Sehabis magrib mereka memeriksa keadaan Mekar Serayu.
"Syukurlah keadaan kisanak pulih lebih cepat tinggal memunggu sadar beberapa hari lagi," ujar Wira Prana.
"Syukurlah sudah terhitung lama kisanak menderita aku harap dia cepat bagun." ujar Aji Suliwa.
Di Alam jiwa, Mekar Serayu pingsan setelah berhasil memulihkan diri.
"Terimakasih guru" ujar sebelum pingsan.
Beberapa hari kemudian.
"Ugh..."
"Kisanak sudah sadar?" ujar Wira Prana.
"Bagaimana keadaan kisanak?" tanya Bringas.
Mekar Serayu mendudukan dirinya dibantu Bringas.
"Saya baik-baik saja, terimakasih kisanak semua telah membantu," ujar Mekar Serayu.
"Sama-sama kewajiban kami membantu kisanak, kami juga berterimakasih kisanak telah membantu jiwa kami disaat-saat terakhir jika tidak kami tidak dapat menemui kisanak lagi," ujar Wira Prana.
"Ah tidak apa-apa Raden, tapi sudah berapa lama saya terbaring?" tanya Mekar Serayu.
"Ah itu kisanak, kisanak telah terbaring lebih dari setahun lalu sekarang kisanak berada ditempat Ki Sunan dipadepokan Sugaluh," ujar Arya Lengka.
"Silahkan kisanak beristirahat dulu, kami akan menjenguk kisanak lagi nanti," ujar Bringas.
"Baik" ujar Mekar Serayu.
"Kami undur diri kisanak" Mekar Serayu menganguk.
Mekar Serayu berjalan-jalan sekitar padepokan dibantu oleh seorang murid.
"Kisanak" panggil Raden Aji Suliwa.
"Ah Raden" ujar Mekar Serayu.
"Kisanak kami berdua hendak pamit kembali,"
"Kenapa terburu-buru Raden? "
" Saya hendak menyelesaikan perintah ayahanda,"
"Baiklah berhati-hatilah Raden."
"Baik kisanak, mari..."
"Mari..."
"Tolong saya ingin kekamar." ujar Mekar Serayu pada seorang murid yang membantunya.
Mekar Serayu tinggal di padepokan Sugaluh selama tiga bulan, akhirnya pamit pada Ki Sunan dan pangeran Wira Prana.
"Ki Sunan, Pangeran saya hendak pamit kembali kehutan Merayu,"
"Loh apa kisanak sudah pulih benar menginaplah disini dulu," ujar Ki Sunan.
"Benar kisanak menginaplah dihuni dulu," ujar Wira Prana.
"Terimakasih atas kebaikkan Ki Sunan dan Pangeran, saya sudah pulih,"
"Baiklah jika kisanak ingin begitu berhati-hatilah dijalan kisanak, Wira Prana berikan kisanak seekor kuda dan bekal perjalanan..."
"Terimakasih Ki Sunan tapi untuk kuda tidak usah saya hendak berjalan kaki saja," ujar Mekar Serayu.
"Baiklah kalau begitu."
"Saya undur diri Ki Sunan"
"Silahkan"
"Kisanak ini bekal perjalanannya maaf saya tidak dapat mengantar kisanak."
"Tdak apa-apa Pangeran, saya undur diri." ujar Mekar Serayu.
"Hati-hati kisanak"
Kali ini Mekar Serayu hanya berjalan kaki kuda miliknya mungkin sudar kabur ketika itu, mengikatkan buntelan kepunggungnya Mekar Serayu berlari secepat angin melewati hutan, lembah dan beristirahat di sebuah danau. Ia berbaring di atas pohon ketika lagi asik beristirahat Mekar Serayu memcium suatu bau harum dari danau. Ia mencoba mencari tau bau apa itu, setelah ditelusuri rupanya bau harum itu berasal dari sebuah tumbuhan yang sedang mekar bernama Rembulan Air.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mekar Serayu
RandomAwal mula kisah ini dimulai dari sebuah pertarungan dari pihak Kepala desa dari sebuah desa yang dimana banyak warganya yang kehilang anak gadis mereka yang entah dijadikan tumbal atau dijual atau dijadikan sebagai pemuas nafsu. Mekar Serayu yang ba...