6

477 12 3
                                    

--Follow penulisnya, votement ceritanya

.

"Gimana, udah kenalan sama tetangga baru?"

Gita tertahan dalam kegiatan memotong terong. Bagai alarm yang disetel otomatis, Gita berhalusinasi kalau terong ditangannya menjelma menjadi mainan berwarna dengan bentuk keperkasaan lelaki. Gita menggelengkan kepalanya cepat sampai terong itu kembali ke wujud asalnya.

"Umm-- udah. Mbak Angela baik."

Baiknya ia tidak usah dekat-dekat dengan Angela. Ia melarat keinginannya dulu.

"Oh, Angela namanya."

Gita tak membalas dan menyibukan diri dengan goreng tahu yang hampir matang tersebut. Sementara Azriel memotong-motong ikan seperti tengah membedah pasien. Berkat kerja sama keduanya, hidangan sederhana untuk makan malam cepat tersaji.

"Selamat makan."

"Makan yang banyak ya isteri-ku."

Belum sempat keduanya mengambil suapan pertama, bunyi bel menghentikan aksi mereka. Gita saling tatap dengan Azriel dan melakukan pemindaian cepat kiranya ada tamu mana yang berkunjung malam ini. Tapi tak membuahkan hasil.

"Biar aku aja." Azriel menawarkan.

Sementara Gita diam-diam memasang telinga untuk mengetahui siapa yang berkunjung. Suara tinggi milik seorang wanita menjadi pembuka seiring dengan pintu yang terbuka. Gita tanpa sadar mencondongkan tubuh berusaha melihat siapa wanita tersebut.

Tak lama Angela muncul dengan tampilan mewahnya disertai senyum sumringah. Rambutnya di-curly berlebihan serta make-up yang on point.

"Wah, kalian lagi makan malam ya?"

Gita bangkit menyambut Angela. "Iya, kami kebetulan--"

Apa yang membuat Gita menahan perkataannya? Jawabannya, karena ia melihat lelaki yang muncul di belakang Azriel. Meski sekilas, jelas ia mengenali pria tinggi tegap itu. Apa yang membuat ia bingung adalah, pria itu menatap dirinya sama terkejutnya --seolah-olah sedang melihat hantu. Dari keterkejutan itu berganti-ganti menjadi bingung, kaget dan seperti orang yang melihat kenalan lama.

"... bertemu." bisik Gita tak sadar telah menyuarakan isi pikirannya.

Lelaki itu terkesiap, matanya melembut seketika dengan cara yang aneh.

Angela menyadari ketegangan Gita dan suaminya. Lalu ia angkat suara. "Apa kau kenal Gita, sayang? Kalian udah ketemu?"

Suami Angela berdehem, lalu dengan cepat memasang wajah tak terbacanya. "Kami--"

"--aku melihatnya di UGD tadi."

Sekilas ada sorot kecewa dari mata hitam dan dingin itu. Angela menelengkan kepala. "UGD? Kau sakit apa, sayang?"

"Aku tidak apa-apa." balas sang suami datar. Ia membuang muka tak sanggup lama-lama menatap Gita.

"Apa kau terluka."

Si suami menepis tangan Angela yang menyentuh lengannya yang terluka. "Aku bilang tidak apa."

Azriel cepat tanggap menangani situasi. "Haha, bagaimana kalau kita duduk dulu. Supaya lebih enak mengobrolnya."

"Ahaha, iya. Sampai lupa belum mengenalkan suamiku, Nicco."

Pria itu mengangguk sopan pada Azriel, da juga Gita. Namun, tatapan Nicco agak tertahan pada Gita hingga Gita merasa sedang dikuliti.

"Kami juga membawa wine!" sambung Angela dengan riang.

Nicco.

Jelas ini bukan pria yang Gita lihat kemarin keluar dari lift. Lantas, kalau bukan Nicco, siapa pria yang kemarin? Apa... Angela berselingkuh?

"Silakan duduk. Kalau kami tahu kalian akan berkunjung mungkin kami akan menyiapkan masakan yang lebih baik." kata Azriel ramah sebagai pemilik rumah.

Angela duduk diikuti Nicco, "Wah... rasanya udah lama banget aku lihat masakan rumahan."

"Masakannya sangat sederhana." ucap Azriel merendah sambil menggaruk belakang lehernya.

"Harusnya kami berterima kasih karena sudah diijinkan makan malam disini. Kami malah merepotkan kali."

"Tidak sama sekali." sanggah Azriel yang duduk disebrang Nicco. "Semoga makanannya sesuai dengan selera kalian. Masakan ini dibuat dengan cinta oleh isteri-ku."

Azriel merangkul Gita tiba-tiba, hingga membuat Gita yang pikirannya masih bercokol soal pria yang mencium Angela terlonjak kaget.

"Wah, aku akan menikmati makanannya." kata Angela, tak sungkan meraih nasi.

"S-selamat makan." Hanya itu yang bisa keluar dari mulut Gita.

Azriel tertarik menunggu Angela dan Nicco pada suapan pertamanya. "Bagaimana?"

Angela tertahan, matanya berkaca-kaca hingga mengundang tanya Azriel dan Gita. Angela lalu mengusap sudut matanya. "Wah, aku sampai lupa kapan terakhir makan makanan rumahan. Gita jago banget masaknya."

Azriel berterima kasih banyak atas pujian Angela, mewakili isterinya. Lalu ia beralih menatap Nicco. Kali ini agak lama bagi Nicco untuk bereaksi. Ia seperti tengah menikmati dan menghayati masakan Gita. Setiap kunyahan dilakukan dengan pelan seolah-olah memaksa indera perasanya untuk merasakan makanan tersebut.

"Ini enak." pujinya puas ketika sup hangat ikut menghangatkan hatinya juga.

Gita yang tak sengaja bertatapan dengan Nicco merasa wajahnya panas seketika. Cara Nicco menatapnya membuat ia kelu. Ia sampai harus membuang muka karena tidak tahan ditatap secara intens begitu. Perasaan Gita tak nyaman, bagai tengah diawasi. Dan jelas itu berasal dari tatapan lurus nan tajam Nicco. Pria yang duduk menghadap langsung pada Gita itu tak bisa mengalihkan perhatian dari sosok yang duduk menciut ketakutan.

Azriel dan Angela mengobrol hangat tentang berbagai topik selama makan. Sesekali ditimpali singkat oleh Nicco. Nicco tampak menikmati makan malamnya dalam setiap suapan yang lama. Sementara Gita masih membisu dan hanya manggut dan jawaban singkat yang diberikan saat ada pertanyaan yang menyasar kepadanya.

Gita kini merasa sedang memegang dua kartu aib milik dua pasang suami-isteri ini. Perselingkuhan Angela serta terlukanya Nicco tanpa ingin diketahui sang isteri seperti pintu akses bagi Gita untuk melihat bagaimana kehidupan rumah tangga yang keduanya jalani.

Saling menipu pasangan dan hidup dalam sandiwara bagi Gita lebih seperti adegan klise di sinetron. Beruntung, nasib pernikahannya berbanding terbalik dari pasangan Angela dan Nicco.

"Kalian membawa wine ya?" tanya Azriel.

"Heem, untuk perayaan." balas Angela.

Azriel tersenyum sesal, "Gimana ya. Tapi kami gak minum. Di rumah kami juga tidak ada gelas wine."

Angela tak menyerah. "Cangkir juga boleh. Pak dokter serius gak minum?"

"Karena Gita gak bisa minum, jadi aku juga nggak."

"Ah, ayolah. Sedikit saja, oke?" bujuk Angela. Sepertinya Angela tipikal orang yang keras kepala.

Hal ini membuat Gita merasa tidak enak. Niat mereka mungkin baik, dengan membawa buah tangan. "Minum aja. Gak papa." Demi kesopanan, sambung Gita dalam hati.

"Tuh, udah dapet ijin."

"Ang, sudahlah." tegur Nicco.

Azriel pun menerima tawaran Angela --demi kesopanan. "Sedikit wine tidak akan membunuh bukan?" balas ia seraya membawa gelas baru.

"Yaaaaay!" Angela kegirangan dan buru-buru membuka botol wine-nya.

Angela menuangkan wine ke masing-masing gelas, untuk dirinya, Azriel dan Nicco. Ia terhenti untuk meyakinkan Gita yang terakhir kalinya.

"Are you sure?" tanya Angela sambil mengangkat botol wine.

"Silakan menikmati." balas Gita seadanya.

"Well, untuk kebersamaan kita sebagai tetangga baru."

Dentingan gelas berbenturan singkat dan Angela meneguk wine-nya dengan anggun. Sementara Nicco masih asyik menatap Gita yang tengah mengawasi Nicco minum seperti seorang ibu yang memperhatikan cara anaknya minum. Tanpa sadar ia mengetatkan pegangan pada cangkir kopi tersebut.  

Give Me One More NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang