11. 30 PM
Joanna baru saja tiba di rumah. Tentu saja kedatangannya disambut oleh Jeffrey di teras. Sendirian. Dengan wajah garang. Sebab ini sudah tengah malam dan istrinya baru saja pulang.
"Bagus! Anak sakit malah ditinggal lembur!"
"Kamu baru memberi tahu satu jam yang lalu! Aku mana tahu kalau Julio kambuh!"
Joanna berlari memasuki rumah. Dia langsung menuju kamar dan mendapati Julio yang sudah tidur pulas. Membuatnya langsung merasa lega. Lalu bergegas mandi dan bersiap memeluk si anak.
Ceklek...
Jeffrey memasuki kamar. Menatap Joanna yang baru saja selesai mandi kilat. Dia juga sudah memakai terusan panjang sepaha. Membuat darahnya mendidih seketika.
"Sayang, tadi kamu sakit, ya?"
Joanna mengusap kepala Julio pelan. Lalu mengecup wajahnya. Sembari mengusap keringat yang menghinggapi dahi si anak. Sebab dia baru saja meminum obat dan AC juga sudah dimatikan.
"Mama---sakittt."
"Iya, Sayang. Sekarang tidur, ya? Besok pagi pasti langsung sembuh. Ada Mama di sini. Julio pasti sembuh besok pagi."
Julio yang awalnya membuka mata mulai memejamkan matanya kembali. Tentu saja sembari memeluk ibunya erat sekali. Karena meski diasuh orang lain, dia tetap akan lebih merasa nyaman dengan ibunya sendiri. Tidak heran jika begitu lengket dengan Joanna selama ini.
"Istirahat ya, Sayang? Mama di sini."
Julio kembali tidur lagi. Dengan senyum yang tersungging karena ibunya telah memeluk erat dirinya saat ini. Membuat rasa aman mulai muncul lagi.
Joanna mendekap Julio erat-erat. Sembari berdoa semoga dia lekas disembuhkan. Sebab dia tahu rasanya sakit radang tenggorokan sangat menyakitkan.
Iya. Julio sakit radang tenggorokan. Gara-gara makan es krim saat di sekolah. Untung saja obatnya masih ada. Sehingga anak itu tidak perlu menderita terlalu lama.
Joanna ikut memejamkan mata saat ini. Sedangkan Jeffrey, dia sudah menduduki sofa yang ada di ruangan ini. Sembari menatap kaki hingga paha istrinya yang tidak berlapis kain sama sekali.
Setengah jam kemudian Joanna yang sudah terlelap mulai terbangun. Karena merasakan sentuhan di celah pahanya saat itu. Mengusapnya pelan dan terkadang naik seolah sedang ingin menggoda sesuatu.
Perlahan, Joanna membuka mata. Menolehkan kepala dan mendapati Jeffrey yang sudah mengecupi leher belakangnya. Dengan satu tangan yang sudah meremas dadanya. Serta, tangan lain yang telah bermain di selangkangan.
"Apa yang kamu lakukan!"
Pekik Joanna dengan suara lirih. Sebab dia tidak ingin Julio bangun lagi. Karena dia sudah tidur nyenyak sekali.
"Menagih jatahku, apa lagi?"
Joanna mulai menarik nafas panjang. Dia ingin menolak karena lelah. Namun dia ingat jika besok harus ke Surabaya. Sehingga dia berencana sedikit membuat Jeffrey terlena agar besok tidak mendapat masalah.
"Di kamar sebelah saja!"
Jeffrey langsung tersenyum kegirangan. Lalu bangkit dari ranjang dan menuju kamar yang ada di sebelah. Di kamar si anak. Karena ini adalah kamar Jeffrey saat pria itu belum menikah.
Setibanya di kamar sebelah, Jeffrey tentu saja tidak ingin berlama-lama. Dia langsung mencumbu istrinya yang kali ini lebih banyak diam dan tidak memberikan perlawanan. Membuat pria ini jelas sangat merasa senang.
6. 30 AM
Jeffrey baru saja bangun dari kamar sebelah. Dia sedang memasuki kamar dan mendapati Julio yang sudah bangun dan tiduran di pangkuan ibunya. Sembari tertawa karena digelitiki pelan.
"Lain kali jangan makan sembarangan ya, Sayang? Kalau pengen makan apa-apa bilang Mama. Nanti Mama buatkan sendiri saja. Supaya radangnya tidak kumat."
"Iya, Mama. Hehehe. Eh, Papa! Papa tidur di mana?"
Tanya Julio pada ayahnya. Sebab sejak pagi tidak menemukan ayahnya di kamar. Padahal, biasanya mereka akan tidur bertiga dalam satu ranjang.
"Papa tidur di kamar sebelah. Gerah. Kamu sudah sembuh, Sayang?"
"Sudah. Tapi Mama bilang aku boleh libur sekarang. Ditemani Mama."
Jeffrey yang mendengar itu tentu senang. Dia juga langsung mandi karena harus kerja. Mengingat ini masih hari selasa.
Sarapan berjalan seperti biasa. Jeffery juga merasa sangat senang saat meninggalkan rumah. Sebab melihat Joanna yang tampak begitu cocok saat menjadi ibu rumah tangga.
5. 30 PM
Jeffrey baru saja pulang kerja. Dia melihat Julio yang sedang menonton televisi sendirian. Karena ibunya sedang menyiapkan makan malam bersama Isla. Tanpa ada Joanna.
"Mama di mana, Sayang?"
"Ke Surabaya, Pa. Katanya ada rapat."
Jeffrey mulai menukikkan alisnya. Pertanda jika kemarahan sudah menguasai hatinya. Membuatnya lekas menjauh dari si anak guna mendial nomor istrinya. Karena dia tidak mengatakan apapun padanya.
Sudah berkali-kali Jeffrey mendial nomor Joanna. Namun sayang tidak diangkat oleh istrinya. Bahkan diriject berulang. Seolah Joanna enggan mendengar omelannya.
Di tempat lain, Joanna sedang berbincang dengan klien di ruang rapat yang ada di salah satu hotel megah Surabaya. Dia sedang berdiri sekarang. Berbincang menggunakan bahasa Jerman karena akan membawa mereka makan malam bersama di restoran yang ada di lantai dasar.
Sejak tadi, Jordan juga tidak kunjung melepas pandangan pada si wanita. Merasa kagum tentu saja. Sebab Joanna telah membuat para klien terkesan hingga langsung menandatangani kontrak tanpa banyak pertimbangan.
"Bisa kita ke restoran sekarang, Pak?"
"Bisa. Ayo!"
Joanna mengangguk singkat. Lalu mepersilahkan para klien berjalan mendahului dirinya. Sedangkan dia mulai mematikan ponsel yang sejak tadi ada di genggaman. Sebab dia tahu jika Jeffrey tengah marah padanya. Karena pergi ke Surabaya tanpa berpamitan.
11. 50 PM
Setelah menidurkan anaknya, Jeffrey menunggu di teras sendirian. Berharap Joanna pulang dan tidak menginap. Sebab ibunya tidak mengatakan apa-apa. Begitu juga dengan anaknya.
Jeffrey baru saja menghubungi Teressa. Dia mengatakan jika Joanna pergi ke Surabaya bersama Jordan. Berdua saja. Membuat dirinya jelas merasa was-was karena takut terjadi apa-apa.
Bahkan, Jeffrey berniat menyusul istrinya setelah makan malam. Namun tidak jadi karena tidak ada tiket yang tersisa.
Dengan perasaan marah, Jeffrey berniat mengambil mobilnya. Ingin menunggu istrinya di bandara. Karena ingin melihat bagaimana interaksi Joanna bersama Jordan.
Namun, tiba-tiba saja Isla datang. Dia mengatakan jika ibunya butuh dibawa ke rumah sakit sekarang. Sebab kejang tiba-tiba.
Jeffrey yang mendengar itu tentu langsung melupakan kemarahan. Lalu menuju kamar Isla dan ibunya yang ada di lantai dasar. Kemudian membawa mereka ke rumah sakit terdekat bersama supir juga.
Di tempat lain, Joanna baru saja menaiki taksi. Karena dia menaiki penerbangan terakhir. Agar tidak menginap malam ini.
Namun saat tiba di rumah, dia tidak menemukan Jeffrey. Membuat dirinya tidur dengan Julio sendiri. Kemudian bangun saat mertuanya datang dan mengatakan jika ibu Isla sudah berpulang subuh tadi.
Joanna yang mendengar itu tentu terkejut. Lebih terkejut lagi saat melihat Jeffrey yang tengah memeluk Isla yang tengah menangis tersedu. Saat peti mati ibunya dibawa ke rumah itu.
Tbc...