7/7

379 81 160
                                    

Jeffrey benar-benar sibuk mengurus pemakaman ibu Isla. Dia bahkan mengabaikan Joanna, tidak menegurnya karena masih marah pada si wanita. Sebab telah pergi ke Surabaya tanpa mengatakan apapun padanya.

Joanna juga sama. Dia tidak bereaksi apa-apa saat melihat suaminya memeluk Isla. Bahkan ketika padangan mereka bertemu juga. Seolah tidak peduli jika suaminya akan diambil Isla. Karena dia benar-benar sudah habis kesabaran.

Joanna jelas enggan menegur karena tidak ingin dipermalukan. Tidak juga membahas hal ini saat berdua dengan suaminya. Karena mereka hanya akan sibuk dengan urusan masing-masing saat berpapasan. Mengingat rumah Jessica telah ramai orang karena dipakai untuk mengurus pemakaman ibu Isla.

Satu minggu kemudian.

Joanna baru saja memasuki mobil. Dia duduk di samping Jeffrey sembari memangku Julio yang tidak ingin duduk di belakang bersama Isla saat ini. Karena dia memang selalu manja pada ibunya tidak kenal waktu seperti ini.

"Dadah Nenek!!!"

Julio melambaikan tangan pada neneknya. Karena si kakek sedang dinas di luar kota. Sedangkan hari ini mereka harus kembali ke rumah karena banjir sudah surut sejak dua hari sebelumnya. Namun mereka memutuskan untuk tinggal lebih lama karena Isla masih berkabung atas kehilangan ibunya.

Sekedar informasi, Jeffrey dan Joanna masih belum berbaikan. Mereka juga tidak saling berbicara. Karena Joanna memang selalu tidur di kamar si anak. Jeffery juga tidak pernah memintanya pindah karena dia jelas sibuk menemui saudara jauh Isla yang ingin berbelasungkawa. Seolah dia adalah suami Isla.

Sepanjang perjalanan, Julio tidur di pangkuan Joanna yang sama sekali tidak mengantuk. Dia hanya menatap depan dan sesekali menepuk punggung anaknya yang sedang tidur. Mengabaikan Isla dan Jeffrey yang diam-diam saling lirik melalui kaca yang ada di dalam mobil itu.

"Mama!!! Pipis!"

Keluh Julio saat membuka mata. Joanna juga langsung melirik suaminya. Namun Jeffrey hanya mengatakan sabar sebab sebentar lagi mereka tiba di rumah.

"Sabar, ya? Sebentar lagi kita sampai rumah. Kasihan Tante Isla di belakang kalau kita kelamaan."

Joanna hanya menarik nafas panjang. Sembari melepas sabuk pengaman. Lalu menepuk dashboard kecang agar mobil berhenti sekarang.

Brak...

Mau tidak mau Jeffrey harus menepi juga. Dengan perlahan karena takut istri dan anaknya terlempar ke depan. Mengingat sabuk pengaman sudah dilepas sebelum mobil dihentikan.

"Aku bisa naik taksi! Silahkan pulang sendiri!"

Joanna langsung keluar dari mobil. Meninggalkan Jeffrey dengan Isla saat ini. Lalu menuju restoran terdekat dari mobil berhenti.

"Tunggu saja sebentar. Saya masih kuat."

Jeffrey menatap Isla kasihan. Sebab dia sedang duduk tidak nyaman di kursi belakang. Karena dihimpit banyak barang.

Tidak lama kemudian Joanna dan Julio kembali. Mereka datang sembari membawa tiga botol air. Satu untuk Julio, satu untuk Jeffrey dan satu lagi untuk Joanna sendiri.

"Terima kasih."

Ucap Isla saat Jeffrey memberikan botol air mineral yang baru saja diberikan Julio padanya. Dia tersenyum tipis sekarang. Lalu menatap Joanna dengan seringaian. Membuat Julio yang ikut melihat langsung memeluk leher ibunya.

"Mama..."

"Iya, Sayang. Tidak apa-apa."

Joanna melirik Jeffrey yang mulai melajukan mobil kembali. Menuju rumah mereka saat ini. Ketika tiba, Jeffrey juga langsung membantu Isla menurunkan barang-barang wanita ini. Membiarkan anak dan istrinya menurunkan barang-barang sendiri.

"Mama, berat!!!"

"Julio duduk saja. Biar Mama yang angkat!"

Julio langsung berlari menuju kursi yang ada di teras. Dia menatap ibunya yang sedang kesusahan menurunkan koper dari bagasi sendirian. Serta, melihat ayahnya yang sedang mengangkat koper milik Isla dan mendiang ibunya.

"Ayo masuk, Sayang!"

Julio menggeleng pelan. Dia hanya menggoyangkan kaki saja. Karena berniat tanya pada ayahnya.

"Mama duluan saja. Aku mau duduk di sini sebentar."

Joanna mengangguk singkat. Lalu memasuki rumah sembari memasukkan koper ke dalam. Meninggalkan si anak duduk di teras sembari memeluk botol air mineral.

"Papa!"

"Iya, Sayang?"

Tanya Jeffrey saat mendekati mobil. Sebab dia baru saja selesai mengangkat koper milik si tetangga tadi. Karena wanita itu jelas tidak kuat mengangkat koper ini sendiri.

"Kok Papa bantu Bu Isla, sih? Kasihan Mama angkat koper sendiri!"

Tegur Julio dengan wajah kesal. Membuat Jeffrey mendekat dan berniat menjelaskan. Namun, tiba-tiba saja ada taksi datang. Menurunkan Vega, adik Joanna yang sedang libur semesteran selama tiga bulan. Dia diminta datang untuk mengasuh si keponakan. Tentu saja dengan iming-iming uang jajan dua kali lipat setiap bulan.

"Tanteeee!!!"

Julio langsung turun dari kursi. Lalu memeluk Vega yang baru saja keluar dari taksi. Dia membawa balon besar yang dibeli saat turun di stasiun Gambir. Tidak heran jika Julio tampak girang sekali.

9. 30 PM

Joanna baru saja selesai bersih-bersih rumah. Dibantu adiknya. Karena Julio sudah tidur sekarang. Sedangkan Jeffrey, dia sedang di rumah si tetangga. Entah melakukan apa.

"Mbak serius tidak curiga? Kok Mas Jeffrey lama, ya? Mereka tidak ada hubungan apa-apa, kan?"

"Mau ada apa-apa juga terserah. Kamu langsung mandi dan tidur saja. Aku yang bereskan sisanya!"

Vega langsung meletakkan pel di dekat tangga. Lalu menuju kamar si keponakan. Sebab dia ingin tidur di sana saja meskipun sebenarnya sudah diberi kamar. Takut alasannya, karena kamar tamu tidak pernah ditinggali sebelumnya.

Joanna baru saja membersihkan peralatan bersih-bersih di depan rumah. Menggunkan air keran. Lalu, tiba-tiba saja rasa penasaran datang. Membuatnya nekat datang ke rumah si tetangga diam-diam.

"Mencari suamimu, ya?"

Tanya Isla tiba-tiba. Saat ini dia sudah berada di belakang Joanna yang tengah membuka pelan pintu rumahnya. Tanpa mengatakan apa-apa seperti pencuri saja.

"Apa maumu?"

Joanna langsung berkacak pinggang. Dia menatap Isla dengan dagu didongakkan. Sebab dia memang tidak pernah berhubungan baik dengan Isla sejak dulu hingga sekarang.

"Apa mauku? Seharusnya kamu sudah tahu. Tentu saja suamimu."

Joanna tertawa sumbang. Lalu menatap Isla dengan raut meremehkan. Menatapnya dari atas hingga bawah dan membuat si pemilik badan langsung memasang wajah tidak terima.

"Julio anak dari hasil di luar nikah, kan? Dia tidak berhak mendapat apa-apa!"

Ucap Isla tiba-tiba. Suaranya sedikit tercekat. Sangat terlihat jika dia sedang tertekan dan takut sekarang. Sampai-sampai membawa topik di luar pembahasan.

"Lalu?"

Tanya Joanna sembari melipat tangan di depan dada. Dia menatap Isla sembari menahan tawa. Membuat wanita itu semakin tampak tidak berdaya. Karena mentalnya sudah terlebih dahulu dilunturkan oleh sikap arogan Joanna.

"Lalu kenapa? Coba katakan lebih jelas apa maksudnya? Aku belum paham."

Joanna menggeleng pelan. Lalu menduduki kursi yang ada di teras. Kemudian menaikkan satu kaki di atas kakinya. Memperlihatkan betis seksi yang sering kali membuat Jeffrey naik darah.

Isla yang melihat itu jelas merasa iri sekarang. Sebab dia memiliki bekas luka di betisnya. Karena telah berulang kali melakukan operasi pemasangan dan pelepasan pen pasca kecelakaan.

Masih mau lanjut? Ramein dulu :)

Tbc...

BRAND NEW DAY [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang