cherry blossoms

283 22 0
                                    

"Kalau tahun baru, ayo ke sini lagi." Janji itu seolah tak mempunyai arti lagi. Soobin mengingkarinya.

Kembang api mulai bermunculan di gelapnya malam, menghiasi langit. Taehyun menyenderkan kepalanya di dada Soobin, mereka duduk di atas bukit. Menonton kembang api dan padatnya penduduk.

Taehyun masih mengingat hari itu dengan baik di memorinya. Tapi, di tahun baru kali ini, ia sendirian.

Taehyun juga masih ingat saat mereka merayakan ulang tahun Soobin pada tanggal lima Desember di sebuah panggilan video.

Soobin mengatakan bahwa ia akan pulang sebelum tahun baru. Tapi, saat Taehyun menelponnya di malam Natal, Soobin bilang bahwa pekerjaannya di Los Angeles semakin banyak dan ia tak mungkin bisa pulang.

Taehyun menghela nafas lelah. Hubungannya dengan Soobin sedang berada di situasi yang buruk sejak empat bulan terakhir.

Soobin selalu mengeluh tentang betapa melelahkan pekerjaannya sebagai reporter, dan Taehyun selalu menyemangati, mendukung, dan mengatakan semuanya akan baik-baik saja.

Namun, beberapa bulan ini adalah mimpi buruk. Soobin jarang menghubunginya, mungkin dalam satu atau dua Minggu ia hanya akan menelpon Taehyun sekali.

Taehyun mencoba untuk paham, menjadi seorang reporter bukanlah pekerjaan yang mudah.

Dan sekarang Taehyun mengerti, bahwa dukungannya sudah tak meraih Soobin lagi.

Sekarang, ia duduk termenung kesepian. Melihat kembang api yang bermunculan di atas langit.

Ia bertanya-tanya, apakah ia dan Soobin dapat kembali seperti dulu lagi?

Musim semi menyambut di akhir bulan Maret. Bunga sakura akan bermekaran cantik menunjukkan pesonanya.

Taehyun menyukai sakura, terlebih saat mereka merekah untuk yang pertama kalinya di malam hari.

Di akhir musim dingin, Taehyun sering begadang hanya demi melihat mekarnya bunga itu.

Dulu, ia sering melakukannya bersama Soobin, menunggu sakura bersemi sembari bermain game, Soobin suka mengejeknya ketika Taehyun kalah berturut-turut, lalu mereka mendengarkan musik, makan mie instan, maupun bernyanyi.

Taehyun sering merindukan waktu-waktu itu. Sekarang, ia melihat sakura sendiri, menyaksikan pergantian musim tanpa kekasihnya.

Tak lama, Taehyun dikejutkan dengan dering dari ponselnya. Terlihat nama kontak Soobin dengan emoji matahari muncul di layar handphonenya.

Taehyun menggeser tombol hijau lalu menempelkan benda pipih itu di telinga kirinya.

"Taehyun,"

"Hm, kau bangun pagi?" Taehyun melihat ke arah jam, pukul sepuluh malam. Berarti di Los Angeles jam lima pagi.

"Tidak, aku begadang.

Di Korea .. sedang musim semi, kan? Apa kau melihat sakura bermekaran?"

"Ya, aku sedang menunggunya sekarang." Taehyun melihat ke jendela.

"Oh."

Jeda, tidak ada yang berbicara. Cukup lama sampai Soobin berkata,

"Aku akan ke Korea akhir pekan ini. Aku dipindah tugaskan ke Los Angeles."

"Benarkah? Itu berita bagus." Suara Taehyun tersendat, dan Soobin tahu, Taehyun sedang menahan dirinya untuk tidak menangis.

"Aku akan kembali untuk mengurus semuanya."

Soobin menghela nafas, "Sampai jumpa." Kemudian mematikan telepon.

Taehyun menoleh ke jendela kamarnya, beberapa kuncup bunga mulai bermekaran, tetapi, ia merasa sesak.

Dua April, 2023. Soobin terlihat buru-buru. Ia langsung mencari taksi, dan menunjukkan alamat tempat tinggalnya dulu.

Soobin menghela nafas berat. Ia menoleh ke jendela, bunga sakura berguguran dan memenuhi jalanan.

Waktu berseminya bunga sakura sangat pendek, sekitar seminggu, lalu mereka mulai berjatuhan.

Soobin pernah membaca filosofi bunga sakura di situs internet. Bunga itu melambangkan pertemuan dan perpisahan.

Di kehidupan, selalu ada pertemuan dan perpisahan. Hal itu akan berulang terus-menerus. Sama seperti bunga sakura.

Bunga sakura akan mekar di musim semi, rontok di musim panas dan musim gugur, lalu menghilang di musim dingin. Siklusnya akan terus seperti itu.

Dan kini Soobin di sini, berdiri di sebuah jembatan tempat dirinya dan Taehyun bertemu. Masih bersama koper di tangan kirinya.

Soobin tak mengerti dengan dirinya, seharusnya ia melangkah pulang dan mengemasi barang-barangnya, bukan mengingat kenangan yang akan melukainya.

"Soobin?"

Soobin menoleh, sudah hafal di luar kepala dengan suara itu. Ia tersenyum, tetapi matanya berkaca-kaca.

"Taehyun,

Apakah aku membuatmu menunggu terlalu lama?" Lanjutnya.

Taehyun tak menjawab.

"Aku yang membuat semuanya menjadi seperti ini. Kacau." Soobin kembali berkata.

"Semuanya terjadi begitu saja, tidak ada yang bersalah." Taehyun menjawab.

"Lantas, apakah kau bisa .. putus denganku?" Soobin menatap Taehyun, bisa ia lihat telinga dan hidung pria itu memerah.

"Bukankah hubungan kita sudah seperti itu?" Taehyun menjawab sarkas.

Soobin menunduk, melihat sakura yang diinjaknya.

"Ini adalah tempat kita pertama kali bertemu,

Dan di tempat ini juga kita berakhir."

Soobin mengelus kepala Taehyun, "Tetap bahagia, Taehyun."

Soobin memaksakan senyumnya, walau air matanya sudah menetes.

"Kau selalu membuatku tersenyum, dan saat bersamamu, aku bisa merasakan apa itu kebahagiaan seutuhnya. Terima kasih dan maaf."

Soobin berjalan pergi, dan Taehyun tak akan pernah bisa merengkuhnya lagi, sekuat apapun dia berusaha.

"Terima kasih juga, Soobin."

Selalu ada perpisahan di setiap pertemuan, sama seperti sakura. Mereka mekar, berguguran, dan lenyap.


• maaf kalau gak jelas, soalnya aku belum move on dari Twenty Five Twenty One, jadi kepikiran yang angst. Happy New Year and see you-!! 💕🌷🌸

Informasi mengenai filosofi bunga sakura :
https://www.kompasiana.com/tabibito/5ab472b8f133441a0c0ff402/bunga-sakura-sebagai-cerminan-siklus-hidup-manusia

Mine | soobtyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang