01

242 15 2
                                    

Namaku alvan, aku terlahir dari keluarga yang sederhana, tidak berlebihan harta namun juga tak kekurangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namaku alvan, aku terlahir dari keluarga yang sederhana, tidak berlebihan harta namun juga tak kekurangan. Keluargaku terlihat sangat harmonis, bahkan canda tawa selalu mengiringi kami. Namun suatu hari semuanya berubah, entah apa yang memengaruhi, semua saudara saudaraku seakan akan tidak menginginkan keberadaanku.

Tatapan mereka, perkataan mereka, bahkan sikap mereka menjadi ketakutan untukku. tetapi di depan orang lain, kami harus berpura pura akur dan mencoba terlihat semuanya baik baik saja.

Hari ini aku akan berangkat ke sekolah seperti biasanya, hari hariku terasa membosankan, meskipun aku memiliki teman, namun aku tak menikmati kebersamaan dengan mereka. Aku terlalu takut jika suatu saat teman temanku menjadi seperti saudara saudaraku.

"Hahaha, nanti kita makan yang banyak ya terus lanjut kegiatan osis nanti malam, jangan sampai sakit"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hahaha, nanti kita makan yang banyak ya terus lanjut kegiatan osis nanti malam, jangan sampai sakit". Ucap teman sebangku ku, Alya namanya.

Kita sudah berteman selama kurang lebih 2 tahun, walau kita cukup dekat namun aku tidak berani mengatakan apa yang aku alami, aku selalu merasa waspada terhadap orang lain.

"kayaknya pas pertunjukan drama, kamu merhatiin si beni terus, awas nanti kepincut hahaha". Kataku sembari tertawa.

"Apaan si Van, gue merhatiin dia sebab dia ngutang ke gue".

"Main drama sama hutang apa hubungannya deh?".

"Dia janji katanya kalau dia meranin dengan benar, dia bakal traktirin gue makan, kan lumayan buat menghemat uang jajan".

"Hahaha emang ada ada aja kalian".

* * *


Aku selalu berjalan kaki dari rumah, jadi ketika pulang sekolahpun aku berjalan kaki. Namun mengingat kejadian di rumah membuat kakiku lemas dan terasa berat, rasanya aku ingin berlari pergi. Aku berusaha mengalihkan pikiranku dengan menikmati perjalanan, hingga akhirnya rumahku terlihat dari kejauhan.  'apa aku harus pulang? Bagaimana jika aku kabur saja? Seharusnya tadi aku langsung ke kantor OSIS saja', kepalaku terasa berisik sekali, jantungku berdegup cukup kuat hingga terasa seakan-akan ingin keluar.

who?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang