2/2

371 83 68
                                    


Joanna menukikkan alisnya. Dia jelas tidak setuju dengan ucapan suaminya yang ingin membawa ikut serta Isla dan ibunya untuk mengungsi bersama. Memang terdengar agak jahat. Tapi mau bagaimana? Joanna wanita biasa. Dia tidak malaikat yang memiliki kesabaran ekstra.

"Kalau kamu membawa mereka, ya sudah! Silahkan! Tapi tinggalkan aku di rumah!"

Raut wajah Joanna langsung berubah. Jeffery juga sama. Dia tampak gelisah. Karena sudah terlanjur janji akan menyelamatkan Isla dan ibunya dari banjir sekarang.

"Tidak punya otak kamu, hah!? Coba bayangkan kalau dibalik sekarang? Aku yang dibantu Jordan atau bahkan sebaliknya! Apa kamu juga bisa terima? Tidak, kan? Fine kalau kamu masih mau membantu dia! Tapi tinggalkan aku saja!"

Jeffrey langsung tertampar. Dia membenarkan ucapan istrinya yang memang benar adanya. Sebab dia pasti akan jauh lebih marah jika melihat istrinya dibantu Jordan.

9. 10 AM

Mobil jemputan dari Jessica sudah tiba di rumah kembali. Joanna langsung keluar sembari membawa tas kecil. Disusul oleh Jeffrey yang mulai mengangkat barang-barang dari bagasi. Dibantu oleh supir.

Sekedar informasi, Isla dan ibunya tidak jadi ikut Jeffrey. Karena mereka sudah dievakuasi oleh Pak RT yang memang selalu tanggap akan hal ini. Dibawa menuju tenda darurat yang dibuat pada dataran tinggi.

"Mama!!!"

Teriak Julio saat melihat ibunya. Dia tampak begitu bahagia. Karena akhirnya bisa bertemu sang ibu setelah sekian lama tidak berjumpa.

"Julio apa kabar? Makan banyak, kan?"

Julio mengangguk cepat. Lalu memeluk ibunya yang sudah jongkok di depannya. Memeluknya begitu erat sembari memejamkan mata.

"Papa di mana, Ma?"

"Masih di luar. Kita tunggu di dalam saja!"

Julio mengangguk singkat. Lalu digendong ibunya. Menuju meja makan karena si mertua sedang menyiapkan makanan untuknya. Karena Joanna dan Jeffrey memang belum makan sebelumnya.

"Julio?"

"Papa!!!"

Pekik Julio saat menatap ayahnya. Dia tampak begitu senang. Karana akhirnya bisa bertemu si ayah yang kini sudah mendekat. Lalu memeluk dan mengusap rambutnya.

"Sudah makan, Sayang?"

"Sudah! Papa ayo makan! Kata Nenek, Papa dan Mama belum makan, kan?"

Jeffrey mengangguk singkat. Lalu mulai menyantap makanan yang tersaji di depan. Dengan lahap karena dia kelaparan.

Setelah makan, mereka langsung bersatai di ruang keluarga. Menonton televisi dan sesekali bercanda. Hingga ketiduran sampai siang.

2. 30 PM

Hujan turun semakin deras. Joanna yang sudah bangun terlebih dahulu langsung membantu mertuanya memasak makan malam. Mereka juga membicarakan tentang Julio yang semakin pintar saja. Karena sudah pandai hitung-hitungan meskipun masih TK.

"Dulu Jeffrey agak bebal. Dia bisa baca saja waktu kelas dua sekolah dasar. Sukanya main saja. Maklum, dia cucu pertama di dua keluarga. Terlalu sering dimanja sampai keterusan."

Joanna tertawa saja. Sebab dia juga sudah pernah mendengar cerita ini dari suaminya. Sebab sebelum sering bertengkar seperti sekarang, mereka sangat dekat tentu saja.

"Julio bilang kalau dia sering kesepian kalau kalian kerja. Kamu mau program hamil lagi kapan? Mama sudah pengen cucu perempuan."

"Enam bulan lagi ya, Ma? Aku sudah mengajukan resign tapi belum disetujui oleh atasan."

"Syukur lah. Mama sebenarnya agak khawatir dengan pertumbuhan Julio kalau kamu kerja. Apalagi dia diasuh tetangga depan rumah yang harus mengurus ibunya juga."

Joanna mengangguk singkat. Sebab dia juga agak was-was sebenarnya. Takut Julio kurang diperhatikan dan takut Isla akan menggoda suaminya. Mengingat wanita itu tidak kunjung menikah meskipun sudah berkepala tiga.

Alasannya sih ingin fokus mengurus ibunya. Bahkan, Isla berkali-kali menolak lamaran pria. Namun, dia tampak tidak sungkan saat meminta bantuan suaminya.

"Mobil Jeffery kenapa lagi? Bukannya bulan lalu sudah diservice? Kok bulan ini diservice lagi?"

"Dipinjam depan rumah untuk mengantar ibunya berobat."

"Lalu?"

"Ya begitu, Ma. Ini musim hujan, dia pasti terjebak banjir di jalan. Tapi tidak mau mengaku saat mengembalikan. Jadilah mesin bermasalah."

"Ya Tuhan! Ada-ada saja. Lain kali jangan kasih pinjam! Kok Mama greget sendiri jadinya!"

"Jeffrey yang harus Mama marahi! Aku sudah melarang tapi dia ngebet ingin meminjamkan mobil ini!"

"Isla dan ibunya pernah mengurus Julio. Tega kamu membiarkan mereka susah sendiri?"

Ucap Jeffrey saat ingin mengambil air. Karena dia baru saja bangun dan haus sekali. Dia juga berniat mandi meskipun dingin. Karena setelah ini, dia akan keluar guna mengambil mobil yang ternyata sudah selesai diservice.

"Benar juga kata Jeffrey. Kalian tetangga dekat lagi. Apa kata orang kalau melihat kalian tidak membantu mereka yang telah mengasuh Julio selama ini?"

Joanna diam saja. Karena dia tidak mungkin bercerita lebih panjang. Tentang kecemburuannya pada Isla.

Setelah mandi, Jeffrey langsung pergi. Pamit pada ibunya karena Joanna sedang di kamar mandi. Sedangkan Julio masih tidur saat ini.

"Aku ambil mobil sekarang, Ma! Kalau mau titip sesuatu telepon saja!"

Jessica mengangguk singkat. Lalu menatap kepergian anaknya. Dia sedikit merasa janggal. Sebab anak dan menantunya tampak tidak akur sekarang. Padahal, dulu mereka sangat lengket dan susah dipisahkan. Bahkan, nekat mau kawin lari saat belum mendapat restu dari masing-masing orang tua.

"Semoga mereka baik-baik saja."

Jessica kembali memasak. Karena dia memang suka memasak sendiri makanan yang akan disantap oleh sesisi rumah. Meskipun sebenarnya, dia memiliki asisten rumah tangga.

Pasca mengambil mobil, Jeffrey tidak langsung pulang. Namun mengunjungi tenda darurat yang diisi oleh Isla dan ibunya. Karena mereka tidak memiliki kerabat yang bisa ditumpangi sebentar.

"Eh, Pak Jeffrey? Cari siapa?"

"Bu Ira dan Isla di mana?"

"Itu, Pak! Di sana!"

Jeffrey langsung mendekati Isla dan ibunya yang sedang makan nasi kotak di tenda. Keadaan mereka sangat memprihatiankan. Membuat dia berniat untuk membawa mereka saja.

6. 50 PM

Joanna baru saja selesai makan malam. Dia langsung membawa anaknya ke ruang keluarga. Mengajari si anak membaca sebentar sebelum akhirnya menonton televisi bersama.

"Papa kok tidak pulang-pulang ya, Ma?"

"Sebentar lagi. Kenapa? Mau dibawakan apa? Mama telepon Papa sekarang."

Joanna langsung meraih ponselnya. Si anak juga mulai tertawa girang. Sebab dia memang sedang ingin es krim sekarang.

Namun, belum saja Joanna mendial nomor suaminya, tiba-tiba saja Jeffrey pulang. Sembari membawa Isla dan ibunya. Membuat raut kecewa langsung terlihat jelas di wajah si wanita.

Tbc...

BRAND NEW DAY [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang