09

43 7 1
                                    

"bagiku tatapan pertama tidak pernah salah karena hingga aku menatapmu di saat saat terakhirku-pun aku tetap melihat keindahan di dalam matamu seperti awal kita bertemu"










"Kamu aman bersamaku...."














Nathan membuka matanya perlahan lahan, kepalanya terasa pening akibat obat bius yang ia hirup sebelumnya. Perlahan lahan Nathan melebarkan panca inderanya mencoba mengingat ngingat tempatnya kini berada, sangat familiar namun ia tidak ingat saat ini ia berada dimana.

"Eung..." Nathan memiringkan kepalanya lalu melihat sebuah lukisan yang sangat besar.

"Ah..." Ingatan Nathan kembali meski sedikit, ini adalah tempat yang pernah ia datangi sebelum ia kehilangan Alvan.

Mengingat tempat ini membuatnya teringat pada Alvan, ia merasa sangat nyeri di setiap detak jantungnya, air matanya menetes namun ia masih terdiam mencoba menahan semuanya.

"Minum dulu..." Seseorang datang menghampiri Nathan sembari menaruh gelas di atas meja.

Tanpa pikir panjang, Nathan langsung mengambil gelas tersebut dan meneguknya. Ia masih bingung dengan apa yang terjadi hingga membawanya ke tempat ini.

"Pak... Kenapa saya disini?..." Tanya Nathan.

"Ini salah satu isi dari surat yang kamu tanda tangani.." jawab pria paruh baya itu dengan wajahnya yang datar.

Jawaban tersebut seolah olah mengatakan bahwa Alvan benar benar telah tiada, namun Nathan masih belum yakin karena jasadnya yang belum di temukan, meskipun begitu di dalam hatinya ia ragu jika Alvan selamat di tengah laut. sebelum Alvan pindah sekolah, ayah Alvan menemui Nathan untuk tidak berhubungan lagi dengan Alvan agar kesehatan ataupun biaya apapun yang ia tanggung terjamin.

Nathan memiringkan kepalanya sembari memejamkan matanya, ia mulai ingat dengan kejadian kejadian sebelum ia pingsan dan berada disini.

"Ahh... Bapak sudah nolongin saya pak? Terimakasih..." Nathan tersenyum lebar namun tidak ada jawaban dari pria itu.

"Kalau begitu saya pulang ya pak..." Pamit Nathan.

"Di antar, ini perintah" pria paruh baya itu mengantar Nathan menuju mobil lalu mengantar Nathan pulang ke rumah.

Di sepanjang jalan, Nathan menatap pemandangan alam yang begitu indah, udaranya yang sangat segar jauh dari polisi membuat Nathan sangat menikmati pemandangan alam ini.










* * *






"Sialan! Kalau Nathan inget gimana anjir?!" Bentak seorang pria yang sepertinya teman Dion.

"Sekarang Lo cari Nathan, terus minta maaf ke dia!"

Dion terdiam selama beberapa saat lalu menatap temannya satu persatu.

"Apa gue culik Alya aja ya? Kalau gue ngancem Nathan pasti bisa..." Kata Dion dengan percaya diri.

"Gak gitu anjir! Mending Lo minta maaf"

Sekeras apapun Dion mencoba cara lain, temannya menyarankan Dion untuk meminta maaf agar Nathan mau menerima kedatangannya lagi.





who?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang