Selamat Malam Jomblo"er 😂

Peringatan : Terdapat kata-kata dan perilaku kasar. Bijaklah dalam membaca cerita, yang tentunya hanya rekayasa semata.
~ Selamat membaca ~
Udara di musim dingin terasa semakin menusuk tulangku. Tidak tahu lagi ke mana kakiku akan melangkah. Ingin rasanya seperti orang-orang di sana, di dalam sebuah kedai makanan, duduk bersama keluarga sambil tertawa dan berceloteh ria.
"Huft," dengusku pelan, menahan rasa dingin yang semakin menusuk. Mantel yang kupakai tidak sama sekali menghalau rasa nyeri akibat terpaan angin dingin. Salju perlahan mulai turun sedikit demi sedikit. Kulihat halte bus yang sepi. Ini sudah lewat jam sepuluh malam, sudah jarang sekali orang yang menunggu kendaraan di halte, ditambah cuaca yang tidak bersahabat. Seharusnya aku juga sedang ada di dalam rumah, menikmati secangkir coklat hangat buatan ayah.
"Huuh.... " Lagi-lagi aku hanya membuang nafas panjang. Jika saja ayah masih hidup, mungkin nasibku tidak seperti ini.
Akupun menyelesaikan langkah kakiku dan duduk di halte. Punggungku bersandar dengan nyaman di tembok. Kedua tanganku sudah merenggut ketat di dalam mantel. Memeluk tubuh bagian depan dengan erat.
"Ayah... aku kedinginan." Aku hanya bisa meratapi diriku yang terlampau sial, hari ini. Ibuku mungkin saja sekarang sedang menikmati kehangatan bersama seorang pria di atas ranjang. Ya, setelah kepergian ayahku yang meninggal akibat kecelakaan, ibuku mulai mengambil alih perusahaan. Tapi ternyata ibuku malah berfoya-foya dengan uang perusahaan hasil kerja keras ayah selama bertahun-tahun. Beginilah kami sekarang setelah perusahaan ayah bangkrut, ibuku mulai depresi karena kehabisan uang dan sekarang ia mencari lelaki untuk memuaskan hasrat foya-foyanya.
"Hei... sedang apa kau di situ?" Suara seseorang masuk begitu saja ke dalam indra pendengranku serta mengejutkan pikiranku.
"Duduk!" jawabku spontan.
Orang tersebut semakin mendekat dan mulai memindai penglihatannya kepadaku. "Kau bukan penghuni daerah sini. Untuk apa duduk di sini sendirian? Apa jangan jangan... kau... ingin merebut daerah tempatku memulung, benarkan?!" tanyanya ketus disertai guratan kekesalan yang tercetak jelas di wajahnya.
"Cih! Apa-apaan maksud Pak Tua itu? Enak saja menuduhku yang tidak tidak." Ucapan itu hanya bisa terlontar dalam pikiranku.
"Aku hanya sedang mencari angin, Pak Tua. Di rumahku terlalu panas udaranya," jawabku santai. Aku tahu jika pria tua itu tidak mungkin percaya kata-kataku.
"Jangan membohongi orang tua. Kaupikir aku bodoh, hem? Sana pergi! Tempat ini sudah menjadi wilayahku sejak lama. Huss... huss.... " Pria itu menyingkirkanku dengan cara mendorong tubuh bagian sampingku. Tenaganya masih lumayan kuat dan akupun terdorong cukup jauh olehnya.
"Dasar pelit!" bentakku dan setelah itu akupun mulai melangkahkan kaki kembali. Entah ke mana tujuanku. Sepertinya ini sudah lumayan jauh dari komplek perumahan, tempat tinggalku.
Tin tin
Suara klakson mobil terdengar bersahutan. Aku menoleh ke samping kiri. Di sana sudah ada sebuah mobil Jaguar hitam yang terlihat angkuh penampilannya. Akupun berhenti sesaat, kemudian membalikkan badanku persis berhadapan dengan samping mobil mewah tersebut.
Perlahan kaca mobil bagian kemudi terbuka, menampilkan seorang pria muda dengan tampilan perlente, seperti bos bos perusahaan.
"Butuh tumpangan?" tanyanya datar.