Bab 13

112 50 274
                                    

Happy reading! [Disapa Tuhan]

Ruangan bernuansa putih dengan hiruk pikuk serta bau obat yang menyeruak membuat Mama Clara menyeringai. Bunyi alat medis terdengar begitu nyaring diruangan kedap suara ini, pandangannya melirik sekilas mantan kekasihnya yang tengah terbaring tak berdaya.

Suara gesekan pisau saat ia mengupas buah mampu membuat pria yang tadinya terlelap kini membuka matanya. "C-clara..kamu datang," ucap pria tersebut dengan seutas senyum hangatnya.

"Mau apel?" tawar Mama Clara yang dibalasi gelengan oleh pria itu.

Selesai mengupas beberapa buah yang hendak ia santap, Mama Clara memilih singgah pada kursi disamping brankar pria tersebut berbaring. "Harusnya kamu gak memaksakan datang wawancara Briggita, masih ada orang suruhanmu," sesal Mama Clara.

Tangan kekar pria itu yang terbalut selang infus berusaha meraih tangannya. "Clara biar gimana pun Briggita darahku, kita membuat dan membesarkannya benar?" Sayang sekali reaksi yang didapatkan justru gelengan.

"Briggita aku besarkan dengan mas Sen! Jangan berani kamu mengakuinya monster," desis Mama Clara melepaskan genggaman tangan mereka.

Pria tersebut hanya menampilkan senyum miris. "Ungkap semua isi hati kamu Clara, jangan siksa Briggita lebih lagi hanya karena dendam kamu."

Mama Clara menundukkan pandangannya, "a-andai kamu gak membunuh anakku dengan mas Sen..., mungkin Briggita gak akan aku didik sebagai penerusku." Pria tersebut tergelak kencang tak memedulikan meski tenggorokannya terasa seperti sedang dicekik.

"Aku mencintai kamu Clara, tapi kamu malah menikah dengan GraySen sainganku. Membunuh anak kalian adalah satu satunya cara agar aku bisa memilikimu," ujar pria tersebut seraya tersenyum penuh kemenangan.

Mama Clara tak segan menghunuskan tatapan tajam, bahkan memberanikan diri mendekati pria yang masih terbaring itu. Seolah psikopat yang hendak mencekik. "Satu satunya? Kamu pikir hanya itu yang kamu lakukan? Aku tahu kamu juga menghancurkan pekerjaan mas Sen! Syukurlah aku masih punya tabungan untuk menikah saat itu."

"Lepaskan Briggita Clara! Berhenti mengekangnya, ini perintah dari ayah kandungnya!"

Mama Clara terkekeh seraya bertepuk tangan. "Pfft! Ayah kandung? Gita hanya tahu posisi kamu sebagai kepala sekolah, dan satu hal lagi..."

"Kamu gak punya hak buat melarangku Reno! Bahkan mas Sem saja mendukungku untuk menjadikan Briggita penerusku, mengapa kamu jadi munafik seperti ini?!"

"Karena aku mengenalmu Clara, ambisi kamu terlampau besar kamu orang serakah yang gak pernah puas dengan pencapaian! Bahkan dengan gelar kamu saat itu kamu masih mencoba mengalahkan orang orang."

Ia tersenyum smirk. "Hidup itu kompetisi, dan kompetensi harus aku asah seiring berjalannya zaman."

"Sayangnya tidak dengan kamu, waktu bernapas kamu sudah habis." Dengan gerakan secepat kilat ia menyuntik 'kan jarum berisi racun ke leher pria tersebut, hingga mulut Reno berbusa.

"Selamat tinggal Reno, any way aku cinta sembilan digitmu," ucapnya seraya tergelak kencang. Akhirnya ia bisa menguasai seluruh harta Reno dan mendidik Gita tanpa halangan.

ooOoo

Quenna tak menyangka kabar duka akan datang dalam tempo secepat ini, setelah kakeknya kini ayah kandungnya menyusul. Kabar kepala sekolah telah menghembuskan napas terakhirnya mampu membuat otak Quenna semakin berteori.

Kini dengan pakaian serba hitam ia akan melayat Pak Reno, Quenna tersenyum miris ia merasa kasihan pada Briggita yang asli. Bahkan Briggita sendiri tidak mengetahui siapa ayah kandungnya, namun kini beliau telah terlebih dahulu disapa Tuhan dengan takdirnya.

TTSH: A Trap Letter || Jaerose ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang