Bab 2

201 52 187
                                    

Happy reading! [Surat aneh] vote dan follow ya! onlypn

Terlelap dengan bantal tidur yang keras membuat kepala Quenna terasa sakit saat hendak bangun. Ia terus memijit pelipisnya, mencoba mengembalikan pandangannya yang kini terasa kabur berkunang kunang.

"Bantal keras, kasur tipis, gak ada selimut, tidur dilantai. Gue gak akan mati lagi 'kan?" gumam Quenna merasakan badannya sakit semua.

"Emangnya bantal ini ada apanya sih?" Muak dengan rasa penasaran Quenna segera membuka bantal itu hingga beberapa surat keluar yang membuatnya terperanjat kaget.

"Kayaknya gue harus minta donasi ke bunda buat beli kotak surat deh, miris banget hidup Briggita."

Tidak ada jam dinding membuat Quenna semakin mengeluh, namun dengan segala akal cerdiknya ia mencoba menerka nerka jam berapa saat ini melalui gelapnya langit.

"Kemungkinan masih jam empat pagi, apa gue baca aja surat surat ini?" monolog Quenna seraya menarik satu persatu surat yang disembunyikan disprei bantal.

Jari lentiknya dengan gemulai membuka satu persatu surat itu, yang membuat Quenna mengernyitkan dahi adalah... surat ini menggunakan bahasa jerman.

"Gak sia sia gue belajar bahasa jerman dari kecil, tapi Gita masih umur lima belas tahun 'kan? Dia juga ikut akselerasi dan.. gue penasaran berapa bahasa yang dia kuasai?" Sembari bertanya tanya Quenna mulai membaca satu persatu isi dari surat tersebut.

Alle sind Monster

"Semua adalah monster? Berasa digenre horor gue," gumamnya menatap heran isi surat tersebut.

Kembali membaca surat yang lain. Quenna mengurutkan bacaannya sesuai nomer yang tertulis buram di ujung surat.

Mach Mama nicht misstrauisch

Hör auf zu streiten, wenn du überleben willst

Sei nicht nur schlau, sei schlau

"Membantah apaan? Kalau gue lihat dari keluarga harmonis Briggita, harusnya dia penurut dong?"

Sparen Sie sich

Du kannst jederzeit sterben

Ein weiterer Drücker wird auf Sie warten

Perlahan dengungan kuat terdengar jelas memenuhi gendang telinganya. Quenna mencoba meremas, dan menutupi saluran pendengaran itu namun sayangnya kesadarannya justru terebut yang membuatnya pindah ke alam bawah sadar.

Quenna mengedarkan pandangannya, hingga ia menemukan pintu kayu berwarna cokelat. Persis seperti warna pintu kamarnya, saat ia membuka terlihat jelas penampakan Mama tengah memarahi tubuhnya yang sekarang... ya itu Gita.

"Siapa yang izinin kamu berhenti belajar? Kamu jenius sayang! Mama bisa kirim kamu ke Oxford kalau kamu terus berusaha!"

Terlihat jelas bahwa Briggita tengah menahan isakan tangisnya. Darah mengalir darah hidungnya, namun sang Mama justru menyuruhnya mendongak guna menahan darah keluar.

"Ma...Gita mimisan, Gita capek Ma..," lirih Gita dengan mata berkaca kaca.

Kini dirinya seolah tersedot dan dibawa ke ingatan yang lain. Di mana Briggita mencoba memberontak untuk tidak mengikuti perlombaan apapun lagi.

"Ma! Stop! Gita capek lomba terus!" pekik Gita menangis histeris.

Bukan ekspresi iba yang Quenna dapat lihat dari wajah sang Mama, justru ekspresi penuh kemenangan dan kelicikam yang terlihat jelas. "Kamu capek? Kalau gitu tidur yang lelap ya," ucap Mama seraya menyuntikan jarum yang entah berisi apa dan berhasil membuat Gita tertidur lelap.

"Kok gue pindah tubuh gak ada bedanya?!" gerutu Quenna kemudian kembali tersedot pada lingkaran hitam yang membawanya sadar ke dunia nyata.

Quenna merasa jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya, Deru napas tidak teratur, dan keringat yang membasahi sekujur tubuhnya. Apa apaan tadi? Melihat masa lalu? Sulit dipercaya.

"Salah, gue salah, Zeta salah! Gue dirawat inap karena Mama bius gue. Sialan! Kenapa Briggita berontak sih? Jelas jelas disurat ini udah dikasih peringatan jangan membantah." Sembari menggerutu tidak jelas Quenna tersadar akan sesuatu.

"Wait? Surat peringatan? Atau jangan jangan surat ini--"

Quenna mulai menyusun satu persatu surat aneh itu, surat yang dalam tertulis dibuku diarynya.

"Jangan hanya menjadi pintar tapi cerdiklah, berhenti membantah jika ingin selamat, kamu bisa mati kapan saja, selamatkan diri kamu, bius lain menantimu." Quenna mencoba mengurut dan mengartikan pesan pesan itu, namun yang membuatnya heran satu surat ini tidak berkaitan dengan yang lain.

"Jangan buat Mama curiga?" Memangnya ia baru saja melakukan apa? Pemberontakan apa lagi yang telah tubuhnya ini lakukan? Sial! Tidak bisa kah Briggita hidup tenang barang sekali saja?

"Sumpah Briggita! Gue muak jadi lo! Jangan bilang hari ini gue harus sekolah? Gila! Meledak otak gue," gumam Quenna seraya meremas rambutnya kuat.

Quenna Roseanne, most wantednya anak jurusan IPS. Selain pintar dalam pelajaran sejarah, geologi, bisnis dan semua pelajaran yang mencakup jurusan IPS. Quenna juga pandai dalam sastra, ia adalah introvert yang dipaksakan menjadi extrovert. Bersosialisasi? Adalah hal paling ia benci yang sayangnya sudah terbiasa ia lakukan.

Sekarang apa? Setelah muak menjadi most wanted IPS yang pandai menutup luka dengan canda tawa ia harus berpindah jiwa? Hingga bayangan konyol tercipta lagi, apa yang akan terjadi bila ia mengakhiri hidupnya sekali lagi?

"Gak! Gak boleh! Quenna lo bukan pengecut yang harus mati kedua kalinya, lo kuat," hardik Quenna pada dirinya sendiri.

Hingga suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya.

Tok tok tok!

"Sebentar!" teriaknya seraya memberesi surat surat tadi. Bahaya jika ada yang mengetahuinya, terlebih jika itu... Mama?

"Kayaknya gue tahu kenapa Briggita gak punya kotak surat, tapi emangnya aman nyimpen surat serahasia itu disprei bantal?" gumam Quenna seraya berakting mengantuk.

Ia menguap sembari mengusap matanya berkali kali. Pintu terbuka dan sesuai dugaan ternyata Mama yang mengetuk.

"Mandi duluan gih, bawa seragam kamu sekalian," ujar Mama seraya mengecup keningnya.

A-ah! Ia hampir lupa bahwa kini hidupnya berbeda, sudah tidak ada lagi kamar mandi dalam kamar. Atau tread mill, benda pembantu olahraganya di kamar.

"Oke Ma," jawab Quenna.

Dan benar saja perkiraannya, hari ini ia harus menjadi Briggita mode sekolah. Sial, ia kurang informasi. Sanggupkah Quenna?

Usai menuntaskan sarapan bersama, sepeda Briggita telah dikeluarkan oleh sang Papa. A-ah ternyata ia harus berangkat menggunakan sepeda hingga ke sekolah, baiklah ia punya pengalaman untuk itu.

Satu hal yang tertinggal setelah Quenna menggoes sepeda hingga cukup jauh dari rumahnya, ia tidak tahu lokasi sekolah Briggita! Dan sepuluh menit lagi jam tujuh tepat yang artinya kebanyakan sekolah akan ditutup.

"Mampus! Masih pagi udah sial aja gue, sekarang gue harus gimana?" batin Quenna merutuki dirinya sendiri.

To be countinue...

Barangkali adaa yang mau nanya ini author beneran bisa bahasa jerman? Engga, ini pakai translate😭

Author cuma bisa bahasa indonesia, jawa, inggris, korea, spanyol. Jerman susah banget bikin depresi😢

#Antiplothole kalau nemu typo langsung komen oke?

Spam next here!

TTSH: A Trap Letter || Jaerose ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang