Joanna jelas tidak suka dengan kedatangan Isla dan ibunya. Namun dia diam saja dan lebih memilih untuk menerima mereka. Sebab mertuanya juga menyambut baik si tamu yang tidak diundang. Tidak mungkin juga jika Joanna tiba-tiba mengusir, kan?"Mama, ngantuk!"
Julio menghampiri Joanna yang baru saja selesai merapikan kulkas. Sebab dia akan tinggal di sana selama kurang lebih satu minggu ke depan. Sampai banjir surut tentu saja.
"Ayo tidur kalau begitu! Tapi gosok gigi dulu!"
Julio mengangguk singkat. Dia mulai mengerjapkan mata dan digendong ibunya. Menuju kamar. Hanya berdua saja. Karena Jeffrey sedang berbincang dengan Isla dan Jessica di ruang tengah.
10. 10 PM
Jeffrey baru saja memasuki kamar. Dia melihat istri dan anaknya sudah tidur dengan saling memeluk sekarang. Senyum tipis juga tersungging di bibirnya. Sebab hanya melihat hal ini saja bisa membuat hatinya senang.
Setelah ke kamar mandi sebentar, Jeffrey langsung menaiki ranjang. Membuat istrinya menggeliat pelan. Lalu membuka mata dan menatap kesal dirinya. Sebab mereka masih belum berbicara soal kedatangan Isla dan ibunya.
"Mama! Hik! Hik! Hik!"
Julio menangis saat Joanna melepas pelukan. Berniat membalikkan badan karena malas menatap wajah suaminya. Sebab akhir-akhir ini mereka memang tidak akur di rumah. Setelah insdien beberapa hari sebelumnya.
"Sstttt. Iya-iya. Mama tidak balik badan!"
Joanna kembali memeluk anaknya. Mengusap punggungnya berulang. Lalu mengecupi rambutnya.
Jeffrey, dia hanya menatap mereka saja. Sembari merapatkan badan. Ikut memeluk anaknya. Namun tangannya justru mengenai tubuh istrinya. Hingga tepisan yang didapat.
Joanna langsung memejamkan mata. Sebab dia sudah benar-benar muak dengan suaminya. Karena lagi-lagi telah dibuat kecewa.
Jeffrey yang melihat kemarahan istrinya hanya diam saja. Lalu mulai memejamkan maja. Sebab tidak mungkin juga jika mereka berdebat sekarang. Saat ada Julio di tengah-tengah mereka.
Di tempat lain, Isla sedang membantu ibunya berbaring di atas ranjang. Dalam hati dia sangat berterima kasih pada Jeffrey yang telah begitu baik padanya. Sehingga dia bisa tidur nyaman bersama ibunya.
"Pak Jeffrey baik karena ingat almarhum Ayahmu, bukan karena suka kamu."
Ucap Ira dengan nada lirih. Sebab dia khawatir jika si anak salah paham saat ini. Karena Isla memang sering senyum-senyum sendiri setelah bertemu Jeffrey. Seolah sedang jatuh hati.
Padahal, Ira tahu jika Jeffrey sering membantu Isla karena balas budi. Karena dulu, suaminya sering membantu Jeffrey saat awal pindah rumah bersama sang istri. Apalagi saat istrinya hamil dan melahirkan anak laki-laki.
Ira dan suami juga sering datang dan menengok Joanna saat ditinggal kerja Jeffrey. Mengingat rumah Jessica jauh dan tidak bisa sering-sering menengoki. Apalagi saat Joanna mulai kerja, Ira yang mengurus Julio sejak bayi. Hingga dia jatuh sakit dan Isla yang menggantikan mengurus anak ini.
"Iya, Bu."
Ucap Isla dengan nada kesal. Sebab ibunya terus saja berkata demikian saat dia merasa sedikit senang. Padahal, dia juga sadar jika Jeffrey suami orang. Tidak mungkin juga dia bisa masuk di tengah-tengah mereka. Apalagi mereka sudah punya anak juga.
7. 00 AM
Joanna baru saja menuruni tangga. Bersama si anak yang sudah memakai baju sekolah. Karena dia memang akan berangkat bersama Isla. Seperti biasa.
"Julio, sebentar! Tali sepatumu lepas!"
Joanna agak menungging saat membenarkan tali sepatu anaknya. Membuat Jeffrey yang ada di belakang langsung menarik nafas panjang. Sebab rok yang dipakai istrinya agak kependekan menurutnya.
"Aduh!"
Pekik Joanna ketika Jeffrey menarik turun roknya. Namun hal itu jelas tidak berhasil karena bagian pinggang rok si wanita bukan karet yang bisa dengan mudah diturunkan.
"Apa, sih!?"
"Ganti celana!"
Alis Jeffrey menukik tajam. Dia berhenti tepat di samping Joanna. Mengabaikan tatapan anaknya yang mulai penasaran.
"Kenapa, Pa? Ini cocok, kok! Blazer dan rok Mama sama-sama warna coklat! Ini setelannya kan, Ma?"
Joanna mengangguk cepat. Dia juga langsung menegakkan badan. Membuat roknya kembali memanjang hingga lutut saja.
"Ayo turun! Jangan dengarkan Papamu!"
Joanna langsung membawa Julio turun. Mengabaikan Jeffrey yang tampak marah saat itu. Hanya karena masalah rok istrinya di hari itu.
Setibanya di ruang makan, Jeffrey tidak berhenti menatap Joanna yang tampak tidak peduli padanya. Dia sibuk menyuapi anaknya dan berbincang dengan ibunya. Hampir sama dengan Isla yang juga sedang menyuapi Ira.
"Aku bisa naik taksi saja, Ma. Tidak apa-apa."
"Papa dan Jeffrey berangkat dengan Isla dan Julio, nanti kamu diantar supir saja. Jangan berangkat sendirian!"
"Tidak apa-apa, Ma. Kasihan supirnya kalau harus bolak-balik. Aku naik taksi saja."
"Aku yang antar. Isla dan Julio ikut Papa!"
Joanna melirik Jeffrey yang tampak masih marah. Hanya karena masalah sepele saja. Padahal, dia juga sering memakai rok ini saat kerja. Kenapa pula dia jadi porotes sekarang.
"Ih! Aku mau ikut Mama dan Papa!!!"
Rengek Julio pada ibunya. Namun Jessica langsung menenangkan. Mengatakan jika Jeffrey dan Joanna ada urusan. Sehingga mereka harus berangkat berdua saja.
"Biarkan Mama dan Papa berangkat bersama ya, Sayang? Mama dan Papa ada urusan. Besok-bosok Julio boleh ikut Mama Papa!"
Jessica mengusap pipi cucunya. Sebab dia tahu jika hubungan anak dan menantunya semakin dingin sekarang. Terlihat dari raut wajah Jeffrey yang sejak tadi tidak bersahabat. Sedangkan Joanna, dia tampak mengabaikan saja.
"Ayo!"
Joanna menatap Jeffrey yang tiba-tiba saja bangkit dari duduknya. Saat dia baru saja menelan suapan terakhir sarapannya. Membuat Jessica dan Sandi hanya bisa diam saja. Karena tidak mau ikut campur urusan mereka.
"Mama berangkat sekarang, ya? Isla, aku titip Julio. Kalau ada apa-apa langsung hubungi aku, jangan suamiku!"
Setelah berkata seperti itu, Joanna langsung pergi. Meninggalkan ruang makan dan membuat mertuanya saling tatap saat ini. Sebab mereka baru tahu jika Isla dan Jeffrey diam-diam saling menghubungi.
Mau flashback Jeffrey Joanna sebelum nikah?
Aku update lagi kalo chapter 1-3 udah dapet 100 komentar, ya!!!
Hari ini aku mau ke luar kota. Naik kereta selama 5 jam. Dan mungkin aku gabisa update selama dua harian. Tapi aku bakalan usahain update kalo ada waktu senggang.
Kalo semua chapter udah diramein, hari ini aku usahain update dua chapter lagi. Bakalan aku maksimalin waktu 5 jam di kereta nanti.
Tbc...