Seperti biasanya, setiap weekend Haechan bertandang ke rumah Mama, quality time bersama. Akan tetapi, untuk hari ini agak sedikit berbeda karena bertepatan dengan hari ulang tahun cucu pertama di keluarga ini.
Awalnya Haechan enggan mengadakan pesta. Ia menolak mentah-mentah usulan sang Mama. Hingga akhirnya terjadi perdebatan kecil antara Ibu dan Anak tersebut. Berakhir Haechan menurutinya dengan syarat pesta tersebut dihadiri oleh pihak keluarga saja dan tidak harus mewah, sederhana saja sudah cukup.
Semuanya sedang sibuk mempersiapkan pesta kecil-kecilan untuk Asha. Jesy, Jeno serta Ji-Sung bertugas untuk mendekorasi ruang tengah. Mama dan Chenle sibuk berkutat di dapur. Sementara Haechan memilih bersantai di halaman belakang.
Haechan memejamkan matanya, menikmati waktu sendirinya. Tenang dan damai. Itu yang ia rasakan sampai tepukan pada bahunya membuat Haechan membuka matanya.
Wajah sang Papa pertama kali menyapu pandangannya. Meski sudah berkeriput, Papanya ini masih terlihat tampan saja.
"Papa kok bisa di sini?" Setahunya, Papa ada urusan kerjaan di luar kota dan pulangnya besok lusa.
Haechan mengucek matanya, takut-takut ia halusinasi. Lebih parahnya yang ia lihat sekarang malah bukan Papa.
"Ini beneran Papa." Seakan tahu pikiran putranya. "Papa sengaja menyelesaikan pekerjaan dengan cepat. Papa tidak mau melewatkan hari spesial cucu kesayangan Papa."
"Kamu ngapain di sini? Bukannya bantu yang lain." Papa ikut duduk di sebelah Haechan.
"Malas ah." Haechan bersandar, kembali memejamkan matanya.
Keheningan melanda. Keduanya sama-sama sibuk sama pikiran masing-masing. Cukup lama mereka saling terdiam hingga Papa kembali membuka suara.
"Sudah siapkan hadiah untuk Asha?"
Haechan menggeleng, "Belum."
Alis Papa terangkat sebelah, "Kenapa?"
"Adek orangnya pemilih, Pa. Takutnya aku belikan sesuatu tapi dia nggak suka." Bukan sekali dua kali. Hal itu sudah terjadi berkali-kali. Makanya sebelum membelikan sesuatu, Haechan akan bertanya pada Asha dulu.
Papa mengangguk menanggapi.
"Bagaimana rasanya jadi orang tua tunggal?"
Haechan melirik Papa sekilas, "Biasa saja."
Dalam hati Papa ingin tertawa mendengarnya. Jelas sekali bahwa anak ini tengah berbohong. Dulu saja Papa sampai kewalahan menjaga Haechan dan Jeno, padahal ada Mama juga.
"Kamu tidak ada niatan untuk memberikan Asha Mama sebagai hadiah?"
Raut wajah Haechan berubah datar. Tanpa menjawab pertanyaan Papa, dia berlalu begitu saja. Meninggalkan Papa yang tengah memandangnya sendu.
Di sisi lain, Asha baru saja mengunjungi taman hiburan bersama Nathan. Saat ini keduanya tengah menyantap es krim di sebuah kedai pinggir jalan.
"Uncle," panggil si kecil.
"Kenapa?" tanya Nathan seraya membersihkan sisa es krim di sekitar bibir Asha.
"Kakak cantik mana? Kenapa tidak ikut sama kita?"
"Kak Naura lagi kerja. Asha mau ketemu?"
"Mau, Uncle!!" serunya antusias. "Tapi Asha ndak mau mengganggu Kakak cantik," lanjutnya lesu.
"Asha tenang aja, kita nggak ganggu kok."
Asha hanya mengangguk, kembali melahap es krimnya yang mulai mencair.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ii] The Perfect Papa✓
Fiksi UmumSELESAI [Sequel of My Perfect Husband] Setelah menjadi suami yang sempurna untuk Hana, kini Haechan berusaha menjadi papa yang sempurna untuk putri kecilnya.