka Zidan itu, ewh lihat lah tatapannya yang seolah memancarkan nafsu. Andai Briggita juga memiliki predikat karateka sudah ia hajar muka cowok ini.
"Kayak biasa," jawabnya seraya tersenyum simpul. Ewh, lihatlah ini, apapun pergerakan yang ia lakukan seperti menyeruput es teh, menengok karena teman memanggil, iris Zidan terus saja memandanginya. Seperti target sasaran sniper.
"Eum ngomong ngomong kamu tahu dimana yang jual hp bekas?"
"Hp bekas? Buat kamu?" Ia menggeleng cepat, ini rencana rahasia jadi maaf jika ia harus berbohong.
"Kemarin aku lihat ada anak yang dibully karena gak punya Hp pas aku pulang sekolah, aku udah janji sama dia mau beliin," jelasnya yang tentu mengada ngada. Namun herannya? Mata Zidan justru memancarkan tatapan kagum.
"Aku ada kenalan sih, pulang bareng yok?" Jika bukan demi rencana penyelidikannya mungkin ia akan mencari seribu satu alasan untuk menolak cowok itu.
"I-iya.."
Usai berbincang gembira, atau mungkin lebih tepatnya hanya Zidan saja kini keduanya pulang dengan sepeda masing masing. Bel sudah terdengar, dan Quenna hanya memiliki sedikit waktu untuk membeli hp rahasia itu.
"Kamu mau beli yang apa? Samsung? Redmi? Mau yang layarnya berapa inci?"
"Aku mau yang jadul, bukan touchscreen ada?"
"Lah katanya mau buat anak itu? Emang anak segitu mau dikasih hp kayak gitu?" Ahh Quenna melupakan bualannya tentang anak itu, ia hanya fokus untuk membeli hp jadul itu agar tidak ada yang bisa menyadapnya.
Oke kini Quenna mencoba menggunakan bakat merangkai ceritanya. "Anak itu dibully karena orang tuanya gak punya hp, daripada beli hp touchscreen yang mana nanti gak awet, mending hp jadul aja kan?"
"Bener juga! Pinter kamu Git!" Saat tangan Zidan hendak mengacak surai hitam pendek miliknya ia refleks menghindar. Ewh, ia benci psychal touch.
"Dimana temen kamu?" Guna memecah keheningan yang melanda Quenna membuka suara.
"Dia lagi bawain hp yang kamu mau, tadi aku udah text dia."
"Oh."
Berkali kali Quenna memergoki Zidan hendak membuka topik namun tidak jadi, sepertinya lelaki itu canggung? Atau memang semua lelaki tidak berani membuka topik dengan lawan jenis yang disuka? Entahlah...
KAMU SEDANG MEMBACA
TTSH: A Trap Letter || Jaerose ✔
Teen FictionSetelah melakukan aksi mengakhiri hidup kini justru terbangun disosok gadis jenius yang penuh misteri. Membuatnya mulai kedatangan surat-surat aneh dengan isi bagaikan jebakan. Quenna Roseanne, yang kini berada dalam raga Briggita Nalisa, dihadapkan...