Tak berjejak

3 3 0
                                    

  Sepanjang jalan Mekar Serayu telah melewati beberapa tempat entah itu desa, lembah, atau hutan. Di tepi danau Mekar Serayu beristirahat di atas pohon sambil menutup mata dengan sehelai kain hitam hingga tertidur.

  Di tengah tidurnya Mekar Serayu mendengar langkah kaki terburu-buru sepertinya seorang sedang dikejar, Mekar Serayu menajamkan teliganya dengan posisi tubuh tidak bergerak.

"Kisanak, kisanak," Mekar Serayu mendengar seorang memangilnya tapi tetap diam, sehingga orang tersebut menanggil kembali.

"Permisi kisanak," Mekar Serayu tetap diam.

"Kisanak, kisanak" orang itu memanggil dengan nada khawatir.

"Siapa itu?" Mekar Serayu bertanya.

"Maaf kisanak apakah kisanak bisa menunjukkan tempat untuk bersembunyi " tanya orang itu.

"Maaf mengapa kisanak hendak bersembunyi?"

"Ada tokoh pendekar golongan hitam mengejar saya."

"Kisanak dapat berdiri di sana saja, saya akan membantu kisanak."

"Terimalasih kisanak"

  Tak lama terdangar beberapa langkah kaki datang, Mekar Serayu mengeluarkan ajian Malih Rupo yang berguna untuk mengelabui rupa seseorang. Langkah yang jauh kian merapat, Mekar Serayu kembali berbaring santai. Seorang yang meminta bantuan Mekar Serayu berdiri dengan ekspresi khawatir."

"Dimana dia?"

"Ya, bukankah dia lari kesini tadi"

"Nah itu ada orang coba kita tanya"

"Permisi kisanak, apa kisanak melihat orang lewat sini?" tanya salah seorang.

  Lama menunggu tidak ada jawaban sama sekali.

"Kisanak" orang itu kembali bertanya.

  Masih tidak ada jawaban sama sekali, mereka saling memandang.

"Coba kau kesana lihat"

"Kisanak" panggil seorang diantara mereka seraya menepuk  Mekar Serayu.

"Siapa di sana, maaf saya tidak dapat melihat dan mendengar jika ingin bicara silahkan tulis di telapak tangan saya" kata Mekar Serayu seraya memyodorkan tangannya.

  Mereka tercengang, sedikit ragu apa benar yang dikatakan itu. Dengan ragu mencoba menuliskan kalimat di tangan Mekar Serayu.

"Kisanak, apa ada seorang  yang lewat sini?" begitu bunyi dari kalimat itu.

"Ooo,jadi kisanak ini hendak bertanya apa ada orang lewat sini? Kalau orang sih tidak tapi sekelompok bebek liar ada," sekelompok orang itu saling pandang.

"Apa yang dapat kita ketahui dari orang buta dan tuli ini. Lebih baik kita pergi saja, " salah seorang dari mereka berkata.

"Kisanak?"  panggil orang itu ragu setelah mendengar percakapan Mekar Serayu dengan yang mengejarnya, tapi jika benar bagaimana dia menjawab pertanyaannya tadi.

"Terimakasih kisanak," ujarnya setelah Mekar Serayu melepaskan ajian Malih Rupo.

"Saya Raden Aji Suliwa saya putra dari ayahanda Adipati Arya Kamandanu.Terimaksaih atas pertolongan kisanak. Kiranya suatu hari saya dapat membalas budi kisanak."

"Sama-sama, tapi mengapa mereka mengejar raden?"

"Mereka adalah tokoh-tokoh golongan hitam yang memiliki masalah dengan orang-orang kadipaten Balungkuh. Kadipaten Balungkuh adalah bagian dari wilayah Kerajaan Alas Pati, ayahanda memberikan perintah untuk menyelidiki masalah di Kadipaten Balungkuh," ujar Raden Aji Suliwa.

Mekar SerayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang