Mekar Serayu, Bagus Pati dan yang lainnya sedang makan disebuah warung. Satu bulan telah berlalu sejak mereka meninggalkan kerajaan Alas Pati, sekarang mereka berada disebuah desa sangat jauh dari wilayah kerajaan Alas Pati.
"Mbok tambah satu lagi, oh ya ada teh?"
"Ada ini"
"Mbok apa nama tempat ini?"
"Ini Kadipaten Wolu,"
"Kisanak-kisanak ini hendak kemana toh? "
"Kami hendak ke kota raja mbok"
"Kota raja? Loh bukan kah kota raja yang kisanak maksud itu dikerajaan tetangga Alas Pati?"
"Hah?"
"Loh iya, kadipaten ini wilayah Kerajaan Saroja kalau hendak kesana harus melewati tujuh desa, dua lembah, tiga padang rumput, gunung serta sebuah gua. Kerajaan Saroja dan kerajaan Alas Pati dipisahkan oleh beberapa pulau."
"Lalu seberapa jauh perjalanan ke Kerajaan Alas Pati? "
"Kalau ingin kesana maka kisanak harus menyeberang pulau, kisanak sendiri harus membuat perahu karena tempat itu tidak ada perahu dan jangan sekali-kali singgah di tiga pulau pertama bahaya!"
"Kenapa mbok?"
"Kisanak akan tau sendiri."
"Arahnya kebarat, si mbok titip pesan kalau kisanak hendak kesana, Awan Gelap Hutan Merana." mereka bingung tapi mengangguk.
Setelah makan dan membayar mereka pergi kepenginapan, bermalam satu atau dua hari lalu melanjutkan perjalanan kekerajaan Alas Pati sesuai petunjuk si mbok tadi.
Siang malam mereka menunggang kuda, akhirnya mereka mencapai pantai.
Memperhatikan sekitarnya terdapat peringatan disebuah batu."Hati-hati, perahu kokoh, badai, hewan laut, aman, terbang. "
Begitu bunyi tulisan yang tertulis disana, mungkin tidak difahami oleh sebagian orang.
"Apa maksud kata terakhir?" tanya Walangsa.
Mereka menggeleng.
"Tulisan ini adalah sebuah peringatan, tapi terbang aku tidak mengerti maksudnya." ujar Aji santa.
"Kata terakhir mungkin menunjukan cara lain untuk menyeberang pulau selain menggunakan perahu" ujar Mekar Serayu setelah lama terdiam.
"Benar juga apa yang kisanak katakan, apa mungkin maksudnya kita dapat terbang melewati pulau-pulau dan sampai Alas Pati?"
"Andai kata benar kita dapat terbang tapi kita tidak tau seberapa jauh jaraknya, lagi pula kita tidak pernah tahu bahaya apa yang akan menanti kita di sepanjang jalan."
"Iya, terlebih lagi si mbok telah memperingatkan jangan sekali-kali singgah di tiga pulau pertama."
"Benar bahaya seperti apa yang ada ditiga pulau itu?"
"Tidak ada jalan lain, maka satu-satunya kita harus punya perahu untuk menyeberang sepeeti yang tertulis dibatu."
"Ya benar, mari kita buat perahu."
Setelah kesepakatan mereka membuat sabuah perahu yang besar dan kokoh. Didalamnya dibuat tiga kamar satu kamar untuk Mekar Serayu, Bagus Pati, Pramudia dan Pralaya, satu kamar untuk mereka bertika dan kamar lain diisi dengan persedian bahan makanan dan pakaian yang mereka beli sewaktu menginap dikadipaten Wolu.
Mereka mulai berlayar menyeberangi pulau-pulau, terdapat semacam angin yang berhembus kuat dan badai dasyat yang dapat menghancurkan apa saja yang melewatinya, untung saja perahu mereka dibuat sesuat peringatan itu ditambah pula sebuah ajian yang dapat memperkokoh perahu menghadapi bahaya milik Mekar Serayu dan Walangsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mekar Serayu
RandomAwal mula kisah ini dimulai dari sebuah pertarungan dari pihak Kepala desa dari sebuah desa yang dimana banyak warganya yang kehilang anak gadis mereka yang entah dijadikan tumbal atau dijual atau dijadikan sebagai pemuas nafsu. Mekar Serayu yang ba...