Haechan memasuki salah satu pusat perbelanjaan dengan tergesa. Beberapa menit yang lalu Linda menghubunginya untuk menjemput Asha karena dia mendadak ada urusan penting. Haechan berdecak, kalau ada urusan kenapa mengajak Asha jalan-jalan. Kalau begini ia juga yang repot, belum lagi putri kecilnya ditinggal sendiri.
Kaki jenjangnya melangkah memasuki sebuah restoran cepat saji. Tempat Asha ditinggalkan oleh sang Mama. Hazelnya menyapu sekeliling, mencari sosok gadis kecilnya. Tepat di sudut ruangan, ia melihat Asha tengah makan ditemani seseorang yang cukup familiar.
Senyumnya mengembang melihat Asha melambai ke arahnya. Segera ia menghampiri mereka dan duduk di sebelah Asha.
"Berapa kali Papa bilang kalau makan itu pelan-pelan, Adek." Haechan mengelap sekitar bibir Asha yang terkena saus.
"Hehehe, maaf Papa."
Interaksi anak dan bapak itu tak luput dari sosok di hadapan mereka. Sepertinya, keduanya melupakan atensi sosok ini. Lantas, ia berdeham kecil membuat kegiatan mereka sontak menegok bersamaan.
"Adek hampir lupa!" Asha menepuk pelan jidatnya. "Papa, ini Ibu Mira, gurunya Adek."
Haechan melemparkan senyum tipis pada Mira. Pantas saja ia merasa familiar tadi.
"Kebetulan saya ada di sini, jadi tante Linda minta saya untuk menjaga Asha," ucap Mira.
"Terima kasih sudah mau repot-repot menjaga Asha," ujar Haechan tulus. Sedikit banyak ia merasa tidak enak hati pada wanita ini. Mira sudah banyak membantu Asha, terutama dalam hal pelajaran.
"Tidak masalah."
Haechan mengangguk dan kembali menaruh atensinya pada si kecil. "Selesai makan kita pulang, ya?"
"No! Adek mau main sebentar. Boleh ya, Papa?"
Melihat wajah memelas sang putri, Haechan mana bisa tahan. Sekejap ia langsung luluh. Hancur sudah rencananya hari ini untuk bermalas-malasan di rumah.
"Memangnya Adek mau main ke mana?"
"Timezone!" pekik Asha girang.
Haechan mendesah pelan, "Ya sudah, habiskan makanan mu."
"Siap kapten!" Asha mengalihkan perhatiannya pada Mira yang sibuk melahap makanannya. "Ibu guru juga ikut ya?"
Mira hampir tersedak mendengar ucapan Asha. Beruntung makanan yang ada dalam mulutnya sudah ia telan. Baru saja ia ingin membuka suara tapi keduluan oleh Haechan.
"Ibu guru sibuk, tidak bisa menemani Adek." Haechan juga tak kalah terkejutnya mendengar permintaan sang anak. Maka dari itu, sebelum Mira merasa risih ia mencoba memberikan pengertian pada Asha.
"Tapi Adek mau ditemani sama Ibu guru."
"Kan sudah ada Papa yang temani Asha," kata Mira. Ia menjadi kikuk sendiri mengucapkan kata 'Papa'.
"Ibu guru sudah janji loh tadi mau temani Asha main."
Mira menghela nafas panjang. Tidak ada gunanya lagi mencari alasan. Ia melirik Haechan, melihat lelaki itu menangguk kecil mau tak mau Mira menuruti permintaan Asha.
"Oke let's go!!" Asha menarik kedua tangan orang dewasa itu keluar dari restoran menuju Timezone.
***
Semenjak hari itu, Haechan dan juga Mira sering bertemu. Namun, Haechan merasa pertemuan mereka bukanlah kebetulan semata. Ini semua seperti sudah direncanakan sebelumnya.
Misalnya hari ini, Haechan mengantar Linda ke supermarket. Memang tidak ada yang salah. Akan tetapi, saat diperjalanan pulang ia tak sengaja melihat Asha dan Mira berjalan menjauhi taman. Sebagai Papa yang baik sudah jelas ia menghampiri sang putri dan mengajaknya pulang. Ia juga menawari tumpangan pada Mira, tapi ditolak karena wanita itu ingin mampir ke suatu tempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ii] The Perfect Papa✓
Ficção GeralSELESAI [Sequel of My Perfect Husband] Setelah menjadi suami yang sempurna untuk Hana, kini Haechan berusaha menjadi papa yang sempurna untuk putri kecilnya.