10/10

426 101 130
                                    

Jeffrey mengendari mobil dengan kecepatan sedang. Sebab jalanan sedang macet sekarang. Mengingat ini bertepatan dengan jam berangkat kerja.

Mata Jeffrey berkaca-kaca. Saat di lampu merah, dia juga menatap foto keluarga yang sengaja dibuat gantungan di dalam mobilnya. Agar dia bisa kembali semangat saat terjebak macet di jalan.

Setelah lampu merah padam, Jeffrey langsung melesakkan mobil kencang-kencang. Sebab jalanan di depannya mulai lenggang. Karena dia benar-benar sudah ingin cepat menemui Isla dan mentatarnya sampai dia mengaku jika apa yang telah wanita itu katakan pada istrinya hanya bualan saja.

Ceklek...

Jeffrey baru saja memasuki rumah Isla. Karena di sana memang tidak ada pagar. Sepatu dan sandal milik Isla juga masih ada di rak semua. Pertanda jika wnaita ity masih berada di dalam rumah.

Dengan perasaan marah, Jeffrey langsung mencari keberadaan Isla. Dengan ponsel yang sudah merekam sejak dia turun dari mobilnya.

Tap... Tap... Tap...

Di lantai bawah Jeffrey tidak menemukan siapa-siapa. Hingga dia nekat naik ke lantai atas. Mencari keberadaan Isla yang mungkin saja ada di dalam kamar sekarang.

Ceklek...

Namun sayang, saat membuka kamar, Jeffrey tidak menemukan siapa-siapa di sana. Namun, dia menemukan ada begitu banyak barang-barang istrinya di dalam sana. Dimulai dari perhiasan, alat make up, hingga beberapa dress malam juga.

Jeffrey jelas tahu jika ini adalah barang-barang milik istrinya. Sebab ada beberapa dari mereka yang dibelikan olehnya. Seperti perhiasan yang memang dibeli langsung di Eropa saat dia ada perjalanan bisnis di sana.

Ceklek...

Pintu kamar mandi tiba-tiba saja terbuka. Isla keluar sembari memakai pakaian yang baru saja diambil dari koper Joanna. Iya, dia sudah bolak-balik ke rumah Jeffrey untuk mengambil lagi barang-barang Joanna. Membuat isi kamarnya berantakan karena penuh dengan barang-barang yang telah dicuri sebelumnya.

"APA YANG KAMU LAKUKAN!?"

Pekik Jeffrey dengan tangan yang sudah mengepal. Sebab dia tidak terima saat melihat barang-barang istrinya dipakai Isla. Karena baginya, hanya Joanna yang boleh memakai barang-barang yang dibelikan.

Isla tampak ketakutan. Matanya membola. Namun tubuhnya tidak bisa bergerak karena shock tentu saja. Sebab tidak menyangka jika akan ketahuan secepat sekarang.

"A---aku bisa jelaskan."

Jeffrey langsung mengeluarkan ponsel dari saku celana. Mematikan rekaman dan menelepon polisi agar segera datang. Sebab hal ini jelas sudah termasuk tindakan kriminal.

Isla yang mendengar itu langsung ketakutan. Dia menangis dan memohon untuk tidak dilaporkan. Namun Jeffrey yang memang sudah terlanjur marah, tentu saja tidak akan mau mengalah. Apalagi setelah ingat jika Isla yang mungkin saja telah mengajari anaknya untuk berkata soal perceraian.

"Tolong jangan! Jangan laporkan! Aku akan mengembalikan semuanya! Aku janji tidak akan mengulanginya!"

Isla sudah berlutut di depan Jeffrey. Sembari mengantupkan kedua tangan guna meminta belas kasih. Dengan air mata yang sudah membasahi pipi.

"Apa kebaikanku selama ini kurang padamu? Isla! Kenapa kau jahat pada istri dan anakku!? Kamu yang mengajari Julio untuk meminta orang tuanya bercerai, kan? KURANG AJAR! KAU PIKIR KAU SIAPA, HAH!? BERANI-BERANINYA IKUT CAMPUR MASALAH RUMAH TANGGA ORANG! CUKUP SAMPAI DI SINI SAJA BALAS BUDIKU PADA ORANG TUAMU! MULAI DETIK INI, AKU TIDAK AKAN SUDI MEMBANTUMU!"

Jeffrey berniat langsung pergi. Namun segera diurungkan saat dia ingat satu hal lagi. Tentang Isla yang mengatakan jika dia sedang hamil.

"Satu lagi! Apa yang kau katakan pada istriku kemarin? Hamil? Kau hamil anakku? HAH! MIMPI KAMU!? AKU BAHKAN TIDAK SUDI MENYENTUHMU! JADI! JANGAN! HALU!"

BRAND NEW DAY [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang