07

40 8 2
                                    

"terkadang waktu tidak memihakku, namun aku yakin jika semuanya akan kembali baik baik saja"

















Nathan terdiam selama beberapa hari, suasana hatinya yang kacau membuat hari harinyapun ikut menjadi kacau, hatinya masih tidak menerima namun tidak ada yang bisa ia lakukan.

"Nathan..." Panggil Alya, namun Nathan hanya terdiam dan berlalu.

Alya tau jika temannya ini sangat merasa terpukul atas berita Alvan kemarin, namun ia tidak dapat melakukan apapun. Ia fikir Nathan akan kembali baik baik saja dengan sendirinya.

"Kenapa...? Apa kamu sengaja pergi dariku ya Van?"

"Kamu tidak merindukanku?..."

"Alvan..."

Nama Alvan terus bersarang di dalam pikiran Nathan membuat Nathan terus menerus mengingatnya. Wajah Nathan terlihat sangat amat kusut, bagaimana tidak jika ia menghabiskan setiap malam dengan menangis.

"Kamu jahat banget..."

Hati dan kepalanya sangat berisik membuat Nathan tidak fokus dan tidak dapat menerima pelajaran dengan baik.

"Nath... Nih gue ada roti..." Alya memberikan roti lalu langsung memasukkannya ke dalam mulut Nathan sembari tertawa.

Nathan terdiam lalu mengunyah roti yang ada di mulutnya sembari mengucapkan terimakasih.







* * *



Malam ini kembali terasa sunyi, aroma tubuh Alvan masih sedikit tercium di sekitar kamar kost Nathan. Nathan menatap cermin sembari melihat wajahnya yang sangat sangat kacau, perlahan lahan ia meneteskan air matanya lalu tertawa sangat kencang.

"Hahahaha...."

Iya tertawa sangat kencang namun orang yang mendengarnya dapat merasakan rasa pahit di dalam hatinya.

Nathan berbaring di kasurnya sembari menyamankan posisinya sebelum ia kembali menangis, ia menarik bantal agar lebih dekat dengan kepalanya. Namun ketika ia menarik, ia melihat selembar kertas yang di lipat lipat seperti surat. Nathan mengambil kertas itu lalu membuka dan segera membacanya.


Untuk : Nathanku tersayang

Hehehe... Aku nulis ini diem diem biar kalau kamu di rumah sendirian kamu bisa baca ini dan ga ngerasa kesepian. Aku mau bilang kalau aku beruntung banget punya kamu meskipun kamu tau itu. Terimakasih sudah menerima perasaanku yang mungkin bagi orang lain tidak ada artinya...

Kamu inget waktu pertemuan pertama kita? Aku mendengar apa yang kamu katakan dengan matamu yang menatapku yang sedang tertidur. Aku sempat terkejut mendengar perkataanmu namun aku lupa menanyakan maksudnya. Setiap pulang sekolah aku selalu berfikir "apa manisnya?" "Bagaimana bisa di katakan manis?" Kurang lebih seperti itu.

Ketika aku bersamamu, aku merasa bahwa aku tidak memiliki satupun beban dunia, dan aku harap kamu juga begitu. Aku menginginkanmu untuk selalu bahagia denganku atau tanpaku.... Aku mencintaimu....


From : si jeyekmu



Membaca surat itu membuat Nathan kembali menangis, hatinya sangat sakit. Ia belum siap kehilangan orang yang ia sayang. Ia merasa dunia sangat tidak adil karena mengambil orang yang paling berharga untuknya.



who?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang