Joanna sudah berada di rumah sakit kembali. Kali ini, dia menerobos masuk saat Vega ingin mengambil makanan delivery. Membuat Jessica yang masih menunggui tampak panik. Sebab si cucu masih enggan ditemui orang tuanya saat ini.
"Mau apa kamu!? Keluar!"
"Biarkan aku bertemu Julio sebentar, Ma. Sebentar saja! Aku ibunya! Aku berhak tahu keadaannya!"
Joanna berhasil mendekati anaknya. Namun sayang, Julio langsung memalingkan wajah. Seolah enggan menatap ibunya.
"Sayang, Mama minta maaf. Mama---"
"Kalau Mama sayang aku, Mama tidak mungkin tega padaku! Mama tidak mungkin terus-terusan bertengkar dengan Papa saat ada aku!"
"Mama tidak tahu, Sayang. Mama minta maaf. Mama janji tidak akan kembali bertengkar dengan Papa. Maafkan Mama ya, Sayang?"
Julio menggeleng cepat. Air mata juga sudah membasahi wajah. Sama seperti ibunya.
"Mama pernah bilang ke Papa, andai aku tidak ada, Mama tidak akan menderita. Mama tidak akan menikah dengan Papa yang selalu marah-marah pada Mama. Aku hanya ingin Mama tidak lagi menderita. Tidak ingin Mama dimarahi Papa. Tidak ingin mendengar terikan Mama dan Papa. Aku sayang Mama dan Papa. Kata Bu Isla, Mama dan Papa lebih baik berpisah saja jika tidak bahagia. Bercerai kan namanya? Aku sudah baca di iPad!"
Tangis Joanna semakin deras. Dia mulai membungkam mulut dengan telapak tangan. Hingga Jessica menyeretnya keluar ruangan. Bersama Jeffrey yang baru saja datang.
"KELUAR KALIAN! KALIAN TIDAK PANTAS DISEBUT SEBAGAI ORANG TUA!"
Pekik Jessica setelah mengusir anak dan menantunya. Kali ini dia benar-benar kecewa dengan mereka. Karena telah membuat cucunya yang masih sangat muda harus tahu masalah orang dewasa.
"Joanna! Mau ke mana!?"
Panggil Jeffrey saat Joanna menjauh dari tempat dirinya berdiri. Membuatnya langsung mengejar istrinya saat ini. Hingga orang yang berlalu-lalang mulai memandangi.
"Lepas! Sejak awal seharusnya kita memang tidak perlu menikah! Seharusnya aku yang mengurus anakku sendirian!"
Joanna menepis tangan Jeffrey yang berusaha menahan dirinya. Mereka kembali bertengkar sekarang. Hingga dipisah oleh perawat yang merasa terganggu dengan kehadiran mereka.
6. 30 PM
Matahari sudah tenggelam. Jeffery masih berada di luar ruang tunggu sekarang. Menunggu kedatangan Joanna. Karena dia yakin jika istrinya tidak mungkin betah berlama-lama meninggalkan anaknya.
Jeffrey sedang menggigit bibir bawah. Dalam hati dia gelisah. Karena takut pernikahan ini gagal. Hanya karena masalah sepele sebenarnya.
Komunikasi. Iya, Jeffrey merasa jika dia dan istrinya memang kurang dalam berkomunikasi. Mengingat mereka sama-sama kerja dan jarang memiliki waktu untuk berbincang dari hari ke hati.
Tap... Tap... Tap...
Suara kaki terdengar. Jeffery langsung menolehkan kepala. Menatap Joanna yang baru saja datang sembari memegang map coklat di tangan kanan. Sedangkan tangan lain dipakai untuk membawa ponselnya.
"Tandatangani ini! Aku tidak ingin membuat Julio melihat kita bertengkar lagi!"
Jeffrey langsung membuka map coklat yang baru saja Joanna berikan. Namun saat baru membuka bagian atasnya, dia langsung merobek isinya di depan si wanita. Membuat Joanna jelas murka dan langsung berteriak begitu kencang.
"APA YANG KAMU LAKUKAN!?"
"GILA KAMU, HAH!? UCAPAN ANAK KECIL KAMU DENGARKAN!? JULIO BELUM DEWASA! UCAPANNYA HANYA OMONG KOSONG BELAKA! DI DUNIA INI TIDAK ADA ANAK YANG INGIN ORANG TUANYA BERPISAH!"
Joanna mulai menangis histeris sekarang. Lalu jongkok dan memunguti sobekan kertas di bawahnya. Sedangkan Jeffrey, dia sudah bangun dari duduknya dan berniat pergi dari sana. Namun, tiba-tiba saja pintu ruangan terbuka dan menampilkan si anak yang sedang beruarai air mata dengan infus yang telah dipegangi neneknya.
"Papa salah. Ada, di dunia ini ada anak yang ingin orang tuanya berpisah. Aku anaknya. Aku ingin melihat kalian bercerai saja daripada terus mendengar pertengkaran. Aku juga akan ikut nenek dan tidak ingin ikut dengan salah satu dari kalian. Agar Mama dan Papa tidak perlu kembali bertengkar karena hak asuh anak."
Setelah mengatakan itu, Julio kembali memasuki ruangan. Menutup pintu dari dalam dan meminta Vega menguncinya. Sebab dia benar-benar sudah kecewa pada mereka.
Julio memang masih kecil. Namun dia sudah bisa mengerti keadaan ini. Karena sejak dulu selalu disuguhi hal seperti ini.
Ya. Meskipun pertengkaran mereka selalu dilakukan sembunyi-sembuyi, namun tetap saja akan ketahuan mengingat sesering apa pertikaian terjadi. Tidak heran jika Julio kecil bisa berpikir seperti ini.
Tidak apa-apa. Ini demi kebaikan Mama dan Papa.
Batin Julio sembari menyeka air mata. Jessica dan Vega juga sudah memeluknya. Karena mereka bisa merasakan sesakit apa jika jadi anak yang harus setiap hari melihat orang tuanya bertengkar.
Di luar kamar, terdengar suara tangis Joanna semakin kencang. Membuat Julio mulai melepas pelukan dan menutup kedua telinga. Sebab dia jelas tidak tega jika mendengar tangis ibunya.
Julio tidak membenci mereka. Dia bahkan sayang menyayangi orang tuanya. Karena Ibu dan ayahnya sangat baik dalam mengurusnya. Selalu melimpahi kasih sayang dan memberi apapun yang diinginkan.
Itu juga yang membuat Julio merasa bersalah. Apalagi setelah tahu dari Isla jika dia memang anak dari hasil di luar nikah. Setelah wanita itu menghitung bulan lahir dan bulan menikah orang tuanya.
Kamu anak haram! Seharusnya Mama dan Papamu tidak menikah karena tidak saling cinta! Orang tuamu sering bertengkar, kan? Itu karena kamu penyebabnya!
Itu adalah kata-kata yang sering kali Isla lontarkan saat tidak ada Ira. Tidak heran jika Julio tidak begitu dekat dengannya. Karena anak itu merasa jika Isla agak jahat menurutnya. Sebab selalu menghasut untuk memisahkan orang tuanya.
Namun sekarang, Julio justru membenarkan. Membenarkan ucapan Isla jika orang tuanya memang akan lebih baik kalau berpisah saja. Karena hanya akan saling menyakiti jika dipaksa bersama.
END.
Bonus chapter ada di karyakarsa. Isinya of course kelanjutan hidup mereka setelah masalah ini datang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.